1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Poso Memanas

Ayu Purwaningsih22 Januari 2007

Baku tembak antara kepolisian dan warga terjadi ketika kepolisian menggrebek lokasi yang diduga sebagai tempat persembunyian para buronan konflik Poso.

https://p.dw.com/p/CP9W

Sampai berita ini diturunkan, dilaporkan 10 orang meninggal dunia, termasuk diantaranya aparat kepolisian.

Lebih dari sepuluh orang ditangkap dalam insiden baku tembak di Tanah Runtuh, Kelurahan Gebong Rejo, Poso, Sulawesi Tengah. Sementara hingga Senin (22/01)malam Waktu Indonesia Tengah sepuluh orang dilaporan meninggal dunia. Peristiwa ini terjadi ketika Senin (22/01) pagi, kepolisian mencoba mencari orang-orang yang termasuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) konflik Poso, di Gebong Rejo.

Polisi mendesak para buronan untuk menyerahkan diri, namun para buronan tersebut dilindungi oleh warga setempat. Warga menganggap para buronan tersebut tidak bersalah, karena konflik yang terjadi merupakan konflik massal. Akibatnya, baku tembak anatar keplisian dan warga tidak dapat dihindari. Yogi Daniel Lasimpo dari Yayasan Tanah Merdeka (YTM) menceritakan saat insiden berlangsung suasana begitu tegang. Peristiwa baku tembak antara kepolisian dengan warga setempat menyebabkan situasi di Poso saat ini lumpuh total. Jatuhnya korban lagi-lagi dari warga sipil, kata Yogi Daniel Lasimpo mencerminkan kegagalan kepolisian dalam menuntaskan kasus kekerasan yang terjadi di Bumi Sintuwu Maroso itu.

Sementara Iskandar Lamuka dari Poso Crisis Center mengatakan, untuk menyelesaikan konflik di Poso, sebaiknya tidak menggunakan pola kekerasan seperti yang selama ini diterapkan oleh pasukan keamanan. Lebih baik dibentuk Tim Pencari Fakta kasus konflik Poso seperti yang diinginkan oleh warga masyarakat.

Sejauh ini, kepolisian belum dapat memberikan keterangan secara rinci. Staf Kepala Kepolisian Poso, Syahruddin, mengatakan, kepolisian belum mendata lengkap nama-nama korban maupun orang-orang yang ditangkap.

Meski suasana di Poso tegang, masyarakat tidak terpancing. Menurut Yogi Daniel Lasimpo dari Yayasan Tanah Merdeka YTM, konflik telah bergeser. Masyarakat telah menyadari bahwa konflik yang terjadi bukanlah konflik antar agama, melainkan ada pihak luar yang selama ini tidak ingin Poso aman.

Dua pekan lalu juga dilakukan penyergapan DPO di lokasi serupa. Saat itu, kepolisian menangkap lima orang yang termasuk dalam DPO. Pada penyergapan ini, korban jiwa yang jatuh dari warga sipil juga tidak terhindarkan. Kondisi Poso semakin memanas setelah Oktober tahun lalu kepolisian mengumumkan 29 nama orang yang diduga terkait sejumlah konflik di Poso maupun Palu. Seperti misalnya pemenggalan siswa SMA kristen Poso, penembakan Pendeta Susianti Tinulele dan Jaksa Ferry Silalahi, serta pemboman di Pasar Tentena dan Gereja Kristen Sulawesi Tengah Immanuel Palu. Sejak tahun 2000, lebih dari 1.000 orang tewas akibat konflik.