1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Program Pangan Dunia Berikan Bantuan Darurat Bagi Libanon

26 Juli 2006

Sejak terjadinya peperangan sudah sekitar 500.000 orang mengungsi.

https://p.dw.com/p/CJcC
Foto: AP

Warga asing relatif mudah kembali ke tanah air mereka masing-masing. Tetapi warga Libanon sendiri harus meninggalkan semua harta miliknya dan belum pasti di lokasi pengungsian mereka memperoleh tempat berteduh dan keebutuhan primernya dapat terpenuhi.

Program Pangan Dunia WFP di Roma kini memulai bantuan darurat bagi para pengungsi. Kapal pertama dari kota pelabuhan Italia, Bari sudah tiba di Beirut. Program Pangan Dunia PBB WFP bukan hanya membagikan barang bantuan dari Eropa. Juga bahan pangan, tenda dan obat-obatan yang disediakan oleh pemerintah Libanon bagi sekitar 300.000 pengungsi dalam negeri, harus dibawa kepada mereka yang memerlukannya. Kemarin iring-iringan truk dari Beirut bergerak ke arah Libanon selatan.

25 ton bantuan pangan yang sudah tiba di Beirut dan sekitarnya hari Minggu lalu, disebut WFP sebagai "simbolis". Marta Laurenzio , jurubicara organisasi PBB itu mengatakan:"WFP mengirim 25 ton makanan berenergi tinggi yang sangat diperlukan pada tahap pertama keadaan darurat. Petugas kami di tempat ingin secepatnya mengetahui keadaan, yang dari menit ke menit terus berubah. Puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka. Ini kami tahu pasti."

Jalan yang harus ditempuh tidaklah jauh. Dengan kapal dari Bari ke Beirut, tidak butuh waktu lama. Dari Beirut ke selatan Libanon, dimana orang-orang meninggalkan rumah mereka dan dimana bantuan kemanusiaan paling diperlukan, jaraknya tidak sampai 100 km. Jalan inilah yang harus ditempuh oleh 10 truk WFP.

Truk itu mengangkut 90 ton barang bantuan. Apakah pengangkutan itu berjalan mulus? Para petugas WFP meragukannya, karena ini merupakan pengiriman barang bantuan untuk pertama kalinya, sejak meruncingnya situasi. Demikian kata seorang jurubicara WFP. Ijin lewat bagi truk angkutan itu telah disiskusikan. Demikian pula kemungkinan sandarnya lagi kapal pengangkut barang bantuan di pelabuhan Beirut yang diblokir.

Wilayah selatan Libanon tentu lebih mudah dicapai dari Israel, tetapi situasi sekarang tidak memungkinkannya. Demikian pula tentara PBB dalam pasukan UNIFIL di perbatasan Israel-Libanon, tidak dapat melindungi pengangkutan bantuan WFP. Petugas-petugas WFP bekerja tanpa kawalan keamanan, seperti dikatakan jurubicara WFP, Marta Laurenzio:"Lingkungan tempat kerja para petugas kami, tidak aman. Kami melengkapi mereka dengan sarana pengaman untuk melindungi mereka."

Selain rompi tahan peluru, mereka juga mengenakan helm biru PBB yang dapat dikenali dari jauh. Kalau harga-harga makanan di Beirut naik 50 persen, di berbagai provinsi para pengungsi harus membayar sampai enam kali lipat untuk roti, buah-buahan dan sayuran. Itupun kalau mereka berhasil menemukan toko yang buka. Menurut WFP, para pengungsi di Libanon cepat atau lambat terancam kelaparan.
WFP merencanakan penugasan di Libanon untuk tiga bulan. Ini bertentangan dengan pernyataan Israel bahwa aksi-anti-Hisbollah masih akan berlangsung antara 7 sampai 110 hari.

Di satu pihak pelayanan selama berbulan-bulan diperlukan bagi mereka yang rumahnya hancur. Di lain pihak WFP mementingkan perencanaan lebih panjang daripada terlalu singkat. Bila aksi bantuan dapat dihentikan sebelumnya, karena dianggap tidak perlu lagi, tentu akan sangat menggembirakan, demikian menurut wakil WFP di Roma.