1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Tunisia Pecat PM Mechichi dan Bekukan Parlemen

26 Juli 2021

Setelah warga melakukan aksi protes dan menyebut pemerintah tidak mampu tangani COVID-19, Presiden Tunisia Kais Saied mencopot PM Hicham Mechichi. Partai yang berkuasa saat ini menuduh presiden melakukan kudeta.

https://p.dw.com/p/3y2WV
Presiden Tunisia Kais Saied
Presiden Tunisia Kais Saied mengumumkan pembekuan parlemen setelah mengadakan pertemuan darurat di istanaFoto: Fethi Belaid/AFP/Getty Images

Presiden Tunisia Kais Saied pada Minggu (25/07) mengambil alih otoritas eksekutif setelah memecat Perdana Menteri Hicham Mechichi. Eskalasi politik terjadi setelah ribuan warga Tunisia turun ke jalan memprotes penanganan pandemi COVID-19. Demonstrasi tersebut kemudian berakhir ricuh.

Apa yang dikatakan presiden?

Setelah mengumumkan pemecatan Perdana Menteri Hicham Mechichi, Saied mengatakan mengambil alih kekuasaan eksekutif "dengan bantuan" perdana menteri baru yang ditunjuk olehnya.

Presiden Saied juga mengumumkan pembekuan parlemen Tunisia selama 30 hari dan menangguhkan kekebalan semua deputi. Dia mengklaim langkahnya itu diperbolehkan dalam kasus "bahaya yang akan segera terjadi" berdasarkan Pasal 80 konstitusi Tunisia.

"Konstitusi tidak mengizinkan pembubaran parlemen, tetapi mengizinkan pekerjaannya ditangguhkan," kata Saied.

Perdana Menteri Hichem Mechichi
Perdana Menteri Hicham Mechichi mengambil kendali dalam waktu kurang dari satu tahunFoto: Hassene Dridi/AP Photo/picture alliance

Reaksi masyarakat Tunisia

Ratusan warga Tunisia membanjiri jalan-jalan ibu kota merayakan keputusan Presiden Saied. Media lokal melaporkan sejumlah kendaraan militer mengepung gedung parlemen saat massa bersorak-sorai.

Meski Saied bersikeras bahwa langkah yang diambilnya sesuai konstitusional, Ketua Parlemen Rached Ghannouchi menuduh presiden meluncurkan "kudeta terhadap revolusi dan konstitusi." Dalam sebuah video yang diposting oleh partainya, Ennahda, Ghannouchi meminta rakyat Tunisia untuk turun ke jalan menentang kudeta.

Apa yang diinginkan pengunjuk rasa?

Sebelumnya, ribuan demonstran di seluruh Tunisia menentang pembatasan COVID-19 dan memprotes kebijakan yang diambil partai berkuasa dan Perdana Menteri Hicham Mechichi. Massa berteriak "Keluar!" dan menyerukan pembubaran parlemen.

Polisi menangkap beberapa pengunjuk rasa dan menembakkan gas air mata ketika massa melemparkan batu, menurut kantor berita AFP.

Aksi unjuk rasa warga Tunisia
Pengunjuk rasa bentrok dengan aparat keamananFoto: Fethi Belaid/AFP

Para pengunjuk rasa menyerbu kantor Partai Ennahda yang bersekutu dengan Mechichi. "Banyak orang tertipu oleh kemunafikan, pengkhianatan, dan perampokan hak-hak rakyat," kata Saied setelah kerusuhan.

"Saya memperingatkan siapa pun yang berpikir untuk menggunakan senjata ... dan siapa pun yang menembakkan peluru, angkatan bersenjata akan merespons dengan peluru," tambahnya.

Situasi politik Tunisia

Tunisia rentan terhadap gejolak politik, satu dekade setelah revolusi 2011 yang menggulingkan diktator Zine El Abidine Ben Ali. Politisi tidak mampu membentuk pemerintahan yang langgeng. Pemerintahan Mechichi adalah kabinet ketiga yang berkuasa dalam waktu kurang dari setahun.

Selama lebih dari setahun, Saied terjerat dalam pertikaian politik dengan Mechichi dan Ghannouchi ketika negara Afrika Utara itu menghadapi krisis ekonomi dan berjuang untuk meningkatkan respons yang efektif terhadap pandemi virus corona.

ha/rap (AFP, AP, dpa, Reuters)