1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Musharraf Terancam Pencabutan Jabatan

8 Agustus 2008

Partai koalisi pemerintahan Pakistan ingin mendongkrak Presiden Musharraf dari jabatannya, di parlemen mosi tidak percaya akan segera digulirkan.

https://p.dw.com/p/Esaw
Presiden Pakistan Pervez MusharrafFoto: AP

Adu kekuatan di Islamabad. Berbulan-bulan ricuh, setiap hari rapat krisis, ketegangan tak kunjung berakhir. Akhirnya, Asif Ali Zardari, duda almarhumah Benazir Bhutto dan kini pemimpin Partai Rakyat Pakistan mengumumkan keputusan itu di Islamabad.

Kepada pers Zardari mengatakan, ia memiliki berita baik untuk demokrasi Pakistan: “Amat penting kini untuk mengajukan mosi tidak percaya terhadap Jenderal Musharraf”. Bersama Partai Rakyat Pakistan, Liga Muslim yang dipimpin mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif menuduh Presiden Musharraf telah menyalahgunakan jabatannya. Musharraf bertanggung jawab atas krisis ekonomi dan atas hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.

Kedua partai yang berkoalisi itu beranggapan, Musharraf seharusnya sudah mengundurkan diri, karena partainya kalah dalam pemilihan parlemen Februari lalu. Ali Zardari mengatakan, “Rakyat Pakistan telah memberikan mandat yang jelas dan memilih demokrasi. Dengan tidak memilih partai pendukung Musharraf, mereka telah menunjukan keinginan agar ia dicopot dari jabatannya. Meski pernah mengatakan akan meletakan jabatan bila partainya kalah, Musharraf terbukti terus mempertahankan jabatannya sebagai Presiden”

Proses untuk mendesak mundur Musharraf akan segera digulirkan. Dalam sidang mendatang diharapkan kedua kamar parlemen Pakistan, Majelis Tinggi dan Majelis Rendah akan menyepakati pencabutan jabatan Musharraf. Namun belum pasti apakah mosi tidak percaya yang diajukan itu akan mendapat dukungan sedikitnya duapertiga suara mayoritas.

Di pihak lain, Presiden Pervez Musharraf yang menghadapi krisis ini, batal berangkat ke Cina untuk menghadiri pembukaan Olimpiade. Tapi ia juga tidak mengomentari perkembangan politik terbaru ini. Sementara para pengamat politik menilai, mantan Jenderal ini tak mungkin mengalah begitu saja. Diperkirakan, Musharraf akan memperjuangkan posisinya.

Di samping itu ada kekuatiran, Musharraf akan membubarkan parlemen dan pemerintah. Hal ini itu pasti ditentang partai koalisi pemerintahan, seperti ditegaskan oleh Nawaz Sharif dari Liga Muslim, “Negara ini tak akan terima bila diberlakukan situasi darurat ataupun tindakan diktator lainnya. Setiap orang harus mencatat ini. Negara ini sudah begitu sering mengalami campur tangan militer, mengalami dibubarkannya parlemen dan pemerintah, tanpa alasan apapun. Ini telah menggoreskan luka yang dalam. Rakyat Pakistan tidak bersedia untuk sekali lagi dilukai.”

Partai Rakyat Pakistan dan Liga Muslim bukan saja ingin menggeser Presiden Musharraf, tapi juga merehabilitasi 60 hakim yang dipecat Musharraf satu setengah tahun lalu. Koalisi kedua partai ini juga merasa yakin bahwa rakyat mendukungnya. Kini yang ditunggu hanya bagaimana sikap militer. Jendral Kayani, panglima militer yang baru, adalah anak didik Musharraf. Usai pemilu lalu, ia menyatakan tidak akan mencampuri urusan politik. Kalau benar, Pakistan mengalami perubahan yang radikal (ek)