1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rakyat Mesir Diserukan untuk Bersatu

10 Maret 2011

Penguasa militer di Kairo, Kamis (10/03), mendesak agar bangsa Mesir bersatu, dan mengingatkan bahaya anarki, setelah bentrokan antara umat Kristen dan muslim dua hari lalu.

https://p.dw.com/p/10Wx6
Militer dengan kendaraan berat diturunkan di lokasi bentorkan Muslim-Kristen di Kairo, Selas (08/03)Foto: picture alliance/dpa

Kabinet baru bertemu untuk pertama kalinya dan memutuskan, Kamis (10/03), mengerahkan kembali aparat kepolisian. Polisi Mesir sebagian besar terpecah-belah pada hari-hari pertama pemberontakan yang menggulingkan Mubarak dari kursi kepresidenan dan menyebabkan militer berkuasa.

Dalam pertemuan dengan anggota kabinet baru, dewan militer mendesak rakyat Mesir untuk bersatu. Dewan juga memperingatkan terjadinya chaos yang mengancam keamanan nasional, terutama dengan keberadaan ancaman asing yang menyasar stabilitas dan keamanan Mesir.

Kantor berita pemerintah tidak menguraikan apa yang dimaksud dewan dengan ancaman asing, namun menyebutkan bahwa pertemuan dengan kabinet tersebut menanggapi perselisihan sektarian dan dampaknya bagi bangsa dan ekonomi.

Insiden hari Selasa (08/03), merupakan bentrokan terburuk antara Muslim-Kristiani, sejak Husni Mubarak tersingkir. Bentrokan terjadi Selasa malam di Moqattam, distrik di pinggir Kairo yang dihuni kelas pekerja, di mana warga Muslim menghadang sekitar 1000 umat Kristen yang memblokade jalan utama, dalam aksi protes terhadap pembakaran sebuah gereja di Kairo hari Sabtu (05/03).

Kementrian Kesehatan mengatakan, sedikitnya 13 orang tewas dalam kekerasan sektarian itu. Pastur Boutros Roshdy dari gereja Moqattam mengatakan, sedikitnya 7 umat Kristen Koptik berada di antara korban tewas. 140 orang lainnya menderita luka-luka, antara lain luka di kepala, luka akibat peluru dan patah tulang. Sedikitnya satu dari korban tewas, seorang pemuda Kristen berusia 18 tahun, ditembak di bagian punggung. Tidak jelas siapa yang melepaskan tembakan. Militer, yang mencoba meredakan bentrokan, sempat melepaskan tembakan ke udara.

Amerika Serikat menyerukan kepada pemerintah sementara Mesir untuk menindak tegas mereka yang mendalangi bentrokan sektarian. Juru bicara Kemntrian Luar Negeri, Mark Toner, mengatkan, pemerintah AS prihatin akan serangan terhadap umat Kristen Koptik dan mengecam kekerasan yang terjadi.

Rakyat Mesir membanggakan solidaritas Kritiani-Muslim yang ditunjukkan selama revolusi yang menggulingkan Mubarak pada 11 Februari. perlawanan rakyat terhadap rejim, diharapkan mengubur ketegangan yang meningkat pada tahun-tahun terakhir.

Ihkwanul Muslimin, kelompok Islam yang merupakan kekuatan politik paling terorganisir di Mesir, memperingatkan upaya bekas-bekas rejim Mubarak untuk mengobarkan perselisihan dalam situasi yang peka ini. Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohammad Badie menyerukan pada rakyat Mesir untuk bersatu mendukung angkatan bersenjata dan kabinet agar mereka mampu mewujudkan tuntutan revolusi.

Amr Hamzawy, pengamat politik yang aktif dalam gerakan reformasi di Mesir, mengatakan, Dewan tertinggi militer, pemerintah dan masyarakat sipil harus bereaksi agar masalah ini tidak bereskalasi. Ia kuatir Mesir kembali ke lorong gelap ketegangan sektarian.

Serangan terhadap gereja hari Sabtu, dipicu cekcok keluarga terkait kisah cinta seorang perempuan Muslim dan seorang pria Kristen. Kisah serupa juga memicu perselisihan di masa lalu. Ratusan umat Kristen melakukan aksi protes di luar kantor televisi pemerintah di Kairo, sejak pembakaran gereja itu. Untuk meredakan ketegangan, Panglima Tertinggi Mohamed Hussein Tantawi, ketua dewan militer, mengatakan bahwa militer akan membangun kembali gereja itu, sebelum Paskah.

Renata Permadi/ afp/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk