1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rentetan Serangan Taliban di Afghanistan

Christoph Heinzle20 Mei 2006

Rakyat Afghanistan dan dunia internasional kecewa dengan perkembangan terakhir di Afghanistan, empat setengah tahun setelah rezim Taliban digulingkan.

https://p.dw.com/p/CJcz
Taliban, tetap berperang walau sudah lengser
Taliban, tetap berperang walau sudah lengserFoto: AP

Upaya pembangunan kembali, peneguhan perdamaian dan stabilitas pasca perang dan konflik selama dua setengah dasa warsa belum membuahkan hasil. Malah sebaliknya, Afghanistan mengalami fase paling berdarah sejak tahun 2001.

Situasi keamanan di provinsi-provinsi kawasan selatan dan timur Afghanistan sangat labil. Aksi kekerasan terjadi hampir setiap hari. Polisi, tentara, pekerja organisasi kemanusiaan dalam negeri maupun asing menjadi sasaran serangan bom. Berbeda dengan waktu perang saudara, kini banyak serangan dilakukan pembom bunuh diri. Ini fenomena baru di Afghanistan.

Gelombang kekerasan terbaru di Afghanistan justru didalangi oleh kelompok Taliban, gerakan berhaluan keras yang dinyatakan telah lengser tahun 2001. Namun, Taliban kembali dengan kekuatan baru sejak tahun lalu. Tujuan utama Taliban adalah menjatuhkan pemerintahan Presiden Karsai. Mereka menganggap presiden Afghanistan itu boneka Amerika Serikat. Taliban memerangi perwakilan Afghanistan yang baru dan pendukung pemerintah Afghanistan dari luar negeri yang di mata Taliban adalah kafir dari negara penjajah.

Kawasan selatan Afghanistan menyediakan lingkungan paling akomodatif bagi Taliban. Sebagian besar penduduk daerah itu konservatif. Penduduk kawasan ini lebih mengerti pandangan yang mengintepretasiakan ajaran Islam secara radikal dibandingkan ide-ide dunia barat.

Operasi militer koalisi anti-teror pimpinan Amerika Serikat di selatan Afghanistan menelan banyak korban warga sipil. Hal ini menambah kecurigaan warga terhadap pihak asing. Tapi, penduduk terutama kecewa karena gagalnya upaya pembangunan. Di kawasan selatan, dana bantuan senilai miliaran yang dikucurkan barat untuk pembangunan kembali tidak menunjukkan hasil apa-apa. Tak heran, sejumlah warga memilih untuk membantu Taliban.

Selain itu, Taliban juga mendapat dukungan dari Pakistan. Mereka mendapat senjata, uang, rekrut baru dan tempat persembunyian di daerah perbatasan antar Afghanistan dan Pakistan. Operasi anti-teror Pakistan tak berhasil meredam aktivitas teror di kawasan perbatasan.

Sebenarnya, kemungkinan Afghanistan kembali dikuasai Taliban sangat kecil. Tapi, aksi kekerasan ekstremis Islam menyebabkan destabilisasi provinsi-provinsi Afghanistan sehingga upaya pembangunan kembali kawasan itu terhambat. Dan bagai lingkaran setan, tanpa pembangunan kembali, keamananpun tak dapat tercipta.

Perluasan pasukan perlindungan internasional ISAF di selatan Afghanistan adalah langkah yang tepat di waktu yang salah. Pasukan ISAF punya reputasi baik sebagai penjaga stabilitas dan pendukung upaya pembangunan kembali. Mereka seharusnya mereka bergerak ke selatan tiga atau empat tahun lalu. Saat itu, situasi di kawasan tersebut masih tenang dan warganya lebih optimis. Kini, ISAF tak hanya mempertaruhkan nama baiknya, tapi juga nyawa para prajuritnya.

Ini merupakan tantangan besar bagi negara-negara yang tergabung dalam ISAF. Mereka menghadapi kritik dan tekanan dari dalam negeri yang mungkin berujung pada penarikan pasukan dari Afghanistan. Dan bila ini terjadi, maka Afghanistan kembali berada di ambang kaos. (zer)