1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Utara

Resmi Dilantik, Joe Biden Serukan Akhiri Perang Tak Beradab

20 Januari 2021

Dalam pidatonya, Joe Biden mengatakan demokrasi sangat berharga, tapi juga rapuh. Ia juga menyatakan bahwa AS sedang menghadapi saat yang penuh ujian dan harus siap menghadapinya.

https://p.dw.com/p/3oBvf
Pelantikan Presiden ke-46 Amerika Serikat Joe Biden
Pelantikan Presiden ke-46 Amerika Serikat Joe Biden Foto: Patrick Semasky/REUTERS

Joe Biden dan Kamala Harris resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat, Rabu (20/01). Berbeda dengan pelantikan presiden dan wakil presiden sebelumnya, pelantikan kali ini tidak dihadiri oleh ribuan massa untuk mencegah sebaran wabah virus corona. 

Biden resmi menjabat pada saat AS mengalami kegelisahan nasional mendalam, karena dihantam krisis dalam empat dimensi, yakni pandemi, ekonomi, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan rasial. Dia menjanjikan akan dilakukannya tindakan cepat, termasuk serangkaian perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat.

Dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Amerika Serikat, Joe Biden menyatakan bahwa "demokrasi telah menang". Ia memuji peralihan kekuasaan secara damai, meskipun sempat terjadi kekerasan di Gedung Capitol awal bulan ini.

Sejumlah tokoh Partai Republik seperti Wakil Presiden Mike Pence dan para pemimpin kongres partai, menghadiri pelantikan Biden, bersama dengan mantan Presiden AS Barack Obama, George W. Bush, dan Bill Clinton. Mereka yang hadir terlihat mengenakan masker di tengah pandemi corona yang masih melanda. Donald Trump tidak menghadiri pelantikan ini. 

Suasana pengambilan sumpah jabatan Joe Biden
Suasana pengambilan sumpah jabatan Joe Biden sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat.Foto: Jim Bourg/REUTERS

"Ini adalah hari Amerika. Ini adalah hari demokrasi. Hari bersejarah dan pengharapan, akan pembaruan dan penyelesaian," kata Biden, Rabu (20/01). "Kita telah sampai sejauh ini. Masih banyak yang harus kita lakukan," ujar Biden. Dia mencatat bahwa negara itu sedang menjalani saat-saat yang "menantang" ujarnya merujuk pada pandemi pandemi corona dan kemerosotan ekonomi.

Dalam pidatonya Biden juga menyatakan bahwa AS sedang menghadapi saat-saat yang penuh ujian dan harus menghadapi tantangan tersebut. "Saya yakin kita bisa melakukannya," kata Biden. Ia menyebutkan sejumlah kekhawatiran terutama tentang pandemi, peran AS di dunia, ketidakadilan rasial, dan "serangan terhadap demokrasi kita."

Selanjutnya, ia juga mengajak para hadirin dan rakyat Amerika untuk mengheningkan cipta bagi lebih dari 400.000 orang di AS yang telah meninggal akibat wabah corona. "Dalam tindakan pertama saya sebagai presiden, saya ingin meminta Anda untuk bergabung dengan saya dalam doa hening sejenak untuk mengenang semua orang yang meninggal dalam satu tahun terakhir ini akibat pandemi," kata Biden dalam pidato pelantikannya.

"Kita akan menghormati mereka dengan menjadi rakyat dan bangsa yang kita tahu kita bisa dan harus menjadi," kata Biden sebelum menundukkan kepalanya dalam diam.

Ajakan akhiri perang tidak beradab

Pasangan Biden, Kamala Harris, yang merupakan putrii pasangan migran asal Jamaika dan India, menjadi perempuan kulit hitam pertama, dan keturunan Asia pertama yang menjabat sebagai wakil presiden setelah dia dilantik oleh Hakim Mahkamah Agung AS Sonia Sotomayor, yang merupakan orang keturunan Amerika latin pertama yag menjabat.

Setelah kampanye yang diwarnai tuduhan tidak berdasar dari Donald Trump atas kecurangan pemilu, Biden memberikan nada damai dalam pidatonya, meminta orang Amerika yang tidak memilihnya untuk juga memberinya kesempatan menjadi presiden.

"Untuk mengatasi tantangan ini untuk memulihkan jiwa dan mengamankan masa depan Amerika, butuhkan lebih dari sekadar kata-kata. Ini butuh hal yang paling sulit dipahami dari semua hal dalam demokrasi: persatuan," ujar Biden.

"Kita harus mengakhiri perang tidak beradab yang mempertentangkan warna merah dengan biru, pedesaan versus perkotaan, konservatif versus liberal. Kita bisa melakukan ini - jika kita membuka jiwa kita, alih-alih mengeraskan hati kita." 

Pengamanan super ketat

Biden, 78, menjadi presiden AS tertua dalam sejarah pada upacara skala kecil di Washington yang sebagian besar dilucuti dari kemegahan dan keadaannya yang biasa, karena masalah virus dan keamanan setelah serangan 6 Januari di Capitol AS oleh para pendukungDonald Trump.

Joe Biden dilantik menjadi Presiden AS ke-46 pada hari Rabu dengan penjagaan ketat oleh 25.000 tentara. Tempat inaugurasi pun dikosongkan dari penonton yang biasanya memadati ritual empat tahunan tersebut.

Tindakan pencegahan untuk mengamankan inaugurasi kepresidenan di Amerika Serikat belum pernah seketat ini. Petugas keamanan memagari sebagian besar pusat kota Washington D.C guna memastikan bahwa Biden dan Wakil Presidennya Kamala Harris dapat dengan lancar mengambil sumpah jabatan mereka pada pukul 11:48 pagi waktu setempat.

"Ini adalah hari ketika demokrasi kita bangkit, membersihkan debu dan melakukan apa yang selalu dilakukan Amerika - maju sebagai sebuah bangsa," ujar Senator dari Partai Demokrat Amy Klobuchar saat upacara dimulai.

Sebelumnya, beberapa kelompok ekstremis sayap kanan telah berjanji untuk mengacaukan jalannya upacara pelantikan Biden setelah serangan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari lalu yang menewaskan lima orang, termasuk seorang perwira polisi. Analis mengatakan adanya beberapa tanda dari plot terorganisir untuk menganggu jalannya pelantikan tersebut.

Donald Trump sebelumnya telah menyatakan tidak akan menghadiri pelantikan ini. Pada Rabu pagi, Presiden Donald Trump telah keluar meninggalkan Gedung Putih untuk terakhir kalinya. Helikopter yang ditumpanginya terbang melewati lapangan National Mall yang ditanami sekitar 200.000 bendera Amerika dan bendera negara bagian.

ae/yf (dpa, reuters, AP)