1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Pria Prancis Protes Kasus "Penculikan" Anaknya di Jepang

23 Juli 2021

Seorang warga Prancis melancarkan aksi mogok makan di depan Stadion Olimpiade Tokyo memprotes kasus penculikan anaknya di Jepang. Ia berharap dapat bertemu Presiden Emmanuel Macron yang menghadiri pembukaan Olimpiade.

https://p.dw.com/p/3xv85
Warga Prancis Vincent Fichot melakukan aksi makan sebagai bentuk protes penculikan anak di Jepang
Warga Prancis Vincent Fichot melakukan aksi makan sebagai bentuk protes penculikan anak di JepangFoto: Chang-Ran Kim/REUTERS

Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba di Tokyo, Jepang, untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Tokyo yang akan berlangsung di bawah protokol ketat COVID-19, demikian laporan kantor berita AFP pada Jumat (23/07).

Macron adalah satu-satunya kepala negara G7 yang mengunjungi Jepang. Selain Macron, ibu negara Amerika Serikta (AS) Jill Biden dilaporkan turut hadir dalam upacara pembukaan ini untuk memimpin delegasi AS.

Namun di tengah kedatangannya tersebut, seorang warga Prancis bernama Vincent Fichot (39) melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes atas kasus penculikan anaknya di Jepang yang dilakukan istrinya.

Sejak tanggal 10 Juli lalu, Fichot berkemah tak jauh dari salah satu Stadion Olimpiade di Tokyo. Aksi dramatisnya ini dilakukan saat Tokyo sedang memasuki musim panas dengan suhu mencapai 32 derajat Celcius.

Bagaimana sistem hak asuh anak di Jepang?

Tidak seperti banyak negara lain, Jepang tidak mengizinkan hak asuh ganda atas anak, dan dalam beberapa kasus, salah satu orang tua mendapat hask asuh anak-anaknya dan bisa memblokir kontak dengan orang tua yang lain. Kasus yang paling sering menarik perhatian adalah ketika suami yang merupakan warga negara asing bercerai dari istrinya yang orang Jepang.

"Penculikan anak tidak dikriminalisasi, dan bahkan saya mengatakannya itu sah dan diduung oleh pemerintah Jepang melalui penolakan mereka untuk mengambil tindakan," kata Fichot kepada kantor berita Reuters.

Ia berharap aksinya dapat menarik perhatian orang tua yang juga senasib dengannya yang tidak mendapatkan hak asuh anak dan hak berkunjung.

Jika aksinya tidak berhasil, Fichot mengatakan bersedia melanjutkan aksi mogok makan hingga ia tewas. "Saya akan berjuang sampai akhir."

Fichot telah membuat petisi online mencari dukungan agar anaknya "dikembalikan dari penculikan yang tidak adil." Hingga berita ini diturunkan sedikitnya 24 ribu orang telah menandatangani petisi tersebut.

Macron bertemu PM Suga bahas penculikan anak

Ditanya tentang kasus Fichot pada pekan lalu, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi berkata dia tidak bisa berkomentar pada kasus perorangan, sementara masalah dalam negeri "harus diselesaikan antara para pihak yang terlibat sesuai dengan hukum domestik."

Sebelumnya pada tahun 2019, Menteri Kehakiman Jepang Yoko Kamikawa mengatakan: "Sebagai peraturan yang didasari pengalaman, kami mempertimbangkan bahwa penting anak-anak baik ayah dan ibu bisa terlibat mengurus anak setelah perceraian."

Macron dijadwalkan berada di Tokyo selama dua hari. Ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Yoshihide Suga pada Sabtu (24/07). Kedua pemimpin negara itu akan membahas soal situasi di kawasan Indo-Pasifik dalam menghadapi tekanan maritim dan militer yang meningkat dari Cina, serta hubungan ekonomi bilateral. Selain itu, Macron juga berencana mengangkat masalah penculikan anak oleh orang tua yang berpisah di Jepang, yang tidak menawarkan hak asuh bersama untuk anak-anak dalam kasus perceraian atau perpisahan.

Parlemen Eropa telah mendesak Jepang untuk mematuhi aturan internasional tentang perlindungan anak dan mengizinkan hak asuh bersama setelah sejumlah warga negara Uni Eropa ditolak untuk bertemu dengan anak-anak mereka oleh ibunya yang orang Jepang.

Fichot mulai kehilangan konak dengan anak-anaknya ketika ia pulang bekerja sebagai pialang di Nomura Securities pada Agustus 2018. Saat pulang ia mendapati ketiga anaknya hilang.

Fichot pernah bertemu dengan Macron pada tahun 2019 di mana saat itu Macron berjanji akan membantunya. Fichot pun berharap dapat kembali bertemu Macron kali ini di Jepang.

rap/hp (AFP, Reuters, dpa)