1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi Beragam Atas Bencana di Jepang

16 Maret 2011

Bagaimana sebaiknya bereaksi terhadap peristiwa itu? Jerman langsung menghentikan operasi tujuh reaktor atomnya untuk sementara.

https://p.dw.com/p/10ad8
Kerusakan di reaktor atom FukushimaFoto: AP

Harian Italia La Reppublica menganggap, reaksi Jerman sudah memadai:

Ada saat-saat dalam sejarah manusia, di mana emosi harus lebih kuat daripada rasio, agar manusia tetap berjaga dan tetap waspada. Ini juga berlaku untuk saat ini, setelah Jepang dilanda gempa bumi hebat yang disusul dengan amukan tsunami, dan sekarang terancam bencana radiasi karena kerusakan reaktor nuklir. Yang tidak memadai adalah tindakan pemerintah Italia dan Perancis, yang menolak kekhawatiran publik dan tidak mau meninjau kembali proyek-proyek tenaga nuklir. Penolakan ini adalah tindakan tidak bertanggung jawab.

Harian Italia lainnya, Corriere della Sera berpendapat lain, dan mengeritik reaksi yang terlalu berlebihan di Eropa. Harian ini menulis:

Kita belum tahu, apakah Jepang akan berhasil menghindari peleburan inti atom di reaktor nuklir Fukushima atau tidak, yang akan merupakan bencana yang lebih besar lagi daripada gempa bumi dan tsunami. Tapi yang terlihat hari-hari belakangan ini adalah kontras antara sikap relatif tenang warga Jepang, yang patut dikagumi di satu pihak, dan reaksi emosional di negara-negara barat di lain pihak. Tentu saja benar, untuk memikirkan bahaya yang muncul dari energi atom. Tapi orang tidak boleh kehilangan akal sehatnya.

Selain musibah di Jepang, situasi di Afrika Utara dan Timur Tengah juga jadi sorotan utama. Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung menanggapi perkembangan di Bahrain dan menulis:

Dengan masuknya tentara dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ke Bahrain, serta diberlakukannya situasi darurat di negara itu, gejolak politik dari Afrika Utara akhirnya mencapai Teluk Persia. Tapi pemerintah Bahrain ingin menggunakan cara lain dalam menghadapi protes politik. Bahrain tersambung dengan Arab Saudi lewat sebuah jembatan. Negara kecil ini adalah panggung kecil dalam konflik besar antara kaum Syiah dan kaum Suni, yang bisa memecah belah seluruh kawasan. Karena itu, keluarga kerajaan Saudi tidak ingin ada gejolak sekecil apapun tepat di depan pintunya. Mereka khawatir, percikan api kecil bisa meluas menjadi kebakaran besar. Apakah hal tersebut bisa dihindari dengan mengerahkan kekuatan militer, itu adalah pertanyaan lain.

Harian Perancis Le Monde menyoroti perkembangan di Libya dan menulis:

Perancis gagal meyakinkan Eropa tentang pentingnya zona larangan terbang di Libya. Perancis juga tidak berhasil meyakinkan para menteri luar negeri negara-negara G8. Tentu saja, intervensi militer adalah sesuatu yang berbahaya. Tapi lebih buruk lagi, kalau kita tidak berbuat sesuatu untuk rakyat Libya. Orang tahu, apa yang mampu dilakukan Gaddafi. Nicolas Sarkozy benar, harus dilakukan intervensi militer untuk memperkuat posisi para pemberontak di Bengazi. Amerika Serikat dan Eropa punya perangkat untuk melakukan itu. Sudah saatnya menggunakan perangkat tersebut.

Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Purwaningsih