1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi atas Penerbitan Wikileaks

29 November 2010

Setelah Wikileaks membocorkan sejumlah dokumen rahasia, kecaman berdatangan dari negara-negara yang memiliki hubungan dengan AS. Di samping itu ada yang berpendapat, perkembangan sudah menyimpang dari tujuan Wikileaks.

https://p.dw.com/p/QLQA
Sampul edisi aktual majalah Jerman "Der Spiegel", yang mengetengahkan laporan Wikileaks.Foto: picture-alliance/dpa

Sikap menjaga rahasia yang harus dimiliki diplomat tidak berfungsi lagi. Duta besar AS di Jerman tidak henti-hentinya memberikan wawancara. Untuk sikap AS ia tidak meminta maaf, tetapi ia mengkritik tajam publikasi terakhir Wikileaks. Ia menegaskan, Jerman dan AS sekarang menghadapi banyak situasi yang menantang, misalnya masalah Afghanistan dan Iran. Penerbitan Wikileaks tidak membantu penyelesaian masalah-masalah itu.

Reaksi Jerman dan Turki

Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle tampak sangat buruk dalam laporan-laporan yang dipublikasikan. Tetapi Westerwelle terutama mengkhawatirkan konsekuensi politik laporan-laporan tersebut. Ia mengatakan, "Satu-satunya yang penting adalah, apakah keamanan nasional kita terancam karenanya? Apakah keamanan sekutu-sekutu kami terancam? Itu harus kita telaah sekarang." Westerwelle memerintahkan pemeriksaan dokumen dalam jumlah besar yang dibocorkan Wikileaks.

Bundestag Merkel Westerwelle
Kanselir Jerman Angela Merkel (kanan) dan Wakil Kanselir serta Menlu Guido WesterwelleFoto: dapd

Hal sama juga dilakukan semua pemerintah negara yang disinggung dalam dokumen. Misalnya pemerintah Turki di bawah PM Recep Tayyip Erdogan. Turki, yang menjadi salah satu mitra AS yang penting di Timur Tengah disebut-sebut sebagai sekutu yang mungkin dapat membahayakan, karena semakin berada di bawah pengaruh kelompok ekstrem Islam. Erdogan sendiri menilai publikasi Wikileaks tidak dapat dipercaya. Tetapi isinya akan diperiksa, dinilai dan ditanggapi, demikian dinyatakan perdana menteri Turki tersebut.

Kecaman Pakistan

Sekarang kecaman atas penerbitan tersebut sudah diberikan berbagai negara yang terlibat dengan AS, termasuk juga Pakistan. Senin kemarin (29/11) pemerintah Pakistan memberikan reaksi atas laporan harian AS The New York Times yang mengatakan, sejak 2007 AS telah berusaha untuk memindahkan uranium yang diperkaya dari sebuah reaktor nuklir Pakistan, karena khawatir itu akan dijadikan senjata nuklir.

Wikileaks Logo
Logo WikileaksFoto: picture-alliance/dpa

Pakistan menampik laporan bahwa reaktor itu memproduksi uranium yang diperkaya, dan mengatakan permintaan AS tersebut sudah ditolak. Departemen luar negeri Pakistan menambahkan, reaktor itu didirikan pertengahan tahun 1960-an dengan dukungan AS, yang juga menjadi penyedia pertama bahan nuklir.

Membahayakan Keselamatan

Pemimpin staf jenderal AS, Michael Mullen mengatakan dalam wawancara dengan televisi AS, CNN, penerbitan Wikileaks membahayakan keselamatan manusia. Ia menuntut Wikileaks untuk menghentikan aksinya. Michael Mullen juga menekankan, perincian kecil pun dapat membocorkan rahasia lain jika digabung dengan informasi lain.

NATO Tagung Washington
Michael Mullen (kanan) dan Robert GatesFoto: AP

Juru bicara Wikileaks, Kristinn Hrafnsson memberikan tanggapan atas tuntutan pemimpin staf jenderal AS itu, juga dalam wawancara dengan CNN. Menurutnya, perkataan Mike Mullen terlalu berlebihan, dan pihaknya sudah mempertimbangkan kerugian yang dapat diakibatkan kepada orang-orang tertentu, demikian halnya dengan mitra-mitra media Wikileaks. Hrafnsson menambahkan, ratusan wartawan sudah membaca materinya.

Tujuan Wikileaks

Ketika ditanya tentang tujuan penerbitan tersebut, juru bicara Wikileaks itu mengatakan, "Kita sekarang hidup di dunia yang semakin penuh dengan rahasia. Terutama sejak peristiwa 11 September. Saya pikir sekarang sudah saatnya kita mulai membalikkan tendensi dan melepaskan ikatan itu."

Julian Assange
Pendiri Wikileaks, Julian AssangeFoto: picture-alliance/dpa

Sejumlah pihak di Jerman menilai, dengan publikasi tersebut Wikileaks dapat merugikan diri sendiri. Sekretaris Jenderal Partai Sosial Demokrat Jerman, SPD, Andrea Nahles berkomentar, proses pembocoran rahasia itu kini sudah berkembang ke arah yang bukan tujuan semula, melainkan hanya untuk memenuhi kehausan akan sensasi di masyarakat.

Yang jelas, akibat bocornya data di AS tersebut, di masa depan semua politisi di dunia harus memikirkan cara lebih baik untuk menangani informasi rahasia.

Anja Köhler/Monika Guarino/afp/Marjory Linardy

Editor: Edith Koesoemawiria