1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rangkaian Ledakan di Pusat Kota Bangkok

22 April 2010

Menurut laporan berbagai sumber, sedikitnya 1 orang tewas dan puluhan orang luka-luka. Ledakan berasal dari granat yang ditembakkan. PM Abhisit Vejajiva lakukan pertemuan darurat dengan pihak militer.

https://p.dw.com/p/N2VW
Tentara berjaga-jaga setelah terjadi rangkaian ledakanFoto: AP

Salah satu kawasan perbelanjaan Bangkok diguncang serangkaian ledakan. Para pendukung aksi protes Baju Merah masih tetap bertahan dan bertekad mempertahankan posisi mereka. Ratusan tentara terlihat berjaga-jaga di sekitar kawasan bisnis dan perhotelan Silom. Para tentara bersenjata lengkap, sebagian dengan senapan mesin.

Sehari sebelumnya, ratusan warga di kawasan perbankan Silom berkumpul dam sempat terlibat kericuhan. Mereka marah terhadap kelompok oposisi "Baju Merah" yang sejak berpekan-pekan berdemonstrasi, sehingga kawasan Silom hampir seluruhnya tertutup oleh kepungan militer. Di mana-mana dipasang kawat berduri. Penembak jitu dikerahkan.

Penduduk setempat mulai kesal dengan aksi demonstrasi. Suasana makin tegang. "Baju Merah" dan penduduk setempat saling berhadapan. Bentrokan kecil terjadi, tetapi dengan cepat dapat diakhiri oleh tentara. Seorang penduduk: "Saya tidak ingin Kaus Merah menduduki kawasan ini atau kawasan lainnya di Bangkok. Kami berada di sini untuk melindungi rumah kami. Kami mencintai negeri dan Raja kami."

Soldat Bangkok Thailand Flash-Galerie
Serdadu Thailand jaga sebuah shopping mal di BangkokFoto: AP

Takut terhadap militer

Saat matahari terbit, pengikut bekas perdana menteri Thaksin Shinawatra berdatangan menuju kawasan blokade militer. Ban-ban mobil ditumpuk untuk digunakan sebagai barikade. Dan disampingnya terlihat tongkat-tongkat bambu berujung tajam. Kaus Merah menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva, pembubaran parlemen dan pemilu baru. Dan mereka takut kepada militer:

"Saya merasa seperti dalam perang. Ini keji dan salah. Serdadu tidak boleh melakukannya, tidak di Thailand, di mana mayoritas warga adalah Budhhis dan mencintai perdamaian."

Tak ada yang bersedia mengalah. PM Abhisit mengancam akan memberlakukan hukum perang. Keadaan darurat sudah diterapkan di kota Bangkok. Militer menyatakan, kalau perlu akan menggunakan senjata. Tetapi Baju Merah sama sekali tidak mau menarik tuntutannya. Saksom Tabprasit, salah seorang pemimpin oposisi: "Kami di sini mengungkapkan pendapat mayoritas warga. Bila kami menuntut pembubaran parlemen, maka pemerintah harus melaksanakannya dan mengindahkan kami. Mereka itu kan pembunuh yang telah menewaskan banyak orang."

Thailand Regierungsgegner
Seorang demonstran anti pemerintah Thailand mengamati gerak aparat keamananFoto: AP

Tidak ada perundingan selama melanggar UU

Sedikitnya 24 orang tewas dalam bentrokan berdarah dua pekan lalu. Masih belum jelas siapa yang menembak siapa. Kini situasi semakin panas. Sementara itu, PM Abhisit menunjukkan kesediaan melakukan perundingan. Hari Rabu (21/04), Panitan Wattanyagorn, seorang juru bicara pemerintah menyebutkan persyaratan perundingan bahwa demonstran harus mengindahkan UU dan meninggalkan jalan-jalan. Selama pengunjuk rasa melanggar UU, perundingan resmi tidak dapat dilaksanakan, ujar Panitan. Pemerintah juga menyatakan akan menggunakan sarana keras untuk menghadapi demonstran.

Pada hari-hari terakhir, pendukung oposisi mengirimkan sinyal yang kontradiktif. Salah seorang pemimpinnya, Nattawut Saikua mengatakan, ia terbuka bagi usulan-usulan. Dikatakan bahwa demonstran bersedia melakukan perundingan untuk mengakhiri kekacauan yang berlangsung sejak enam pekan di ibukota Thailand itu.

Udo Schmidt/Christa Saloh
Editor: Dyan Kostermans