1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Rouhani: Iran Akan Lawan Sanksi AS dan Jual Minyak

5 November 2018

Iran akan tetap menjual minyaknya dan melanggar sanksi ekonomi yang diberlakukan kembali oleh AS, kata Presiden Iran Hassan Rouhani hari Senin (12/11).

https://p.dw.com/p/37esH
Iranischer Rial und US Dollar
Foto: imago/Christian Ohde

"Amerika ingin memotong ke nol penjualan minyak Iran ... tetapi kami akan terus menjual minyak kami ... untuk menghentikan sanksi," kata Presiden Hassan Rouhani dalam pertemuan dengan para pimpinan dan pejabat ekonomi yang disiarkan langsung oleh televisi Iran.

Presiden AS Donald Trump memberlakukan kembali sanksi embargo perdagangan minyak Iran mulai hari Senin (12/11), tetapi mengizinkan delapan negara importir untuk tetap membeli minyak Iran.

Sanksi ekonomi yang menyasar sektor energi dan perbankan Iran diberlakukan kembali setelah Trump memutuskan untuk keluar dari Kesepakatan Atom dengan Iran yang disepakati tahun 2015 antara Iran, AS dan enam negara dan pihak lain. Kesepakatan itu bertujuan untuk menghentikan kegiatan nuklir Iran yang mengarah pada produksi senjata nuklir.

UN-Generaldebatte: Macron und Rohani kritisieren US-Politik
Presiden Iran Hassan RouhaniFoto: Getty Images/S. Platt

Tuntutan negosiasi ulang

Cina, India, Korea Selatan, Jepang dan Turki - semua importir atas minyak Iran – diberitakan termasuk di antara delapan negara yang mendapat pengecualian dan diijinkan untuk tetap membeli minyak dari Iran. Uni Eropa menyatakan kecewa tidak masuk dalam daftar pengecualian.

Pemulihan sanksi adalah bagian dari upaya pemerintahan Donald Trump untuk memaksa Iran melakukan negosiasi ulang. Trump menyebut kesepakatan 2015 sebagai kesepakatan yang tumpul dan tidak berarti apa-apa. Namun Uni Eropa, Rusia dan Cina beberapa kali menyatakan ingin mempertahankan kesepakatan itu.

"Hari ini musuh (Amerika Serikat) menargetkan ekonomi kita ... target utama sanksi adalah rakyat kita," kata Hassan Rouhani.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada hari Minggu, sanksi yang diterapkan kembali pada hari Senin adalah "sanksi terberat yang pernah diberlakukan atas Republik Islam Iran."

Uni Eropa ingin tetap berbisnis dengan Iran

Namun, kalangan Mullah yang berkuasa di Iran menepis kekhawatiran tentang dampak sanksi terhadap perekonomian negara itu.

"Ini adalah perang ekonomi melawan Iran. Tetapi ... Amerika harus belajar bahwa dia tidak bisa menggunakan bahasa kekuasaan terhadap Iran ... Kami siap untuk menahan tekanan apapun," tandas Presiden Hassan Rouhani.

Uni Eropa, yang bersikeras mempertahankan Kesepakatan Atom 2015 sedang mengembangkan sebuah mekanisme Special Purpose Vehicle (SPV) untuk memfasilitasi transaksi bisnis dengan Iran. Fasilitas SPV akan memungkinkan perusahaan-perusahaan Uni Eropa tetap berdagang dengan Iran, sekalipun ada sanksi dari Washington. Namun hingga saat ini, fasilitas SPV masih belum rampung. Penasihat keamanan Trump, John Bolton memperingatkan bahwa AS tidak akan "membiarkan sanksi kami dihindarkan oleh Eropa atau orang lain."

hp/vlz (rtr, afp, dpa)