1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi atas Pertempuran antara Korea Utara dan Selatan

23 November 2010

Tembak-menembak antara Korea Utara dan Selatan mengakibatkan kekhawatiran dunia. AS menilai langkah Korea Utara agresif dan mengutuknya. Cina juga menyatakan kekhawatiran akan pertempuran tersebut.

https://p.dw.com/p/QGXm
Orang-orang membaca pemberitaan tentang pertempuran antara Korea Utara dan Selatan (23/11)Foto: AP

Utusan khusus AS untuk masalah Korea Utara, Stephen Bosworth, sekarang sedang berada di Beijing untuk mengadakan pembicaraan, yang seyogyanya akan bertema program nuklir Korea Utara. Tetapi tembakan yang dilepaskan Korea Utara ke arah pulau yang termasuk wilayah Korea Selatan membayangi pembicaraan tersebut.

Kekhawatiran dari Berbagai Pihak

Bosworth mengatakan, "Kami mengutuk serangan Korea Utara dan kami sepenuhnya mendukung sekutu kami. Dalam pembicaraan saya dengan menteri luar negeri Cina, masalah ini tentu dibicarakan, dan kami berpendapat sama, bahwa konflik seperti ini menjengkelkan. Kepada Cina saya juga menyatakan keinginan kami, bahwa semua pihak harus menahan diri. Dalam hal inipun kami sependapat dengan Cina.“

Stephen Bosworth US Gesandter in Nordkorea
Stephen Bosworth, utusan khusus AS untuk masalah Korea UtaraFoto: AP

Sebelumnya, departemen luar negeri Cina juga telah menyerukan pihak yang bertikai untuk menahan diri. Cina adalah satu-satunya sekutu Korea Utara dan mendukung negara itu baik secara ekonomi maupun diplomatis. Juru bicara departemen luar negeri, Hong Lei juga menuntut semua pihak untuk kembali ke pembicaraan enam negara, yang melibatkan kedua Korea, Cina, AS, Jepang dan Rusia. Pembicaraan enam negara terhenti dua tahun yang lalu. Sekarang hanya ada perundingan tentang program nuklir Korea Utara.

Dimensi Baru Serangan

Bentrokan antara Korea Utara dan Selatan menyebabkan ketakutan banyak warga Korea Selatan. Sejak Selasa kemarin (23/11) bentrokan dengan negara tetangga telah mencapai dimensi baru. Seorang perempuan warga Korea Selatan memperkirakan perang akan terjadi, dan ia merasa takut karena ia tinggal di dekat perbatasan dengan Korea Utara. Sementara seorang pria warga Korea Selatan menduga, perang tidak akan terjadi. Tetapi ia berharap pemerintah mengambil langkah yang lebih tegas terhadap Korea Utara.

NO FLASH nordkoreanischen Beschuss der südkoreanischen Insel Yonpyong
Asap membumbung dari sejumlah lokasi tempat jatuhnya geranat di pulau Yeonpyeong (23/11).Foto: AP

Penembakan ke wilayah Korea Selatan dengan artileri Korea Utara terakhir terjadi pada masa perang Korea, yang berakhir 1953. Selasa pagi kemarin, Korea Utara menembakkan 100 geranat ke pulau milik Korea Selatan, Yeonpyeon, di Laut Kuning. Akibat aksi itu dua tentara Korea Selatan tewas, lebih dari 12 orang luka-luka, di antaranya sejumlah warga sipil.

Penduduk pulau itu untuk sementara dievakusi dan kebakaran yang terjadi telah dipadamkan. Militer Korea Selatan disiagakan. Setelah sidang darurat di kabinet keamanan, Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak menuntut tindakan balasan yang keras dan jelas, tetapi juga menyerukan agar tidak membiarkan terjadinya eskalasi. Juru bicaranya menekankan, penembakan itu jelas merupakan provokasi militer Korea Utara. Militer Korea Selatan segera dan dengan jelas memberikan reaksi atas provokasi ini, sesuai peraturan perang di negara itu.

Balasan Korea Selatan

Südkorea Insel Yeonpyeong Konflikt mit Nordkorea
Warga Korea Selatan mengheningkan cipta untuk tentara Korea Selatan yang tewas akibat serangan geranat Korea Utara (23/11).Foto: AP

Yang dimaksud adalah pembalasan tembakan. Militer Korea Selatan menembakkan sekitar 80 geranat ke lokasi tempat datangnya tembakan di Korea Utara. Dalam sebuah pengumuman resmi, pemerintah Korea Utara menuduh Korea Selatan bertanggung jawab atas ketegangan yang meningkat, karena melakukan latihan militer yang ofensif di dekat perbatasan dengan Korea Utara.

Itu bukan latihan militer pertama yang dilakukan Korea Selatan, dan Korea Utara bukan untuk pertama kalinya melepaskan tembakan artileri. Tetapi selama ini, tembakan diarahkan ke laut terbuka, tanpa menyebabkan jatuhnya korban.

Ruth Kirchner/Peter Kujath/Marjory Linardy

Editor: Rizki Nugraha