1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Punjab Utara Terlupakan dari Pemberian Bantuan

13 Agustus 2010

Program pangan PBB khawatir, jumlah korban tewas di Pakistan akan semakin bertambah akibat banjir. Di bagian utara Punjab sampai sekarang bantuan belum datang sama sekali.

https://p.dw.com/p/OnAP
Banjir di provinsi Punjab, Pakistan (04/08)Foto: AP

Kendaraan bergerak sangat lambat melalui jembatan Indus. Bangunan jembatan yang sudah sangat tua berhasil menahan banjir, tetapi jalan menuju jembatan itu rusak berat. Air penuh lumpur berwarna coklat terus menekan tiang-tiang jembatan. Beberapa ratus meter di seberang sungai terletak daerah Kalabagh. Wilayah itu terhampar indah di kaki gunung. Segala sesuatu yang tidak dibangun di lereng gunung lenyap terbawa air sungai Indus. Jumlah korban tewas belum diketahui.

Di dekat Kalabagh, di sebelah utara provinsi Punjab terdapat lahan pertanian yang luas. Sekarang semuanya tertutup lumpur, termasuk jalan satu-satunya. Mohammad Taiz berusaha mendorong lumpur dari jalanan, dengan menggunakan mesin keruknya. Setidaknya sekarang mobil dapat kembali lewat di jalanan itu. Tetapi kendaraan yang mengangkut bahan bantuan jarang lewat. Demikian diceritakan Mohammad Taiz, sambil bertanya, apakah orang sudah melupakan mereka. Padahal dua hari lalu air badang melanda wilayah itu.

Kehilangan Semuanya

Pakistan Flut Katastrophe 2010
Sebuah jembatan di Noswhera yang terputus akibat banjir (01/08).Foto: AP

Sebelumnya, Hussein Imdad tetap berada di rumah dan tanah pertaniannya, yang hanya berlokasi beberapa ratus dari sungai Indus. Ia bercerita: "Tiba-tiba jadi mengerikan. Air mendadak naik sangat cepat. Kami melarikan diri, ketika air sudah sampai ke leher. Tetapi kami tidak punya perahu, jadi kami menggendong anak-anak dan berenang, dan akhirnya masih sempat selamat."

Sekarang Hussein Imdad dan keluarganya bernaung di puskesmas kecil. Dengan putranya, Hassan, ia sudah melihat lagi situasi rumahnya. Semuanya hancur. Imdad memperkirakan, sampai dua bulan mereka harus tinggal di puskesmas tersebut. Setidaknya situasi di situ aman. Jika bantuan datang, pasti akan ke puskesmas tersebut.

Tidak Ada Bantuan dari Luar Negeri

Epidemie und Erkrankungen im Flutgebiet Pakistans
Seorang anak di daerah Punjab yang menderita alergi (10/08)Foto: DW

Sebenarnya puskesmas hanya berupa pondok beton yang memiliki beberapa ruangan. Di sana hanya ada sebuah meja, di mana obat-obatan diletakkan. Kipas angin rusak. Lalat beterbangan di mana-mana dan hinggap di kulit yang basah dengan keringat. Mohammad Amin, yang memimpin puskesmas itu mengatakan, "Tiap harinya 200 orang datang. Mereka menderita sakit kulit, malaria, juga diare. Sebagian menderita gangguan pernapasan."

Obat-obatan hanya cukup untuk maksimal empat hari. Setidaknya pemerintah daerah kadang mengirimkan air bersih, tepung dan gandum. Pemerintah memperkirakan, di 14 daerah di distrik itu 100.000 orang menjadi korban banjir. Tetapi bantuan dari luar negeri belum datang. Bantuan dikonsentrasikan di bagian utara. Sementara untuk ke ibukota Islamabad perjalanan lamanya lima jam dari Punjab. "Saya belum melihat pekerja internasional, selain anggota pemerintah yang datang dengan pekerja PBB sekitar tiga hari yang lalu."

Namun demikian, orang-orang yang mencari perlindungan di puskesmas itu tetap berharap. Seperti juga Hussein Imdad sekeluarga. Mungkin juga karena mereka tidak punya alternatif lain. Hussein Imdad berharap, setidaknya pemerintah membantu dalam pembangunan kembali, karena mereka tidak memiliki apa-apa lagi.

Jürgen Webermann/Marjory Linardy

Editor: Asril Ridwan