1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pria Lebih Memilih Wanita Berparas Feminin

6 Mei 2014

Mata belok dan bibir tebal: sebuah studi mengungkap pria dari negara dengan tingkat kesehatan tinggi lebih memilih perempuan berparas lembut dan feminin. Jepang tercatat berada di posisi terdepan.

https://p.dw.com/p/1BuLn
Lächelnde Japaner
Foto: imago stock&people

Pria dari negara yang menikmati kondisi kesehatan lebih baik lebih tertarik pada perempuan berparas feminin ketimbang pria yang berasal dari negara yang tidak sehat. Temuan tersebut diungkapkan oleh sebuah tim peneliti dari Finnlandia.

Pria Jepang misalnya paling banyak memilih paras wajah lembut, sebaliknya lelaki Nepal paling sedikit. Tim peneliti yang dipimpin oleh Urszula Marcinkowska, pakar Biologi di

Universitas Turku, Finnlandia, menyimpulkan, evolusi mendorong pria di lingkungan yang keras untuk memilih pasangan hidup yang sedikit feminin dan lebih dominan.

Studi di 28 Negara

Di dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Biologi Inggris itu ilmuwan mengundang 1972 pria heteroseksual dari 28 negara. Mereka diminta memilih satu wajah perempuan yang dianggap paling menarik dari 20 pasang foto.

Setiap pasang menampilkan wajah yang sama. Tapi salah satu gambar diolah secara digital untuk menambahkan sisi feminitas seperti mata yang lebih besar, bibir tebal, rahang yang lebih kecil dan mengurangi ketebalan alis mata - atau sebaliknya menambah sisi maskulinitas pada wajah.

Ketika sebagian besar pria dari negara-negara yang dijadikan contoh memilih wajah berparas lembut, peneliti menemukan perbedaan substansial di antara negara asal peserta dan derajat feminitas pilihan masing-masing pria.

Menggugurkan Pandangan Umum

Pada umunnya, pria dari negara yang berada di peringkat teratas dalam "indeks kesehatan nasional," mendahulukan wajah berparas lembut. Indeks kesehatan berdasar pada delapan faktor, antara lain mortalitas, tingkat harapan hidup dan usia yang hilang lantaran penyakit.

Peneliti menduga tingkatan hormon testosteron masing-masing peserta juga berperan pada hasil studi. Belum pernah ada studi yang menunjukkan, bahwa pria yang memiliki hormon testosteron rendah kurang memilih perempuan berwajah feminin dan pria yang dibesarkan di negara dengan tingkat kesehatan yang buruk cenderung memiliki kadar testosteron rendah.

Hasil studi ini berlawanan dengan padangan umum, bahwa pria dari negara miskin secara tidak sadar lebih tertarik kepada perempua berparas lembut karena dianggap memiliki "gen yang baik," dan sebab itu memperbesar peluang untuk memiliki keturunan yang lebih baik.

rzn/hp (rtr,ap)