1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi di Israel atas Pengakuan Olmert

12 Desember 2006

PM Israel Ehud dianggap membocorkan rahasia negara dengan mengatakan Israel memiliki senjata nuklir.

https://p.dw.com/p/CPAQ
Ehud Olmert: tak layak jadi PM?
Ehud Olmert: tak layak jadi PM?Foto: AP

Anggota parlemen Israel Arieh Eldad dari Partai Kesatuan Nasional berang bukan kepalang. PM Ehud Olmert tidak mampu melakukan wawancara dan melindungi rahasia negara dalam wawancara itu. Demikian dikatakan Eldad pada Radio pemerintah Israel Selasa (12/12) . Ia menambahkan pula:

Arieh Eldad: "Orang itu tidak normal. Ia tidak menganggapnya serius dan tidak layak menjadi PM."

Emosi memuncak di Israel sejak Senin (11/12) malam. Olmert menghentikan politik penafsiran ganda yang dijalankan Israel menyangkut soal nuklir dan membocorkan rahasia militer dalam wawancara dengan stasiun televisi swasta Jerman, begitu tudingan media Israel dan kubu oposisi.

Radio dan televisi Israel berulang kali menayangkan potongan wawancara itu, dimana Olmert mengutarkan pendapat tentang program atom Iran yang membuat Israel merasa terancam.

Ehud Olmert: "Iran mengancam secara terbuka dan terang-terangan untuk menghapus Israel dari peta dunia. Bisakah Anda dengan itu menganggap hasrat Iran untuk memiliki senjata nuklir, berada di tingkat yang sama sebagaimana Amerika, Prancis, Israel dan Rusia (ketika memutuskan mengembangkan senjata nuklir)?"

Selama beberapa dekade Israel menjalankan politik untuk tidak menjawab pertanyaan mengenai senjata atomnya. Laporan luar negeri bahwa Israel memiliki hulu ledak nuklir, tidak dibenarkan tapi tidak juga dibantah oleh Tel Aviv.

Politik menahan diri ini dimaksudkan untuk membebaskan AS dan Eropa dari kewajiban untuk menekan Israel dan mendesak pembatasan senjata nuklirnya.

Tapi, dengan pernyataannya dalam wawancara di Jerman, Olmert tampaknya mengucapkan selamat tinggal pada politik tersebut. Hari ini, koran-koran kuning Israel dengan jengkel menurunkan laporan berjudul ’Olmert Jurubicara Nuklir’.

Amir Oren, pengamat militer surat kabar Haaretz mendesak Radio Israel memberlakukan sensor militer terhadap PM Olmert.

AmirOren: "Jika Anda sebagai jurnalis mengatakan, Israel punya senjata atom, tanpa menyebutkan rinciannya, senjata apa dan di mana dirakitnya, hanya kalimat itu saja, maka pada saat itu juga Anda akan mendengar sirene mobil polisi yang datang ke radio itu dan menahan Anda. Tapi Olmert kok boleh melakukan itu."

Selain itu, pernyataan Olmert juga menunjukkan kecongkakan tertentu, ketika ia menempatkan Israel sejajar dengan kekuatan nuklir dan anggota tetap DK seperti Rusia, Prrancis dan AS.

Jadi, masalahnya bukan terletak pada program atom Israel sendiri. Masalahnya adalah sang PM, yang tidak bisa mengontrol mulutnya. Kembali Amir Oren, pengamat militer dari surat kabar Haaretz.

Amir Oren: "Masalahnya terletak pada Olmert. Kita memiliki seseorang yang bisa diharapkan, hanya saja ia tidak bisa menjaga mulutnya. Tapi ya, dia meletakkan jari di atas tombol yang menentukan. Orang hanya bisa berharap bahwa Menteri Pertahanan Amir Peretz juga meletakkan jarinya di tombol itu. Tapi itu hanya hiburan kecil saja. Masalah serius kita adalah dengan PM."

Sementara ini Yerusalem menyangkal bahwa Olmert menghentikan politik penafsiran ganda. Disebutkan, pernyataan Olmert dilepas dari konteksnya dan salah dimengerti.

Tapi ini bukanlah kali pertama Olmert mengeluarkan pernyataan sembrono yang membuat orang terkejut dan berang.

Seminggu lalu ia mengunjungi sebuah sekolah dan memancing kemarahan ketika mengatakan ia tidak tahu apakah tentara Israel yang ditawan di Libanon masih hidup atau tidak.

Dia sudah menghentikan perang di Libanon untuk tidak mengorbankan lebih banyak tentara Israel bagi pembebasan mereka. Jadi akan lebih baik jika kedua tentara itu tidak diketahui pasti nasibnya.