1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rambut Keriting

Lori Herber7 Januari 2014

Dua perempuan membuat situs internet bagi warga Afrika-Jerman. "Krauselocke.de" bukan hanya wadah bagi perawatan rambut. Wadah internet itu membentuk identitas.

https://p.dw.com/p/1AmQz
Pendiri "Krauselocke.de", Barbara Mabanza dan Esther DonkorFoto: Lori Herber

Magdalena Inou, yang berusia 12 tahun, memiliki senyum bersinar seperti ibunya yang orang Austria, dan rambut keriting milik ayahnya, yang berasal dari Kamerun. Dengan rambut keritingnya yang dikuncir, ia duduk di sebelah ibunya, Sylvia Inou. Perbedaan antara mereka jelas. "Rambut saya lain dengan rambut ibu saya," kata anak perempuan itu. Ibunya menambahkan, rambutnya khas Austria, sangat lurus.

Keduanya mengadakan perjalanan selama 8 jam dari Wina ke Köln. Di Köln, ibu dan putrinya bertemu sekitar 50 anggota komunitas 'Krauselocke.de,' yang artinya rambut keriting. Tujuan kedatangan mereka antara lain mendapat petunjuk perawatan rambut bagi Magdalena. Tapi yang lebih penting lagi, komunitas itu menjadi bukti bagi Magdalena, bahwa ia tidak sendirian.

"Ia penari, dan belajar di sekolah tari Wina," kata ibunya sambil menambahkan, "Semua murid di situ tentu punya rambut panjang dan pirang. Magdalena sering menangis di malam hari, karena takut tidak diizinkan ikut pertunjukan. Ia takut, orang hanya mau menerima rambut lurus seperti milik ibunya."

Krauselocke.de Online Community für Afro-Deutsche
Magdalena Inou (kiri) dan ibunya, Sylvia InouFoto: Lori Herber

Hingga musim panas tahun lalu, Magdalena mengenakan apa yang disebut 'cornrows,' yaitu kepangan yang dibuat menempel dengan kulit kepala. Sejak ia berkenalan dengan situs Krauselocke.de, ia membiarkan rambutnya terurai.

"Krauselocke adalah situs bagi orang yang punya rambut keriting alami," kata Esther Donkor, yang mendirikan situs itu dua tahun lalu bersama Barbara Mabanza. Baik di AS maupun Inggris, ada situs internet yang memuat kiat perawatan rambut keriting dan informasi tentang gaya hidup Afrika. Tetapi di tanah air mereka, yakni Jerman, wartawan dan mahasiswa jurusan hukum, yang keduanya berusia 20 tahun itu, tidak menemukan wadah bagi warga keturunan Afrika. Memang ada inisiatif dan persekutuan, tetapi tidak saling berhubungan. Mereka ingin warga Jerman keturunan Afrika saling berkomunikasi dan bertukar informasi. "Di Jerman kami tahu, kami berkulit hitam, tapi kami juga orang Jerman."

Perspektif Afrika-Jerman

Salah satu salon yang mengkhususkan diri pada seni rambut tradisi Afrika adalah Zeebra Tropicana di Köln. Di salon itu, tampak banyak rambut palsu dengan berbagai warna, demikian juga dengan berbagai produk untuk rambut.

40 tahun lalu pemilik salon itu, Baaba Yankah Oduah datang ke Jerman dari Ghana. Ketika itu ia bekerja di kedutaan besar Ghana. Ia dan rekan-rekannya menjumpai kesulitan besar untuk menemukan produk perawatan rambut, diceritakan Baaba Yankah Oduah. Mereka harus pergi ke London untuk itu, dan setiap kali berbelanja kebutuhan rambut untuk setahun. Ia kemudian memutuskan belajar jadi penata rambut di London. 24 tahun lalu, ia membuka salon Afrika pertama di Köln. Sekarangpun ia masih memesan produk dari luar negeri.

Krauselocke.de Online Community für Afro-Deutsche
Baaba Yankah Oduah, di salonnya Zeebra Tropicana di KölnFoto: Lori Herber

Teknik Spesial

Rambut Afrika berbeda, kata Baaba Yankah Oduah. Penata rambut Eropa biasanya tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan rambut Afrika, karena tidak pernah dipelajari ketika ikut pendidikan. "Setiap ikal menyerupai huruf S," dijelaskan perempuan Ghana itu. Jika memotong rambut, huruf S itu tidak boleh terpotong di tengahnya. Itu membuat rambut kacau-balau.

Pelajaran perawatan rambut yang diberikannya bagi anak-anak semakin disukai ibu-ibu, cerita Baaba Yankah Oduah. Ia menawarkan kursus spesial bagi ibu beranak Afrika-Jerman. "Rambut Afrika adalah ilmu tersendiri. Tapi jika orang sudah tahu caranya, rambut Afrika tidak susah diatur."

Idola Kecantikan

Banyak perempuan berambut keriting meluruskan rambut mereka dengan proses kimia. Cara itu mengganggu kesehatan rambut, demikian diperingatkan Barbara Mabanza. Menjadikan rambut Eropa idola kecantikan juga tidak baik bagi keyakinan diri, lanjutnya. Ia berharap, situs 'Krauselocke.de' bisa membantu perempuan dengan rambut keriting untuk menerima kecantikan rambutnya, dan menciptakan normalitas secara keseluruhan.

Kadang orang bertanya, apa rambutnya boleh disentuh. Atau langsung menyentuh tanpa bertanya, cerita Barbara Mabanza. "Kadang orang membelai rambut saya, ibaratnya saya seekor binatang peliharaan," cerita Esther Donkor, dan ia tidak menyukainya.

Krauselocke.de tidak hanya memberikan kiat kecantikan rambut. Wadah itu juga membantu dalam hal-hal lain. Misalnya seorang ibu mengontak Krauselocke.de setelah seorang putranya dipukul murid sekolah lain, karena ia tidak berkulit putih. Orang kadang marah dan perlu tempat untuk bertanya. Orang lain yang pernah punya pengalaman sama mungkin bisa membantu, ujar Barbara Mabanza.

Krauselocke.de Online Community für Afro-Deutsche
Beberapa tamu dalam pertemuan yang diadakan "Krauselocke.de"Foto: Lori Herber

Jaringan dan Komunikasi

Pada Krauselocke.de, masalah yang dibicarakan bukan cuma rambut. Melainkan juga rasisme, hubungan cinta atau tentang makanan. 'Krauselocke.de' kadang mengadakan pertemuan, dan dihadiri orang dari seluruh Jerman dan negara tetangga. Bagi banyak orang, situs Krauselocke.de sangat membantu dalam pencarian identitas. "Sekarang warna kulit saya tidak masalah lagi bagi saya. Tapi ketika kecil saya punya banyak pengalaman buruk," tutur seorang perempuan yang hadir di pertemuan.

Seorang tamu lain kaget, bahwa warga Afrika-Jerman jauh lebih banyak dari dugaannya. Ia biasanya hanya bertemu dengan teman-temannya yang berkulit putih. Ibu Magdalena, penari muda dari Wina yakin, wadah internet itu membantu putrinya tidak hanya dalam hal perawatan rambut, tapi juga membantu dalam pencarian jati diri.