1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi Penundaan Proses Awal Sidang Kasus NSU

Andrea Grunau16 April 2013

Dalam proses NSU, pengacara Sebastian Scharmer mewakili kliennya Gamze Kubasik, putri Mehmet Kubasik, korban ke-8 rangkaian pembunuhan NSU. Sesaat menjelang berangkat proses ditunda. Kliennya terkejut dan marah.

https://p.dw.com/p/18GXA
Gamze Kubasik, Tochter des am 4.4.2006 ermordeten Dortmunder Kiosk-Besitzers und NSU-Mordopfers Mehmet Kubasik, betrachtet Familienfotos. Copyright: DW/Andrea Grunau 8.03.2013, Dortmund
Gamze Kubasik putri Mehmet Kubasik, korban ke-8 rangkaian pembunuhan NSUFoto: DW/A. Grunau

Pengacara Berlin Sebastian Scharmer pada proses NSU di Pengadilan München mewakili penggugat sampingan Gamze Kubasik. Ayahnya Mehmet Kubasik ditembak di depan kiosnya di Dortmund (4/4/2006), sebagai korban pembunuhan NSU. Wawancara Deutsche Welle (DW) dengan Sebastian Scharmer (S)

DW: Bapak Scharmer, bagaimana dan kapan Anda serta klien Anda mengetahui bahwa Pengadilan tinggi München menunda proses sidang dari 17 April menjadi 6 Mei?

S: Senin Siang sekitar pk. 13.00 kami mengetahuinya dari media, bahwa proses ditunda. Baru sekitar pk. 13.40 masuk fax dari pengadilan tinggi yang mengkonfirmasinya. Saya tentu langsung menelefon Ibu Kubasik dan memberitahunya. Ia amat marah. Ia dan keluarganya sudah menyiapkan diri sejak berminggu-minggu, bulanan untuk hari tersebut. Itu beban psikis luar biasa baginya dan mengatakan, sebuah tamparan bahwa sidang ditunda. Ia tidak bisa mengerti dan juga marah, sebab kami mula-mula tahu dari media. Pengadilan Tinggi tampaknya tak mampu memberi tahu kami sebelumnya. Yang sebetulnya memungkinkan, apakah itu melalui E-mail, telefon atau lainnya. Ibu Kubasik juga berpendapat, itu menunjukkkan penggugat sampingan tampaknya tidak terlalu ditanggapi serius.

Rechtsanwalt Sebastian Scharmer. Copyright: Kanzlei Hummel.Kaleck, Berlin
Sebastian ScharmerFoto: Kanzlei Hummel.Kaleck, Berlin

DW: Barbara John, pejabat khusus Jerman untuk korban pembunuhan NSU dan keluarga menyebutnya "bencana tingkat menengah" bagi penggugat sampingan, apa Anda juga berpendapat demikian?

S: Ya, bayangkan saja beban situasi psikisnya. Sejak 7 tahun proses ini berlangsung, sejak 7 tahun Ibu Kubasik mengharap dapat melihat langsung mereka yang diduga bertanggung jawab atas pembunuhan. Itu beban luar biasa dan kini tentunya suatu bencana. Selain itu perlu upaya organisatoris dan finansial luar biasa guna mengorganisir dimulainya proses persidangan.

DW: Jadi ada biaya tinggi dengan penundaan?

S: Ada biaya jauh lebih tinggi dengan penundaan, namun kami akan membebankannya kepada negara. Masih belum jelas, siapa yang akan menanggung biaya bagi penggugat sampingan. Jika Senat berpendapat harus membatalkan mendadak, saya pikir, biaya ini harus digantikan oleh negara bagian Bayern.

DW: Apa menurut Anda penundaan bisa dimengerti dan penting?

S: Kejadiannya, Jumat (12/4/2013) keputusan Mahkamah Konstitusi Jerman meminta sebagian akreditasi baru para jurnalis. Tapi menurut kami, jika Senat bereaksi langsung terhadap keputusan ini, maka proses akreditasi bisa selesai Selasa (16/4). Senat di München tampaknya gagal mengorganisir semua ini. Orang harus bayangkan: Mahkamah Konstitusi Jerman ekstra mengambil keputusan kilat pada Jumat lalu, agar awal proses sidang masih dapat digelar tepat waktu, kalau tidak hakim tentu dapat mengatakan, proses akan ditunda. Tapi justru intensitas Mahkamah di Karlsruhe adalah agar proses dapat dimulai tepat waktu. Kini itu gagal, yang menurut saya akibat lemahnya kemampuan organisatoris Pengadilan Tinggi München.

DW: Bagaimana kesan Anda cara pengadilan menyikapi penggugat sampingan?

S: Pengadilan tentu dalam situasi sulit. Sebuah proses yang dalam banyak hal lebih besar dari yang dikenal selama ini. Di sisi lain, itu sudah jelas sejak lama dan menurut saya, jika diambil upaya dan sikap yang memadai, bisa diambil solusi yang lain. Saya juga melihat bahaya dalam proses akreditasi jurnalis asing, dalam menyikapi penggugat sampingan, pengadilan kurang menyadari dimensi politis proses ini. Sebagai contoh, Senat kurang menyikapi secara pantas para penggugat sampingan, dan kami tahu keputusan ini dari pers.