1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Prakarasa Jerman Dalam Krisis Israel-Libanon

25 Juli 2006

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dalam upaya mencari penyelesaian diplomatik krisis di Timur Tengah.

https://p.dw.com/p/CPDA
Menlu Jerman Steinmeier (kanan) dengan PM Israel Olmert (kiri)
Menlu Jerman Steinmeier (kanan) dengan PM Israel Olmert (kiri)Foto: AP

Sebelumnya Israel menolak penempatan pasukan internasional di wilayah selatan Libanon. Namun hari Minggu lalu Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan, jika pasukan perdamaian tersebut dibentuk oleh Uni Eropa di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa, Israel mendukung penempatan tersebut.

Apakah Jerman juga akan mengirimkan tentaranya dalam misi perdamaian di kawasan Timur Tengah, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan:

“Kami masih mempertimbangkan tugas apa yang tepat untuk misi perdamaian yang sampai sekarang belum jelas. Sementara ini kami mendiskusikan apakah penempatannya diutamakan untuk membantu militer Libanon, dengan mengkerahkan tentara Jerman menjaga kawasan perbatasan. Menurut saya, sangatlah penting untuk memikirkan urutannya. Bentuk apa bantuan yang diperlukan? Bagaimana penyusunannya? Siapa saja yang ikut bergabung? Dan sangatlah benar, diskusi mengenai keikutsertaan Jerman dalam misi perdamaian ini seharusnya didekatkan dengan kepekaan khusus, mengingat kejahatan Jerman terhadap kaum Yahudi di masa lalu.”

Tanggapan Kanselir Jerman Angela Merkel tidaklah jauh berbeda dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Steinmeier. Seharusnya jangan dilupakan penyebab terpicunya konflik. Oleh karena itu, kedua tentara Israel yang diculik oleh Hisbullah hendaknya dibebaskan dan Hisbullah menghentikan segala serangan ke Israel. Maka, demikian Merkel menambahkan, Israel pun harus menyetujui tuntutan gencatan senjata. Pernyataan hati-hati Merkel didasari kejahatan Jerman melakukan pembunuhan massal terhadap kaum Yahudi di Perang Dunia II. Seorang pakar militer Jerman Walter Kolbow dari Partai Sosial Demokrat SPD mengatakan:

“Meskipun pasukan internasional ini memperoleh mandat yang kuat, kita harus bisa membayangkan situasi yang terburuk, jika nanti tentara Jerman akan berhadapan dengan tentara Israel. Saya tidak berani membayangkannya.”

Namun, berbeda dengan pernyataan Walter Kolbow, Ketua Partai SPD, Kurt Beck mengatakan, bagaimana pun juga selama penempatannya disetujui oleh masyarakat internasional sepantasnya tentara Jerman ikut andil dalam misi tersebut. Beberapa pakar bahkan menilai, pernyataan Kanselir Merkel mempunyai makna tertentu. Apa yang belum dapat direalisasikan sekarang, bisa saja direalisasikan jika bentuk penempatan pasukan internasionalnya sudah dibicarkan secara terinci.

Sementara ini perhatian pemerintah Jerman masih tertuju pada penyelesaian konflik secara diplomatik. Demikian pernyatan sejumlah pejabat tinggi Berlin.