1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Pendidikan

Pendidikan di Indonesia dan Perkembangan Teknologi

Rizki Akbar Putra
2 Mei 2019

Sistem pendidikan Indonesia tercatat masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga. Memperingati Hari Pendidikan Nasional, sudah meratakah mutu pelayanan pendidikan di nusantara?

https://p.dw.com/p/3HnPv
Schülerin in Indonesien
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham

Berdasarkan laporan PISA (Programme for International Student Assessment) peringkat pendidikan Indonesia di dunia bertengger di urutan 62 dunia di bidang sains, 63 dunia di bidang matematika, dan 64 dunia di membaca. Masih di bawah Singapura, Vietnam, dan Thailand. PISA sendiri merupakan survei yang menguji kemampuan siswa berusia 15 tahun untuk tiga bidang, yakni membaca, matematika, dan sains. Survei ini diinisiasi Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).

Dalam sambutannya di peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dirilis di situs resmi Kemendikbud, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,Muhadjir Effendi, mengklaim mutu pelayanan pendidikan di Indonesia sudah semakin baik dalam beberapa tahun terakhir ini. Dalam sambutannya ia menyoroti pembangunan infrastruktur besar-besaran yang dilakukan pemerintah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan pendidikan.

"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memberi perhatian khusus untuk pendidikan di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal. Bahkan, Kemendikbud memberi perhatian khusus pada pendidikan anak-anak Indonesia yang berada di luar batas negara,seperti anak-aak keturunan Indonesia yang ada di Sabah dan Serawak, Negara bagian Malaysia," ujarnya.

Pemerataan infrastruktur dan SDM

Senada dengan Muhadjir, Rosdewi Malau, salah satu guru di SMPN 20 Jakarta, juga merasakan hal yang sama. Ia berpendapat untuk ketersediaan infrastruktur dan fasilitas belajar mengajar di kota-kota besar sudah memadai. Ia berharap pemerintah lebih memperhatikan infrastruktur dan ketersedian SDM di daerah-daerah terpecil demi meratanya mutu pendidikan di Indonesia.

"Kalau di kota sendiri sih sudah bagus,katakanlah daerah-daerah yang sudah terjamah teknologi dan fasilitas yang ada saya rasa sudah bagus. Ya itu dia SDM-nya juga harus diperbaiki, terutama di daerah dengan cara ya itu tadi, gajinya mungkin, fasilitasnya, semua aspek diperhatikan harus,” ujar Rosdewi saat diwawancarai DW Indonesia.

Dengan tuntutan perkembangan zaman yang cepat, guru yang sudah mengajar dari tahun 1984 ini, sadar betul para pendidik harus bisa beradaptasi dengan perkembangan tersebut. Apalagi dari sisi teknologi, jika dibandingkan dulu dimana guru harus mengajar dengan metode konservatif, sebut saja papan tulis, kapur, buku-buku pelajaran yang tebal, namun kini dengan kehadiran teknologi seperti komputer, proyektor, dan internet dirasanya sangat efektif dalam kegiatan belajar mengajar. Namun Rosdewi menekankan faktor pengawasan orang tua di rumah juga menjadi hal mutlak, apalagi di usia-usia tersebut siswa sangat rentan terhadap pengaruh luar. Sehingga pengaruh teknologi ataupun internet tidak memberikan dampak yang buruk terhadap perkembangan belajar siswa.

"Kita sering bicara dengan orang tua (siswa), kita tidak mungkin menghambat teknologi itu. Tapi bagaimana cara pengawasannya, jadi mestinya orang tua dari rumah harus tahu apa yang dibaca anaknya, apa yang dilihat, karena kalau kita mau menutup teknologi ini juga malah menghambat, anak-anak ini kan akan berkembang, ga kita saja mereka kan perlu juga, perlu tahu. Cuma ya menurut saya pengawasan dari rumah harus lebih ketat,” jelasnya.

Seperti diketahui, demi menyongsong Revolusi Industri 4.0 pemerintah mulai menggeser fokusnya dari pembangunan infrastruktur ke pembangunan sumber daya manusia. Muhadjir pun berpendapat perkembangan teknologi yang semakin canggih dapat mempengaruhi cara berpikir, berperilaku, dan karakter siswa. "Peserta didik harus memiliki karakter dan jati diri bangsa di tengah perubahan global yang bergerak cepat,” ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Dituntut berpikir komputasi

Kurie Suditomo, pendiri codingcamp.id sebuah perusahaan yang mengajar pelatihan digital bagi anak usia 9 sampai 17 tahun, menilai di tengah majunya teknologi, Indonesia masih sangat kekurangan sumber daya manusia di bidang sains teknologi maupun engineering art. Maka dari itu codingcamp.id hadir untuk menjawab kegelisahan tersebut. Menurut Kurie, sangat penting bagi anak-anak Indonesia unutk memilah informasi berbasis digital yang datang,

"Itu sangat berhubungan dengan kemampuan logika seseorang untuk memahami sebuah masalah, memecahkan masalah dan lain-lain. Nah sebenarnya (berlatih) coding bisa jadi jalan keluarnya, kenapa? Karena pelajaran ini sangat nyambung dengan generasi sekarang, bebasis visual dan anak-anak suka karena lagi in banget kan main games, anak-anak kita kan sudah digital native,” jelas Kurie saat diwawancarai DW Indonesia.

Pesatnya kemajuan teknologi dewasa ini, ia berharap dapat memeberikan pelayanan pendidikan bagi mereka yang masih tertinggal. Menurut Kurie materi konten pembelajaran secara digital sangat banyak namun masih banyak yang belum membiasakan itu, tidak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri. Berlatih coding bisa menjadi alternative pendidikan di masa globalisasi ini.

"Imagine aja kalau anak-anak sekolah misalnya middle-upper mungkin sih gampang, dia sudah full keyboard dari kecil, tapi bagaimana anak-anak di kampung yang pakai smartphone sekali-sekali itu juga cuma bisa main, terus lihat laptop keyboard ga pernah, terus tiba-tiba pada saat mereka sudah kerja mereka diharapkan sudah mampu mengetik kan mustahil,” tambah Kurie.

Menurutnya sistem pendidikan di Indonesia mempunyai beban yang cukup besar, maka itu harus diimbangi dengan penyaluran minat peserta didik agar mereka tetap senang dalam kegiatan belajar mengajar.

Pada tahun 2019 sendiri, pemerintah telah mencanangkan anggaran pendidikan sebesar 492,5 Triliun Rupiah, dengan rincian 163,1 T untuk pusat, 308, 4 T untuk daerah, dan 21 T untuk pembiayaan. Angka ini tumbuh sebesar 11,4 persen dibanding anggaran tahun 2018. Maka dari itu, pemerintah diharap biajak dalam mengunakan anggaran tersebut, selain untuk keperluan bersifat administrative melainkan untuk kualitas materi pembelajaran.

Sama seperti Rosdewi, Kurie juga berharap upaya pemerintah untuk meratakan mutu pendidikan di Indonesia baik dari infrastrutktur dan SDM dapat terwujud demi menjawab tantangan global di masa yang akan datang, agar tujuan negeri ini seperti yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dapat tercapai. (Ed.: vlz)