1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rakyat Mesir Tuntut Mubarak Turun

29 Januari 2011

Presiden Hosni Mubarak telah menjanjikan reformasi, dan membubarkan kabinet. Tetapi rakyat tetap berdemonstrasi dan menuntut Mubarak turun dari jabatan.

https://p.dw.com/p/107Fh
Demonstran melalui musium di Kairo (29/01)Foto: AP

Selambatnya sejak hari Sabtu gejolak di Mesir menjadi buah kekhawatiran di belahan dunia lain. Presiden AS Barack Obama kembali menekan Presiden Mesir Husni Mubarrak Sabtu kemarin untuk mengadakan reformasi menyeluruh dan mencegah kekerasan lebih lanjut terhadap rakyat.

Obama secara mendadak mengadakan pertemuan Sabtu siang kemarin dengan para penasehat utamanya, termasuk Wakil Presiden Joe Biden dan penasehat keamanan nasional, Tom Donilon. Pertemuan tersebut di antaranya membahas stabilitas keamanan di kawasan dan peranan Amerika Serikat.

Schweiz Wirtschaft Weltwirtschaftsforum in Davos Großbritannien David Cameron
PM Inggris David CameronFoto: dapd

Pernyataan dari Eropa

Sementara itu dalam pernyataan bersamanya, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel mendesak Presiden Hosni Mubarak untuk mencegah penggunaan kekuasaan terhadap demonstran.

Pernyataan bersama tersebut diberikan Sabtu kemarin. Pemimpin pemerintahan dari tiga negara Eropa itu juga meminta Mubarak untuk menerima perubahan di negaranya dan memberikan reaksi yang tepat bagi apa yang mereka sebut tuntutan legitim akibat kesengsaraan rakyat Mesir.

Demonstrasi Masih Berlangsung

Sejauh ini situasi di Mesir masih belum tenang. Bentrokan antara demonstran yang menuntut turunnya Presiden Hosni Mubarak dan aparat keamanan menelan setidaknya 80 korban jiwa, dan ribuan lainnya mengalami luka-luka, sejak huru-hara anti pemerintah meletus Jumat lalu (28/01). Demikian keterangan dokter dan tim bantuan medis. Di kota Beni Sueif di sebelah selatan ibukota Kairo, 12 orang dilaporkan tewas Sabtu kemarin dalam demonstrasi. Demikian keterangan aparat keamanan.

Ägypten Proteste NO FLASH
Seorang demonstran merobek foto Presiden Hosni Mubarak (29/01)Foto: AP

Sementara itu media menunjukkan gambar-gambar dengan nilai simbolis tinggi. Ditunjukkan bagaimana warga sipil menaiki panser dan berusaha meyakinkan tentara untuk ikut menentang pemerintah

Militer menunjukkan kehadirannya secara terang-terangan Sabtu kemarin (29/01). Panser ditempatkan di beberapa lokasi penting di ibukota Kairo. Dilaporkan, ketika demonstran berusaha menyerbu departemen dalam negeri Sabtu siang, jatuh sejumlah korban tewas.

Janji-Janji Tidak Diterima

Puluhan ribu orang tidak hanya turun ke jalan di ibukota Kairo, melainkan di kota-kota lainnya di seluruh Mesir. Dalam konferensi pers Jumat malam, Presiden Hosni Mubarak memberikan sejumlah janji, antara lain akan menciptakan lapangan kerja baru, terutama bagi kaum muda Mesir, serta menegakkan demokrasi.

Omar Suleiman Vizepräsident von Ägypten
Wapres baru Omar SuleimanFoto: AP

Jumat lalu Mubarak telah membubarkan kabinet. Ia juga mengangkat Omar Suleiman, yang selama ini menjadi pemimpin dinas rahasia, sebagai wakil presiden baru. Sementara Ahmad Shafiq diangkat sebagai perdana menteri.

Dalam konferensi persnya Jumat malam Mubarak mengatakan, “Saya menuntut kabinet untuk menyerahkan pernyataan pengunduran dirinya. Pemerintahan baru akan merumuskan haluan yang jelas mulai Sabtu, agar prioritas berdasarkan situasi aktual dapat ditetapkan dengan tegas. Saya menegaskan sekali lagi, saya tidak akan ragu untuk mengambil keputusan yang dapat menjamin keamanan setiap pria dan perempuan di Mesir.”

Semakin Banyak Korban

Tetapi rakyat tidak bersedia puas dengan janji-janji Mubarak, dan tetap menuntut agar presiden yang sudah memerintah selama 30 tahun itu mengundurkan diri. Oleh sebab itu gelombang protes terus berlanjut. Media Arab memberitakan korban tewas akibat kerusuhan lebih besar lagi, yaitu sekitar 100 orang.

Proteste in Ägypten NO FLASH
Demonstrasi Sabtu (29/01)Foto: AP

Puluhan ribu orang tetap berdemonstrasi di Lapangan Pembebasan, walaupun polisi menindak mereka dengan menggunakan pentungan, peluru karet dan meriam air. Siang kemarin, presiden Hosni Mubarak meminta dukungan militer. Menjelang malam hari, pemerintah menetapkan jam malam di seluruh Mesir, sementara di Kairo, Suez dan Alexandria jam malam sudah ditetapkan sejak tiga hari lalu.

Marjory Linardy/afp/ap/rtr

Editor: Rizki Nugraha