1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Program Khusus di Musium Untuk Anak-Anak

Suzanne Cords8 Agustus 2013

Musium bukan hanya tempat menyimpan peninggalan sejarah. Sekarang banyak musium menawarkan kursus dan kegiatan khusus untuk anak-anak.

https://p.dw.com/p/19LXO
Museumspädagogin Laura Winklern mit Kindern im Museum, Juli 2013
Musium Rautenstrauch-Joest, KölnFoto: DW/S.Cords

Permadani dan perabotan dari Timur Tengah menghiasi ruangan. Ada delapan anak berusia 5 sampai 8 tahun yang sedang berkunjung ke Musium Etnologi Rautenstrauch-Joest di Köln. Mereka duduk bersila dan mendengarkan Laura Winkler, yang sedang menceritakan dongeng 1001 malam.

Laura Winkler ahli etnologi yang bekerja di Musium Etnologi Köln. Dia sering memandu kelompok anak-anak berkeliling di musium itu. Dia bercerita tentang bagaimana orang Indian membuat sepatu tradisional mereka atau menunjukkan cara membuat buku mantra. Ini semua tema menarik bagi para pengunjung muda.

"Kami sudah punya banyak fans anak-anak, yang datang terus-menerus", tutur Winkler. Acara di musium memang menarik, karena anak-anak tidak hanya mendengar, tapi bisa membuat macam-macam pekerjaan tangan.

Program Khusus

Ini memang konsep yang dikembangkan oleh Musium Etnologi Köln. Anak-anak harus diajak berkenalan dengan hal-hal yang baru. Mereka bisa belajar budaya asing dan memperluas wawasan mereka sambil bermain, kata Peter Mesenhöller, Direktur Program Anak-Anak. Dia yakin, kursus di musium jauh lebih menarik daripada pelajaran sejarah di sekolah. Selain itu, anak-anak juga bisa melihat bagaimana sebuah musium berfungsi. "Di musium ini, anak sekolah bisa belajar dari awal sampai akhir bagaimana mempersiapkan sebuah pameran," katanya.

Musium Etnologi memang punya bagian khusus yang disebut musium junior. Divisi ini khusus untuk anak-anak dan remaja. Para anak sekolah ikut mempersiapkan konsepnya. Misalnya ada ruangan-ruangan yang menunjukkan contoh kamar anak-anak di Sierra Leone, Kanada, Turki dan Jerman. Lalu ada tayangan video anak-anak dari negara itu yang menceritakan kehidupan sehari-hari mereka. Apa yang dilakukan seorang anak Jepang kalau pulang dari sekolah? Apa kata seorang anak dari Kanada yang keturunan Indian?

Museumspädagogin Laura Winkler mit Kindern im Museumsworkshop, Juli 2013
Laura Winkler bersama anak-anak pengunjung musium.Foto: DW/S.Cords

Bagi Peter Mesenhöller, yang penting juga adalah partisipasi para orang tua. Program-program yang ditawarkan musium biasanya gratis atau hanya dipungut bayaran kecil. Karena sebagian besar program ini dibiayai oleh sponsor.

Menarik Bagi Anak-Anak

Musium di Jerman sekarang berkembang menjadi ruang belajar bagi semua kalangan. Kalau datang ke musium, anak-anak biasanya ingin meraba dan memegang berbagai obyek. Laura Winkler membawa anak-anak melihat tenda orang Indian dan baju tradisional dari Timur Tengah. Anak-anak itu mendengar bagaimana kehidupan seorang anak Tuareg di padang pasir. Mereka meraba tas dari bulu unta.

Kind präsentiert sein Bild, Juli 2013
Sophie, 7 tahun, bangga dengan karyanya.Foto: DW/S.Cords

Setelah itu, anak-anak bisa menggambar dan membuat pekerjaan tangan. Leonhard menggambar angin topan di padang pasir dan sebuah pipa rokok indian. Sophie menggambar seorang putri Arab.

Christian yang berusia 11 tahun dengan bangga menunjukkan bukunya yang dipenuhi dengan simbol-simbol oriental. Dia memang sudah sering datang ke Musium Etnologi. "Di sini lebih menyenangkan daripada di sekolah", katanya.

Kisah tentang para pelayar, cerita mengenai buah kelapa dan kisah-kisah orang Indian sangat digemari anak-anak, kata Laura Winkler. Workshop selama 2 jam cepat berlalu. Banyak anak-anak yang ingin datang lagi ke musium ini. Minggu depan, ada program khusus tentang kehidupan orang Indian.