1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Referendum Berjalan Damai, Pemberlakuan Jam Malam Dilanjutkan

27 Juni 2010

Menurut keterangan pemerintah transisi Kirgistan, referendum yang digelar hari Minggu (27/06) berlangsung dengan damai dan dengan partisipasi yang tinggi. Hasilnya, konstitusi baru disetujui.

https://p.dw.com/p/O4aD
Seorang pemilih di kota Osh, Kirgistan, Minggu (27/06), sedang memasukkan kertas suara ke kotaknya.
Seorang pemilih di kota Osh, Kirgistan, Minggu (27/06), sedang memasukkan kertas suara ke kotaknya.Foto: AP

Tidak disangka-sangka presiden transisi Kirgistan Rosa Otunbayeva mengumumkan hasil referendum tak lama setelah tempat pemungutan suara (TPS) terakhir ditutup, hari Minggu (27/06). Warga yang berhak pilih di Kirgistan menunjukkan bahwa mereka menerima konstitusi baru yang menegakkan demokrasi rakyat yang sejati.´

Otunbayeva menegaskan bahwa hari tersebut merupakan hari bersejarah yang mana mereka punya konstitusi baru. Menurut ketua komisi pemilihan, sekitar 67 persen dari 2,5 warga berhak pilih memberikan suaranya. Hasil resmi referendum akan diumumkan minggu depan. Tidak ada yang tahu bagaimana Rosa Otunbayeva dapat memastikan bahwa rakyat benar-benar menyetujui diberlakukannya konstitusi baru.

Dengan perasaan campur baur antara berharap dan putus asa, warga Kirgistan memberikan suaranya. Tak heran, karena ketakutan dan trauma akibat kerusuhan berdarah antara warga etnis Kirgis dan Uzbek masih membekas di benak.

"Kami memberikan suara bagi perdamaian dan stabilitas di Kirgistan, bagi kesejahteraan, dan bagi persatuan negara kami. Dan kami ingin agar semuanya tetap tenang dan damai. Siapa yang dapat menjamin hal itu pada kami, sebaiknya menjalankan pemerintahan baru yang sah. Untuk itu hari ini kami menyetujuinya," ujar seorang warga.

"Kekacauan di negara kami harus diakhiri! Kami sudah muak dengan hidup semacam itu,“ kata yang lainnya.

Di tengah kekhawatiran pecahnya kekerasan baru, pemerintah transisi di Bishkek menggelar refendum bagi konstitusi baru. Salah satu butir isinya adalah mengesahkan kekuasaan mereka. Butir lainnya adalah membuka jalan bagi dilaksanakannya pemilihan presiden dan parlemen. Menurut rancangan konstitusi, presiden yang baru akan menyerahkan kewenangannya pada parlemen. Dengan begitu, Kirgistan menjadi negara demokrasi parlementer pertama di Asia Tengah.

Hingga hari Minggu pagi waktu setempat, situasi di Kirgistan tetap tenang. Serdadu dalam jumlah besar dikerahkan untuk mengamankan jalannya proses pemungutan suara. Komisi pemilihan negara itu menyebutkan banyaknya warga berhak pilih yang memberikan suaranya. Hingga pukul 18 waktu setempat, lebih dari 55 persen pemilih memberikan suaranya di TPS. Tidak ditetapkan mengenai batas minimal jumlah keterlibatan pemilih. Wakil pemimpin pemerintahan transisi Omurbek Tekebayev, sudah menarik neraca positif sebelum penutupan TPS.

"Mayoritas warga telah memberikan suara setuju untuk referendum ini. Jika kami memprediksikan kecenderungannya. Dengan yakin bisa kami katakan bahwa rakyat memberikan suara setuju pada referendum,“ tutur Tekebayev.

Sementara itu, jam malam yang sempat dicabut hari Sabtu lalu (26/06) di wilayah selatan kota Osh dan Jalal Abad diberlakukan kembali setelah proses pemungutan suara.

Stefan Laack/luky Setyarini

Editor: Rizki Nugraha