1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Raja Nepal kembalikan kekuasaan kepada rakyat

22 April 2006

Raja Gyanendra mengalah setelah diprotes rakyat selama dua minggu. Namun tawarannya untuk berkompromi sudah terlambat.

https://p.dw.com/p/CJdU

Sejak dini hari Jumat, massa demonstran di Kathmandu bergerak menuju tengah kota. Ratusan ribu demonstran itu menuntut ditegakkannya demokrasi dan turunnya Raja Gyanendra. Dalam perjalanannya massa disambut oleh Pasukan Siaga, militer dan panser-panser. Suasana di berbagai lokasi sangat tegang, namun para politisi aliansi kelompok oposisi yang turut berdemonstrasi dengan tegas menunjukkan ketetapan hati. Rakyat, kami para demonstran akan menerjang blokade polisi dan berbaris ke tengah kota. Kami akan berusaha melakukannya secara damai, tapi bila tidak ada jalan lain kami siap melakukannya dengan kekerasan. Demikian dikatakannya.

Lewat tengah hari ribuan demonstran berhasil melewati blokade dan menuju tengah kota. Tekanan terhadap raja meningkat lebih jauh, seperti juga harapan bahwa raja akan mengumumkan langkah yang akan diambilnya.

Pada pukul 19 waktu setempat, Raja Gyanendra tampil di televisi Nepal selama empat menit. Dalam siaran itu, Raja menyatakan tidak akan mengundurkan diri. Namun ia sedikit mengalah kepada gerakan protes itu.

Raja Gyanendra:

„Sesuai dengan Artikel 35, saya mengembalikan kekuasan kepada rakyat „

Kekuasaan harus berada di tangan rakyat, demikian pernyataan Raja Gyanendra.

Konstitusi Nepal menetapkan, bahwa raja hanya dapat mengambil keputusan bersama-sama dengan pemerintahan. Sebenarnya, politik Nepal ditentukan oleh kabinet. Sedangkan raja memiliki peran representatif. Dengan pernyataannya, Raja Gyanendra menempatkan Nepal kembali kepada posisi awal, sebelum ia merebut kekuasaan pada bulan Februari tahun lalu. Raja Gyanendra, juga meminta agar aliansi ke tujuh partai oposisi ini untuk membentuk pemerintahan dan menominasi calon perdana menteri baru.

Raja Gyanendra:

„Saya berharap, kita akan secepatnya memiliki Perdana Menteri dan Kabinet“

Meski Raja Gyanendra mengalah, para demonstranten dan pihak oposisi menilai kompromi raja tidak memadai. Dengan bertambah besarnya kelompok oposisi, tuntutan yang ditujukan kepada Raja Gayendra semakin radikal. Banyak demonstran sama sekali menolak raja.

Menurut seorang demonstran, massa yang berunjuk rasa pada awalnya tidak banyak. Namun dalam tiga hari terakhir makin banyak orang yang turun ke jalan. Raja harus melepaskan kekuasaannya dan militer tunduk kepada parlemen. Begitu ungkap seorang demonstran.

Pernyataan Raja di televisi Nepal berarti, bahwa Raja Gyanendra akan tetap berfungsi sebagai Kepala Negara dan Panglima Tertinggi Militer. Menurut para pengamat di Kathmandu, situasi sudah berkembang terlalu jauh untuk tawaran yang diajukan Raja Gyanendra. Aksi protes akan terus berlangsung. Sekarang, larangan keluar di Nepal ditetapkan berlangsung sampai tengah malam.