1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rancangan Bangunan Hemat Energi

27 Januari 2009

Hampir separuh dari jumlah seluruh kebutuhan energi global digunakan untuk proses pemanasan dan pendinginan. Dengan bangunan yang disebut ’netral energi’, tidak hanya energi yang dapat dihemat tapi juga emisi CO2.

https://p.dw.com/p/GhLD
Rancangan bangunan hemat energiFoto: DW

Biro arsitektur RAU, adalah sebuah perusahaan di Amsterdam yang mengkhususkan diri untuk bangunan netral energi. Ke-45 karyawan perusahaan ini dianggap sebagai perintis bangunan ramah lingkungan. Salah satunya Evelien Rodenburg. Perempuan berusia 36 tahun itu bertugas menangani pembangunan ’British School’, sebuah sekolah internasional di sebuah kawasan baru. Seperti halnya proyek RAU lainnya, ’British School’ juga dirancang sebagai bangunan ramah lingkungan.

„Saya sudah bekerja sejak empat tahun untuk RAU dan saya sesungguhnya tidak dapat membayangkan membangun sesuatu yang tidak ramah lingkungan. Ini merupakan sebuah misi, sebuah kegemaran.“

Semua atap di kompleks sekolah baru itu merupakan atap rumput. Seperti hampir semua bangunan dari perusahaan RAU, ruangan-ruangan dipoles dengan tanah liat, yang merupakan salah satu bahan bangunan tertua di dunia. Tanah liat tidak hanya murah tetapi juga dapat didaur ulang. Tanah liat juga dapat mengatur kondisi kelembaban bangunan secara jauh lebih mudah dan lebih efisien, karena tanah liat menyerap kelembaban 30 kali lebih banyak dari lepa yang biasanya dipakai untuk memplester tembok. Selain itu, seluruh langit-langit bangunan dilengkapi dengan jaringan pipa air kecil cukup rapat. Melaluinya, panas tubuh yang dipancarkan pemakai bangunan tersebut dapat digunakan untuk memanasi bangunan tersebut. Pasalnya, panas yang berasal dari tubuh manusia naik ke atas dan memanaskan air.

Evelien Rodenburg: „Pada musim panas tersedia energi panas yang melimpah. Panas ini dapat kita simpan di tangki air di bawah tanah dan jika musim dingin kami keluarkan lagi untuk pemanasan.”

Melalui cara ini, sekitar 80 persen dari kebutuhan energi, yang diperlukan pada musim dingin untuk memanaskan bangunan agar mencapai temperatur 21 derajat Celsius, dapat dipenuhi melalui cadangan panas yang dilepaskan tubuh manusia. Sedangkan 20 persen sisanya dan energi listrik untuk keperluan bangunan, diperoleh terutama dari energi surya. Dengan begitu, bangunan dibuat menjadi yang disebut rumah ‘netral energi’, demikian dikatakan Thomas Rau. Pria asal Jerman yang mendirikan perusahaan arsitektur itu tahun1992 di Amsterdam:

“Sebuah bangunan netral energi pada dasarnya adalah bangunan, yang memproduksi energi sebanyak yang dibutuhkan untuk operasional bangunan itu. Di sini harus diperhatikan: pertama-tama saya perlu energi agar bangunan itu layak didiami, artinya dapat menjadi hangat, sejuk dan ada lampu. Kemudian, supaya dapat menggunakan bangunan itu, saya juga perlu aliran listrik untuk recorder, laptop, lampu kerja. Jadi: semua energi yang diperlukan bangunan dan pengguna yang bekerja di dalamnya, harus kita produksi melalui bangunan itu sendiri. Dan jika itu semuanya seimbang, maksudnya, bila kebutuhan dan produksi energi saya seimbang, maka kita menyebutnya sebagai bangunan netral energi.”

Sejak 10 tahun perusahaan RAU memusatkan diri pada bangunan netral energi. Bangunan netral energi pertama di Eropa juga merupakan hasil dari proyek RAU yang meliputi perombakan dan perluasan sejumlah kantor pusat World Wild Life Fund for Nature Belanda, yang tersebar di hutan-hutan antara Zeist dan Utrecht. Biaya pembangunan rumah netral energi tidak harus lebih mahal dari rumah-rumah biasa. Demikian ujar Thomas Rau:

“Setiap orang mengatakan, bangunan ramah lingkungan perlu dana 5 hingga 8 persen lebih besar. Ini salah sekali! Itu tidak ada hubungannya dengan budget anda, melainkan hanya dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab anda.“

Saat ini Rau mengembangkan sebuah konsep untuk mengkonversi semua rumah pribadi yang sudah ada menjadi netral energi secara mudah dan dengan harga yang terjangkau. Hanya kebun rumah yang akan digali untuk memasang jaringan slang di bawah lapisan rumput, sesuai dengan prinsip tangki air bawah tanah. Sistem ini juga telah dipasang di kebun Rau sendiri:

„Jika kebunnya besar, yang dipasang adalah sebuah slang kebun. Bila kebunnya kecil, bisa dipasang gulungan selang. Sama sekali tidak ada masalah untuk mengubah semua rumah menjadi netral energi. Tapi, perusahaan-perusahaan energi nantinya merugi, karena itu mereka tidak berminat untuk hal ini. Kita harus kembali ke desentralisasi penyediaan energi, jika kita ingin melakukan langkah tadi. Kita ingin memproduksi semua energi yang kita perlukan untuk kegiatan kita, di tempat di mana kita berada.“

Di Lyon, Perancis, perusahaan RAU sedang membangun kompleks bangunan pertama di dunia yang memproduksi energi sendiri. Kompleks itu terdiri dari sejumlah restoran, pertokoan, apartemen dan 10. 000 meter persegi ruang perkantoran. Berbeda dengan bangunan netral energi lainnya, kompleks ini dirancang untuk memproduksi lebih banyak energi dari yang diperlukannya. Ini dimungkinkan dengan banyaknya pengunjung bangunan yang setiap hari datang, dan merupakan sumber energi.

Thomas Rau: „Jadi kita memanfaatkan manusia sebagai sumber energi. Sekitar 800 orang bekerja di situ dan jika setiap orang membangkitkan kapasitas 50 watt. Anda bisa menghitung sendiri, semuanya berjumlah 40. 000 watt. Setiap pagi sebuah bom energi memasuki bangunan itu!“

Kata kunci di masa depan adalah „gravitasi“ dan „hidrogen“. Sekarang sudah dikembangkan teknologi untuk mengubah gravitasi menjadi energi. Di Amsterdam, perusahaan RAU dalam waktu dekat akan membangun hotel hidrogen pertama di dunia yang seluruhnya dioperasikan dengan unsur tersebut. Namun, RAU merahasiakan rinciannya, karena sebagian penggunaannya akan didaftarkan patennya sebagai hak milik intelektual.

Kini Thomas Rau tidak lagi sendiri dalam bidang tersebut. Semakin banyak perusahaan bergerak ke arah yang sama. Walaupun begitu, Rau meperkirakan, dari semua bangunan baru di dunia, hanya dua persen yang ramah lingkungan. (cs/dk)