1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Politik Keras Sarkozy Hadapi Kaum Roma

30 Juli 2010

Presiden Nicolas Sarkozy menuntut, agar semua warga Roma dan Sinti yang tidak memiliki izin tinggal diusir dari Perancis.

https://p.dw.com/p/OYVz
Politik Presiden Perancis Nicplas Sarkozy menindas kaum Gipsi Roma dan SintiFoto: AP

Dua pekan lalu di Perancis terjadi bentrokan antara warga keturunan Gipsi Roma dengan polisi. Seorang warga Roma ditembak mati oleh polisi ketika melakukan pemeriksaan lalu-lintas. Presiden Nicolas Sarkozy menuntut, agar semua warga Roma dan Sinti yang tidak memiliki izin tinggal diusir dari Perancis. Ia juga menuntut dibuburkannya semua tempat penampungan ilegal warga Sinti.

Harian independen Perancis Le Monde mengritik cara pemerintah Perancis menangani warga Roma:

„Walaupun rakyat geram, Nicolas Sarkozy sebagai penjaga kesatuan nasional dan sosial Perancis tidak boleh menyalahkan warga lain. Lebih dari 400.000 gelandangan Roma tercatat di Perancis. 95 persen darinya adalah warga Perancis dan duapertiganya berdomisil di Perancis. Warga Roma adalah minoritas dan sebagian besar keturunan Eropa Timur, umunya dari Rumania dan Bulgaria. Mereka berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda dan tidak ada negara Uni Eropa yang berniat untuk menerima mereka. Dalam tiga bulan ke depan, setengah dari seluruh tempat penampungan ilegal akan dibubarkan. Ini membuktikan kegagalan pemerintah pusat dan daerah menjalankan undang-undang tahun 1990. Yang menyatakan, bahwa pemerintah kota dengan penduduk melebihi 5.000 orang, wajib menyediakan lahan untuk menampung kelompok gipsi itu.

Sementara harian Austria yang terbit di Wina Der Standard menulis:

„Sarkozy, nama itu juga muncul di kawasan Eropa Tengah dan warga Roma banyak yang bernama demikian, tidak menyelesaikan masalah sosial yang sudah sangat mendesak. Pada hari, dimana ia memesan sebuah bak mandi untuk pesawat presiden barunya, Sarkozy tidak menghiraukan politik Roma. Kriminalitas dan kemiskinan berkaitan erat. Jika ia menuntut pengusiran warga Roma, maka ia merusak landasan demokrasi. Peraturan yang berlandaskan asas keturunan, menentang asas persamaan sekaligus bersifat rasis.“

Kemudian harian Swiss Tages-Anzeiger juga mengomentari politik Sarkozy yang mendiskriminasi warga Roma:

„Itu dia datang, ‚Sarko' yang lama. Di saat-saat sulit, dimana Sarkozy terperangkap oleh skandal politik dan kasus-kasus lainnya, serta turunnya popularitasnya, ia kembali menggunakan kekuatan lamanya. Sarkozy kembali menonjolkan diri sebagai politisi yang keras. Dengan membedakan mereka dengan warga Perancis lainnya, ia menstigmata suku minoritas dan pemeluk agama. Siasatnya yang menindas suku lain pernah berhasil. Yaitu pada tahun 2007, sebelum pemilihan presiden. Saat itu, ia mendapat dukungan dari pemilih kubu Front National, yang anti warga asing, yang akhirnya dimenangkannya.

Harian Jerman Süddeutsche Zeitung menulis:

"Kekerasan Nicolas Sarkozy menghadapi kaum Roma merupakan taktik politik yang dikalkulasi dengan matang. Dua hal yang hendak dicapainya. Pertama, ia ingin mengalihkan perhatian dari dugaan partainya mendapat kucuran dana ilegal. Kedua, sasarannya adalah pemilihan presiden yang akan datang pada tahun 2012. Sarkozy hanya dapat memenangkan pemilihan jika memperoleh dukungan dari kubu kanan. Karena itu, ia tekankan tema keamanan. Seharusnya ia menyatukan dan bukan memisahkan.

AN/HP/afp/dpa