1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Yaman Kembali ke Tanah Air

Ayu Purwaningsih23 September 2011

Setelah menjalani perawatan medis selama tiga bulan di Arab Saudi, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh kembali ke ibukota di Sanaa, hari Jumat (23/09).

https://p.dw.com/p/12fBw
Perang masih berkecamuk saat Ali Abdullah Saleh kembali ke negaranya.Foto: dapd

Hari Jumat (23/09), pukul lima pagi waktu setempat, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh kembali ke ibukota. Kedatangannya yang cukup mengejutkan ini diumumkan oleh stasiun televisi negara. Saleh, yang kini berusia 69 tahun, sejak bulan Januari lalu menghadapi aksi protes besar-besaran yang menuntut pengunduran dirinya. Bulan Juni lalu, ketika terluka akibat serangan bom di kompleks kediamannya, ia dilarikan ke Riyadh dan menjalani perawatan.

Ali Abdullah Saleh Präsident Yemen
Ali Abdullah SalehFoto: dapd

Tak jelas, apakah kepulangannya ini pertanda akan memenuhi tuntutan mundur, atau sebaliknya, untuk menegaskan otoritasnya di negara yang semakin terpecah-pecah ini.

Abdullah Saleh kembali ke tanah air, ketika pasukannya masih gencar memerangi pemberontak yang loyal terhadap Jenderal Ali Mohsen al Ahmar. Lebih dari seratus orang tewas dalam kekerasan yang terjadi hari Minggu lalu.

Kedua pihak yang bertikai, masing-masing didukung oleh suku-suku yang bermusuhan. Kamis (22/09) kemarin, Al Hasaba menjadi ajang konflik berdarah  antara kelompok suku yang mendukung pemberontak dengan para pengikut Saghir bin Aziz, suku yang bersekutu dengan Presiden Saleh.

Saksi mata mengemukakan, pertempuran Jumat ini berpusat di distrik utara ibukota Al Hasaba, yang juga menyerempet ke kawasan-kawasan lainnya.

Menjelang waktu sholat Jumat, di Taez, seorang tewas dan dua lainnya cidera ketika sebuah granat dilontarkan ke arah kerumuman pemrotes di Lapangan Pembebasan. Sebuah hotel pun ikut terbakar, ujar para demonstran.

Superteaser NO FLASH Jemen Universität in Sanaa Unruhen
Kerusuhan di SanaaFoto: DW

Saleh keluar dari rumah sakit di Riyadh, pada awal bulan Agustus. Sebelumnya tanggal 7 Juli, ia muncul di televisi dalam balutan perban dan tampak bekas luka bakar pada wajahnya.

Pada tanggal 12 September, ia memberi kuasa kepada wakilnya untuk menegosiasikan pengalihan kekuasaan sebagai bagian dari insiatif Dewan Kerjasama Teluk GCC, guna mengakhiri kebuntuan politik di Yaman sejak Januari lalu.

Pertumpahan darah yang terjadi belakangan ini menghambat proses perdamaian. Ketua Dewan Kerjasama Teluk, Abdullatif al-Zayani, yang tadinya berharap kedua pihak menandatangani kesepakatan, terpaksa meninggalkan Yaman dengan tangan hampa. Jumat ini ia akan membahas masalah Yaman dengan para menteri GCC dan diplomat internasional, disela-sela pertemuan Majelis Umum PBB, di New York.

Kekerasan yang makin menjadi memunculkan kecemasan, Yaman akan terperosok pada perang saudara. Negara itu menghadapi pemberontakan syiah di utara, gerakan separatis, dan semakin besarnya pengaruh Al Qaida di selatan.

afp/ap/dpa/ Purwaningsih

Editor : Pasuhuk