1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Politik Ekonomi Cina serta Sengketa Maritim Cina dan Jepang

23 September 2010

Tajuk harian Eropa menyoroti sejumlah tema, di antaranya politik ekonomi dan perdagangan Cina, sengketa maritim Cina dan Jepang, Konferensi Artik dan KTT PBB untuk memberantas kemiskinan.

https://p.dw.com/p/PKUO
AS dan UE menuduh Cina sengaja memanipulasi nilai mata uangyaFoto: AP

Harian Perancis Le Monde menulis mengomentari kritik terhadap kebijakan dagang yang dijalankan Cina.

"Kalau Cina memang benar menguatirkan posisinya sebagai pemain baru di antara pemain besar dunia, tidak ada salahnya jika para petinggi politik melakukan studi banding ke Kongres AS. Di sana, mereka dapat mengamati memuncaknya kegeraman pihak Amerika. Kegeraman terhadap Cina, terhadap sikap acuh tak acuh Cina yang tidak mempedulikan aturan main pasar dunia. Di satu pihak, nilai mata uang Cina terlalu rendah. Tapi selain itu, masih banyak kiat Cina yang membuat negara itu memiliki keuntungan strategis dalam persaingan di pasar dunia. Misalnya perusahaan negara Cina yang besar. Berbeda dengan pandangan publik, proses liberalisasi kapitalisme Cina belum begitu jauh. Ada kemungkinan bahwa kemarahan yang muncul di Washington meluap ke Brussel, ke pihak Eropa yang selama ini malu-malu dan sangat menahan diri dalam bereaksi atas thema ini, meski Eropa juga marah melihat metode yang digunakan negara tirai bambu di pasar dunia."

Sementara harian Belanda de Volkskrant mengomentari sengketa maritim antara Cina dan Jepang. Dalam tajuk yang berjudul 'Sikap Cina menguatirkan', surat kabar yang terbit di Amsterdam ini menulis:

"Konflik ini terkait kawasan di Laut Cina Timur yang kaya sumber daya alam gas yang diperebutkan Jepang dan Cina. Jepang sudah berulang kali menciduk kapal nelayan Cina di perairan ini, tapi mereka selalu dibebaskan, tanpa proses pengadilan. Karena sikap ofensif kapten kapal, kali ini pihak Jepang mengambil langkah tegas, tapi apakah ini bijak? Mungkin tidak. Tapi insiden ini terus mengalami eskalasi, karena kini Cina bertekad untuk membuat Jepang bertekuk lutut. Sikap ini memicu rasa kuatir. Cina menodong Jepang dan tidak menyisakan jalan keluar yang elegan. Beijing sebenarnya merugikan dirinya sendiri di kawasan Asia, di mana perluasan pengaruh Cina diamati dengan penuh rasa curiga oleh negara tetangganya."

Harian Inggris The Independent menaruh fokus pada Konferensi Artik dan klaim Rusia atas sumber daya alam yang tersimpan di bawah laut. Harian berhaluan liberal kiri ini menulis:

"Dengan ekonomi yang sangat bergantung pada sumber daya alam yang makin sulit ditemukan di kawasan yang mudah dijangkau, Rusia tentu memiliki kepentingan yang sama besarnya dengan negara tetangganya di kawasan Artik untuk menguasai daerah itu. Tapi, merupakan isyarat positif bahwa perlindungan iklim juga diagendakan dalam pertemuan kali ini. Semoga rasa kebersamaan dan hormat pada lingkungan yang mendorong kerja sama ini dapat bertahan di samping tarik ulur untuk memperebutkan sumber daya alam."

Terakhir harian Spanyol El Pais yang menyoroti pertemuan tingkat tinggi PBB untuk memberantas kemiskinan. Harian ini menulis:

"KTT istimewa ini berakhir dengan kata-kata dan janji kosong belaka. Artinya: dunia saat ini berada di titik yang sama dengan 10 tahun lalu. Yang jelas hanyalah bahwa dalam perang menghadapi kelaparan dan kemiskinan, dunia akan kesulitan untuk mencapai target yang dicanangkan untuk tahun 2015. Di antara gagasan yang dicetuskan dalam pertemuan kali ini, usulan Spanyol dan Perancis untuk mengenakan pajak pada transaksi keuangan internasional, termasuk gagasan yang paling spektakuler. Ini hanya merupakan efek berlebihan yang tidak menguatkan sistem PBB. Organisasi internasional PBB bukan forum yang tepat untuk meluncurkan kebijakan yang tidak dipertimbangkan terlebih dulu. Regulasi pasar keuangan adalah tugas dan tanggung jawab negara ekonomi besar."

ZER/HP/dpa