1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Polisi Iran Hantam Aksi Protes Baru

24 Desember 2009

Polisi Iran kembali bentrok dengan masyarakat pada hari ketiga masa berkabung bagi mendiang Ayatollah Besar, Hossein Ali Montazeri. Dilaporkan, polisi memukuli khalayak yang melayat dan menangkap lebih dari 50 orang.

https://p.dw.com/p/LCeh
Foto: AP

Untuk membubarkan para demonstran itu polisi Iran menggunakan pentungan dan gas air mata. Begitu tercantum dalam laporan sejumlah situs internet yang dekat dengan kelompok oposisi Iran. Pada hari ketiga masa berkabung bagi mendiang Ayatollah Besar, Hossein Ali Montazeri ratusan pendukung tokoh kritis itu kembali menyuarakan protes anti pemerintah Iran di kota Isfahan.

Menurut situs rahesabz.net, sebenarnya para pendukung Montazeri datang untuk menjalankan upacara doa yang akan dipimpin oleh seorang tokoh reformis lain Ayatollah Jalaledin Taheri. Sementara itu, sejak dini hari ratusan polisi dan pasukan keamanan telah mengepung mesjid Seyed, tempat peringatan itu direncanakan.

Polisi Iran awalnya hanya melarang masuk para pengikut. Sengketa mulutpun disusul kericuhan dan bentrokanpun tak terhindari. Polisi kemudian menindak demonstran dengan tangan besi, melemparkan gas air mata dan mengayun pentungan. Menurut situs Parlemannews, lebih dari 50 orang ditangkap, di antaranya empat jurnalis Iran. Sejumlah orang juga luka-luka dalam bentrokan itu.

Iran Beerdigung von Hossein Ali Montaseri in Ghom
Para pendukung yang berkabung saat pemakaman Ayatolah Besar Hossein Ali Montazeri, hari Minggu, 21 Desember 2009Foto: AP

Pengecekan laporan secara independen tak dapat dilakukan, karena jurnalis asing dilarang melakukan peliputan. Namun selanjutnya diberitakan, situasi di dalam kota Najafabad sangat tegang dengan masyarakat yang menyerukan kritik terhadap pemerintah yang berkuasa. Sejak Selasa malam bentrokan-bentrokan yang lebih kecil antara para pendukung sang mendiang Ayatollah kritis itu dengan pihak polisi terus berlangsung di Najafabad, kota kelahiran Montazeri.

Ayatollah Besar Hossein Ali Montazeri termasuk salah seorang penggulir revolusi Islam di Iran pada tahun 1979. Namun ia juga merupakan salah seorang yang paling kritis terhadap pemerintah Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad. Bekas karib pemimpin revolusi mendiang Ayatollah Khomeini ini kemudian mendampingi kaum oposisi dan menjadi figur spiritualnya.

Penguasa di Iran telah menyatakan tidak akan menunjukan toleransi kepada kaum demonstran. Menurut kantor berita ISNA , Kepala Kepolisian Iran Esmail Ahmadi Moghaddam menyampaikan imbauan agar gerakan ini segera dihentikan. Ia mengancam, pelanggaran keamanan akan dihukum secara keras.

Sementara itu, wakilnya Jendral Ahmad Reza Radan mengatakan bahwa polisi akan menindak tegas kelompok-kelompok yang mengadakan pertemuan ilegal seputar hari Ashura, sebuah perayaan kaum Islam Shiah yang akan berlangsung akhir pekan ini. Jenderal Radan mengatakan bila tidak ada pelanggaran batas, maka polisi hanya akan memberikan peringatan. Namun bila batasan itu dilewati, maka polisi akan bertindak keras dan menangkapi para warga yang terlibat.

Ashura merupakan peringatan atas wafatnya Imam Hussein, salah seorang tokoh Islam yang paling dihormati kaum Shiah, yang dikisahkan tewas di tangan pasukan Sunni. Peringatan Ashura biasanya berlangsung selama 10 hari di Iran.

EK/ML/rtr/afpe