1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gedung Putih Resah Menjelang Publikasi Wikileaks

26 November 2010

Pemerintah Amerika Serikat berusaha membatasi kemungkinan gangguan diplomatis dengan sejumlah negara akibat dipublikasikannya dokumen rahasia Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat oleh situs internet Wikileaks.

https://p.dw.com/p/QIxp
Foto: Wikileaks

Menurut keterangan Wikileaks, pemerintah Amerika Serikat memberikan informasi kepada pemerintah di Inggris, Kanada, Australia, Israel, Denmark dan Norwegia mengenai isi dokumen-dokumen rahasia yang kemungkinan akan dipublikasikan Wikileaks tersebut. Sementara harian Rusia Kommersant, Jumat (26/11), melaporkan, publikasi tersebut juga dikhawatirkan mengganggu hubungan Moskow dengan Washington. Karena dokumen-dokumen rahasia tersebut diduga juga berisi skala penilaian situasi politik di Rusia dan karakteristik politisi di Rusia.

Sebelumnya menurut Wikileaks harian Amerika Serikat The New York Times melakukan pembicaraan dengan Gedung Putih mengenai rincian rencana dipublikasikannya dokumen-dokumen rahasia tersebut. Rencana publikasi dokumen Wikileaks tidak hanya dapat dibaca secara online tapi juga dalam bentuk tulisan cetak. Selain harian The New York Times, majalah berita Jerman Der Spiegel dan harian Inggris Guardian juga akan memuatnya. Ketiga media tersebut sudah melakukan kerjasama dengan plattform Wikileaks saat situs internet itu bulan Juli lalu, mempublikasikan protokol operasi di lapangan para tentara Amerika Serikat di Irak.

"Wikileaks membahayakan kehidupan warga Amerika Serikat dan memberikan informasi penting kepada lawan Amerika," demikian peringatan yang dikeluarkan dari publikasi terakhir Wikileaks, oleh orang nomor satu di jajaran tentara Amerika Serikat, Admiral Mike Malln.

Untuk rencana publikasi yang akan datang, Wikileaks tidak menyebutkan volumenya, tapi hanya memberikan prediksi tujuh kali lipat lebih besar dari volume dokumen rahasia tentang Perang Irak, yang dipublikasikannya Juli lalu, yang meliputi 400 ribu dokumen rahasia.

Dyan Kostermans/dpa/afp/DW

Editor: Asril Ridwan