1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Prosesi Pemakaman Menjadi Simbol Suksesi Kekuasaan

Andrea Lueg29 Desember 2011

Kini, Kim Jong Un yang diperkirakan berumur 30 tahun, akan memimpin negeri yang selama puluhan tahun terisolasi dan penuh dengan misteri. Belum jelas bagaimana corak kepemimpinan Korea Utara di masa depan.

https://p.dw.com/p/13bH3
Kim Jong Un yang muda dan tak berpengalaman kini memimpin negeri misterius Korea UtaraFoto: AP

Periode berkabung bagi “Pemimpin Tercinta” Korea Utara telah berakhir. Setelah salju turun pada hari Rabu (28/12), hari Kamis (29/12) matahari bersinar di Lapangan Kim Il Sung yang terletak di jantung ibukota Pyongyang. Pagi hari itu, menurut pejabat resmi setempat, puluhan ribu orang berkumpul. Kim Yong Nam, yang disebut orang nomor dua Korea Utara, menyampaikan pidato panjang berisi puja puji atas pencapaian Kim Jong Il.

Tahun 1994, Kim Yong Nam pula yang menyampaikan pidato pujian saat pemakaman pendiri Korea Utara Kim Il Sung yang merupakan ayah dari Kim Jong Il. Dalam pidatonya kali ini, Kim Yong Nam, menyebut nama Kim Jong Un, putera bungsu Kim Jong Il sebagai pemimpin tertinggi Korea Utara yang baru. Sesaat kemudian, orang lain, bukan Kim Jong Un sendiri, yang melangkah ke arah mikrofon, dan akhirnya tembakan penghormatan dilepaskan bagi Kim Jong Il.

Setelah itu disusul dengan upacara mengheningkan cipta selama tiga menit, dan sirene meraung di seluruh negeri. Seluruh media resmi Korea Utara telah memberikan atribut kekuasaan bagi Kim Jong Un yang belum lagi berusia 30 tahun. Ia digambarkan sebagai pemimpin militer, negara, dan partai, yang merupakan satu-satunya partai politik yang ada di sana.

Selama pidato pemakaman di Lapangan Kim Il Sung, Kim Jong Un didampingi pamannya Jang Song Thaek, dan juga Kepala Staf Militer Ri Yong-ho. Itu memperlihatkan bahwa klik politik inilah yang sedang menjalankan konsolidasi kekuasaan di Korea Utara.

Mata dunia, terutama mereka yang cemas dengan stabilitas keamanan di semenanjung Korea, menyimak dengan cemas proses suksesi politik Korea Utara. Hingga kini, masa depan perundingan penghentian program nuklir negara tersebut masih tanda tanya. Juga belum jelas, apakah presiden Korea Selatan atau bahkan Amerika Serikat dalam waktu dekat akan bisa bertemu dengan Kim Jong Un.

Andy Budiman

Editor: Hendra Pasuhuk