1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Monyet Penyakitan Hasil Rekayasa Genetika

1 Juli 2016

Kelompok periset Jepang berhasil rekayasa genetika monyet, hingga hewan ini jadi kehilangan sebagian fungsi kekebalan tubuhnya. Dengan itu dunia medis punya peluang besar untuk kembangkan terapi baru.

https://p.dw.com/p/1JHEp
Bildergalerie Die kleinsten Tiere der Welt Zwergseidenäffchen
Ilustrasi monyet MarmosetFoto: picture-alliance/dpa

Rekayasa Genetika Ciptakan Monyet Penyakitan

Kedengarannya ironis dan sangat mengerikan. Ilmuwan dari Central Institute for Experimental Animals dan Universitas Keio di Jepang melaporkan, sukses melakukan rekayasa genetika monyet hingga hewan ini jadi kehilangan sebagian fungsi kekebalan tubuhnya. Artinya, para ilmuwan justru menciptakan hewan rekayasa yang "penyakitan".
"Hasil riset ini akan memberikan keuntungan besar bagi riset media di masa depan", klaim para ilmuwan Jepang tersebut. Mereka melakukan rekayasa dengan teknik yang disebut genome editing, dengan melakukan "penulisan ulang" pada sekuens genetika monyet bersangkutan.
Genome editing membuat para ilmuwan bisa lebih akurat dalam melakukan menipulasi kode genetika monyet. Teknik ini lebih unggul dibanding teknik modifikasi genetika konvensional, ujar periset.
Monyet penyakitan bagi terapi medis
Para ilmuwan di Universitas Keio merekayasa gen pada embrio monyet Marmoset yang bertanggung jawab pada fungsi kekebalan tubuhnya. Hasilnya, adalah bayi monyet yang memiliki defisiensi kekebalan tubuh, alias bayi monyet mengidap penyakit yang dibawa sejak dalam kandungan.
Monyet hasl rekayasa genetika itu disebutkan hanya memiliki sekitar 20 persen sel kekebalan tubuh dibanding monyet yang normal. Pakar genetika Eiko Sasaki mengklaim, inilah untuk pertama kalinya para ilmuwan berhasil menciptakan monyet dengan penyakit yang spesifik, dengan rekayasa teknik genome editing.
Walau Sasaki tidak merinci keuntungan apa saja yang bisa dipetik, dari monyet hasil rekayasa genetika itu, namun diperkirakan hasil riset bisa menguntungkan dalam terapi penyakit defisiensi kekebalan tubuh seperti AIDS. Juga penyakit keturunan yang sebelumnya sulit disembuhkan akan memetik keuntungan dari hasil riset di Jepang ini.
as/vlz(ebu)