1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Protes di Perancis Terus Berlanjut

19 Oktober 2010

Rabu besok (20/10), Senat Perancis akan memberikan suara bagi reformasi yang diusulkan Presiden Sarkozy tersebut. Kini, aksi protes menentang reformasi ini telah berubah menjadi aksi kekerasan.

https://p.dw.com/p/PhTW
Jalan menuju sebuah kilang minyak di Frontignan-la-Peyrade diblokade para demonstranFoto: picture-alliance/dpa

Situasi di beberapa kota di Perancis sangat genting dan mencekam. Dengan kekerasan, pihak keamanan Perancis berusaha membubarkan para perusuh. Di banyak penjuru kota terlihat mobil-mobil yang terbakar. Sementara di kota Le Mans, sebauh sekolah juga menjadi korban aksi pembakaran. Polisi menembakkan gas air mata dan menangkap sekitar 300 demonstran. Kekacauan tampak di mana-mana.

"Sebenarnya saya ingin menutup jendela toko saya. Tapi sudah hancur. Ini membuat saya takut. Biasanya kejadian ini hanya dilihat di televisi. Ini berbeda jika kita mengalaminya sendiri,” dikatakan seorang perempuan.

Pemogokan terjadi hampir di seluruh pelosok negeri. Hari Selasa (19/10), para penumpang kereta api serta pesawat kembali harus bersiap-siap dengan adanya keterlambatan keberangkatan atau bahkan harus membatalkan rencana perjalanan mereka. Menurut laporan, sepertiga dari penerbangan domestik telah dibatalkan.

Sejak berhari-hari para pemogok memblokir kilang minyak, menyebabkan kelangkaan bahan bakar. Tujuan serikat kerja dengan pemblokiran ini adalah untuk melumpuhkan pasokan bahan bakar di Perancis. Setelah pasokan BBM ke bandar utama Perancis terhenti, kini pompa-pompa bensin pun sudah kehabisan BBM, terutama minyak solar.

Aksi demonstrasi dan pemogokan berkepanjangan, merebak di Perancis setelah pemerintahan Presiden Nikolas Sarkozy merencanakan untuk menjalankan reformasi pensiun. Seperti halnya menimpa pemerintah beberapa negara Eropa. Perancis pun sedang terlilit masalah defisit keuangan. Sehingga Perancis mengambil keputusan untuk menekan defisit ini dengan memangkas pengeluarannya, salah satunya adalah menurunkan jumlah dana pensiun dengan menaikkan usia pensiun. Tahun ini, pemerintah Perancis mengeluarkan dana pensiun sebesar 32 miliar Euro. Reformasi pensiun mencakup antara lain kenaikan masa usia pensiun dari usia 60 menjadi 62 tahun.

Serikat-serikat buruh serta oposisi dari kubu sosialis berharap bisa menekan pemerintah agar mengubah rencana reformasi pensiun ini, bertekad terus mempertahankan hak warga untuk memasuki pensiun pada usia 60 tahun. Mereka menuding Presiden Nicolas Sarkozy mengalihkan beban kekeliruan yang dilakukan sektor keuangan kepada para pekerja. Sejauh ini, pemerintah Perancis belum menunjukkan isyarat akan mengubah pikiran.

Reformasi pensiun dari Presiden Nikolas Sarkozy ini telah mendapat persetujuan dari Majelis Nasional Perancis. Rabu besok (20/10), Senat Perancis akan mengambil keputusan apakah reformasi ini lolos atau tidak.

Silke Horndasch/Yuniman Farid/ap,dpa

Editor: Ziphora Robina