1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rakyat AS Tidak Terlalu Tertarik pada Masalah Timur Tengah

5 September 2010

Presiden AS Barack Obama menginvestasikan banyak modal politik dalam perundingan perdamaian Timur Tengah. Bagaimana sikap rakyat AS sendiri mengenainya?

https://p.dw.com/p/P4kj
Presiden AS Barack Obama (tengah) menyambut PM Israel Benyamin Netanyahu (kiri) dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas (02/09)Foto: picture-alliance/dpa

Tema-temanya lain, yang pekan ini mendominasi kepala berita di AS. Saat Presiden Barack Obama bertemu dengan aktor-aktor utama perundingan perdamaian di Gedung Putih, tiga stasiun televisi besar berjam-jam menyiarkan berita dari Silver Spring, sebuah daerah di luar kota Washington. Di daerah itu seorang pria berusia 43 tahun menyandera beberapa orang di kantor pusat televisi Discovery Channel.

Jadi gambar-gambar yang ditunjukkan bukan para pemimpin pemerintahan dari Timur Tengah melainkan gambar bangunan yang dievakuasi. Para pakar mendiskusikan kompromi antara warga Israel dan Palestina, melainkan tentang taktik polisi untuk membebaskan para sandera.

NO FLASH Nahost Friedensgespräche in Washington
Benyamin Netanyahu (kiri) dan Mahmoud Abbas (kanan) bersama Menlu AS Hillary Clinton.Foto: AP

Namun demikian, kepada semua stasiun televisi tidak perlu dilontarkan pertanyaan yang mungkin membebani hati nuraninya, yaitu apakah mereka menyela pemberitaan dari tempat penyanderaan di Silver Spring untuk menyiarkan pernyataan resmi pertama presiden tentang pembicaraannya dengan para wakil dari Timur Tengah. Karena sebelum Obama menyampaikannya, penyandera sudah ditembak mati polisi.

Bagi wartawan harian The Washington Post, drama penyanderaan itu sebegitu pentingnya sehingga dalam edisi Kamis (02/09) laporannya diterbitkan dengan kepala berita besar, lengkap dengan foto. Sedangkan berita pembicaraan perdamaian Timur Tengah hanya ditempatkan di bagian bawah halaman pertama sebagai penunjuk ke halaman sepuluh.

"It's the economy, stupid!"

Apakah orang Amerika merasa tertarik pada masalah Timur Tengah? Tidak ada orang yang menentang perdamaian, demikian dikatakan David Schenker dari institut untuk politik Timur Tengah di Washington. "Tetapi mereka lebih tertarik pada masalah kuota pengangguran dan utang negara yang semakin tinggi."

Schenker yang dulunya penasehat Donald Rumsfeld, menteri pertahanan di jaman pemerintahan George W. Bush, memperkirakan, Presiden Obama tidak memperhitungkan akan mendapat dukungan dalam pemilu mendatang di kongres, ketika memutuskan menjadi penengah masalah Timur Tengah.

George Mitchell / Nahost / Israel / Palästinenser / USA
Utusan AS untuk masalah Timur Tengah, George MitchellFoto: AP

Tema ini tidak memegang peranan bagi warga AS kalau mereka memberikan suara, demikian Schenker. "Saya pikir, orang Amerika tidak terlalu terkesan, bahwa presidennya berhasil menggerakkan pemimpin Israel dan Palestina untuk kembali berunding."

Masalah lain ada juga. Utusan khusus AS untuk Palestina, George Mitchell mengatakan, partai-partai yang berkonflik memutuskan untuk tidak memberitakan hasil pembicaraan mereka. Jadi kemungkinan besar, tahun depan berita bagus, yang dapat digunakan Obama untuk menghias diri, tidak akan terlaru sering muncul.

Jika membicarakan politik luar negeri, warga AS lebih sering menengok ke Irak atau Afghanistan, di mana pasukan AS ditempatkan dan menghadapi bahaya. David Schenker mengatakan, "Jika daftar ranking dibuat, untuk urusan luar negeri warga AS terutama khawatir tentang ancaman senjata nuklir dari Iran, dan bahwa AS mungkin harus mengambil tindakan."

Kabar Baik Tidak Dihitung

Kamis lalu (02/09), juga ada anjungan minyak yang meledak di Teluk Meksiko dan angin topan Earl yang menarik perhatian rakyat AS. Wartawan dalam konferensi pers di Gedung Putih tidak terlalu tertarik pada pembicaraan perdamaian Timur Tengah. Mereka kembali bertanya soal ekonomi. Misalnya, apakah ada pertimbangan untuk mengadakan paket penyuntikan dana berikutnya.

Mengingat kuota pengangguran mencapai 9,6 %, orang Amerika lebih memperhatikan pekerjaan mereka daripada konflik antara Israel dan Palestina yang sudah berlangsung puluhan tahun, dan pers AS mencerminkan semua itu.

NO FLASH Nahost Friedensverhandlungen in Washington
Presiden Mesir Hosni Mubarak (paling kiri) dan Raja Abdullah II dari Yordania (paling kanan) menyertai Obama dan para wakil dari Palestina dan Israel (01/09)Foto: AP

Jika ada pemberitaan tentang perundingan perdamaian, analisanya bernada skeptis. David Schenker juga ragu, bahwa dalam waktu satu tahun banyak yang dapat dicapai. Jika pembicaraan tidak berhasil, Presiden Obama pasti akan dianggap gagal. Kabar buruk juga lebih bagus disiarkan daripada kabar baik.

Sampai pemilu presiden berikutnya masih ada waktu dua tahun. Jika sampai saat itu ada kesepakatan perdamaian bagi Timur Tengah, Obama akan tercatat dalam sejarah. Tetapi Schenker tetap skeptis. Ia berkata, "Presiden Jimmy Carter berhasil dalam masalah Mesir dan Israel, tetapi itu dulu tidak menolongnya untuk kembali terpilih sebagai presiden."

Christina Bergmann / Marjory Linardy

Editor: Andriani Nangoy