1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Qatar Lakukan Investasi dan Reformasi Pendidikan

1 Mei 2008

Negara minyak Qatar saat ini adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesat di dunia. Tanpa pekerja asing yang berjumlah lebih dari satu juta orang, boom ekonomi ini tidak akan terjadi.

https://p.dw.com/p/Drug
Syeikh Hamad bin Khalafi Al ThaniFoto: AP

Penduduk Qatar adalah warga minoritas di negaranya sendiri. Selain Bahasa Arab, Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar utama di Qatar. Sebagian besar pendapatan Qatar dari minyak dan gas bumi diinvestasikan di bidang pendidikan, antara lain untuk Universitas Qatar, yang meliputi bangunan kampus seluas 10 kilometer persegi di Doha, yang dikelola Yayasan Qatar.

Di Universitas Qatar di ibukota Qatar, Doha dalam mata kuliah pendalaman bagi tenaga pimpinan di fakultas pendidikan, 14 guru sekolah dasar berkumpul. Pada agenda kuliah tercantum perbandingan sistim pendidikan antara Cina dengan Katar. Nancy Allen memimpin mata kuliah tersebut. Dosen perempuan itu berasal dari Texas Amerika Serikat dan bekerja di Qatar sejak dua tahun. Nancy Allen memberi waktu kepada tiga pria dan 11 perempuan peserta kursus pendalaman untuk berdiskusi dan memperhatikan agar semua menyampaikan pendapatnya

Hal yang paling menarik bagi saya adalah bagaimana warga di Cina begitu serius menghadapi ujian. Demikian dikatakan seorang mahasiswi. Suaranya terdengar tertahan, kecuali mata, mukanya tersembunyi di balik cadar. Tapi Abbaya, burka sepanjang tubuh para perempuan Katar, tidak merupakan penghalang untuk secara dinamis menyampaikan pendapatnya.

Kursus pendalaman tersebut adalah bagian dari reformasi pendidikan yang luas di Qatar, Sebelumnya tidak ada kualifikasi pendidikan untuk guru-guru di Katar. Berulang kali Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Bank Dunia mengkritik negara-negara Arab akan minimnya politik di bidang pendidikan dan jauh terbelakangnya standar pendidikan negara-negara ini dibanding kawasan lainnya di dunia. Pendidikan kurang dibiayai, bangunan sekolah dan sistim pendidikannya terlalu tua. Demikian disebutkan dalam catatan penilaian. Terutama kritik akan kurangnya peluang bagi anak-anak perempuan dan perempuan dewasa, dimana tidak hanya dalam buku-buku pelajaran tertera peran mereka sebagai ibu rumah tangga atau pekerja di ladang.

Di Qatar kritik tersebut ditanggapi serius. Hal ini tidak lepas dari pasangan pemimpin di Qatar yang berpandangan luas. Syeikh Hamad Bin Khalifa al-Thani dan istrinya Syeikh Mozah Binti Naser al-Misned menempuh pendidikan di perguruan tinggi Barat. Syeikh Mozah juga aktif sebagai utusan khusus badan urusan pendidikan PBB, UNESCO. Dengan motto „Pendidikan untuk era baru“, tahun 2004 dimulai reformasi pendidikan di Qatar. Mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga tingkat perguruan tinggi, sistim pendidikan disesuaikan dengan standar internasional. Shaikha Jabor al-Thani adalah wakil rektor Universitas Qatar, satu-satunya universitas nasional di negara itu

„Universitas Qatar lahir tahun 1973, mula-mula sebagai sekolah tinggi pedagogik, namun baru tahun 1977 menjadi universitas. Sekarang kami memiliki enam fakultas: Pedagogik, ilmu humaniora dan pengetahuan, satu fakultas untuk ilmu teknik, ilmu hukum, ilmu-ilmu ekonomi, juga fakultas kajian studi dan hukum Islam.“

Bahasa Inggris dan Teknik Informatik adalah Mata Kuliah Dasar

Mata kuliah diberikan dalam bahasa Inggris dan Arab. Semua mahasiswa di tingkat kuliah dasar harus lulus bahasa Inggris dan teknologi informatik, agar mereka memiliki peluang untuk memanfaatkan ilmunya secara luas dalam dunia global. Mereka dididik bagaimana melakukan penelitian, berpikir secara kritis dan mencari penyelesaian masalah sebelum mulai dengan perkuliahan sebenarnya.

Mahasiswa, para dosen dan orang tua, semua dilibatkan dalam sistim baru ini. Di negara kaya seperti Qatar, menempuh pendidikan di perguruan tinggi masih belum begitu dianggap penting, terutama di kalangan pria muda. Demikian disampaikan Shaikha Jabor dengan prihatin. Selama mereka dapat membaca dan menulis, terbuka banyak peluang untuk mendapat uang dengan minyak dan gas bumi. Pendidikan harus ditunjang mulai dari tingkat keluarga, bukan hanya untuk mendapat pekerjaan. Pendidikan adalah gaya hidup. Demikian Shaikha Jabor

„Dan apa yang tinggal dari yang mereka pelajari? Dunia berubah setiap hari, karena itu kami harus memastikan bahwa kami mendidik orang-orang yang mampu terus mendidik dirinya sendiri, juga di luar perguruan tinggi, tanpa sekolah. Mereka harus belajar sepanjang hidupnya, itulah tantangan terbesar bagi universitas.“

Qatar tidak memiliki masalah keuangan. Dengan kekayaan dari tambang minyak dan gas bumi, Syeikh Hamad bin Khalifa al-Thani mendorong sumber daya alam paling berharga negara itu, yang disebutnya adalah para remaja. Pendidikan bagi warga Qatar dan bagi anak-anak dari kaum pekerja migran, yang bekerja di institusi-institusi di Qatar gratis. Berbagai program bea siswa yang ditawarkan menjadi perangsang bagi anak-anak semua lapisan dan kelompok umur. Juga tampak jelas aktivitas yang mendorong anak-anak perempuan dan perempuan dewasa. Jumlah perempuan meliputi 73 persen dari 8000 mahasiswa Universitas Qatar, dan menduduki jabatan penting di negara itu seperti menteri pendidikan atau kepala sekolah.

Tanpa bantuan know-how asing Qatar tidak akan mungkin melakukan reformasi yang ambisius itu. Tenaga kerja dari seluruh dunia, dosen-dosen, guru dan konsultan dibayar tinggi oleh Qatar untuk mencapai standar pendidikan internasional

„Kami memasang iklan lowongan kerja di seluruh dunia, kami bersikap terbuka, kewarganegaraan tidak menjadi masalah bagi kami. Yang penting adalah kualifikasi dan apa yang diperlukan universitas. Dengan kriteria ini kami menyeleksi orang-orang. Tentu saja keragaman sangat penting bagi kami.“

Sejak tahun 1995 Qatar dipimpin oleh Syeikh Hamad bin Khalifa Al-Thani, yang memodernisasi negara teluk ini dengan kecepatan tinggi. Tahun 1999 untuk pertama kalinya berlangsung pemilihan umum yang bebas di parlemen tingkat komunal. Perempuan memiliki hak pilih pasif maupun aktif. Lima tahun lalu 96 persen warga Qatar menyetujui undang-undang yang demokratis, dimana antara lain tercantum kebebasan beragama. Tahun 2005 konstitusi tersebut mulai dijalankan.