1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

030511 Palästinenser Versöhnung

4 Mei 2011

Dari berakhirnya perseteruan antar saudara itu, rakyat Palestina mengharapkan langkah maju dalam proses perdamaian Timur Tengah yang diam di tempat. Tapi harapan warga juga diiringi dengan keraguan.

https://p.dw.com/p/119I7
Gambar simbol perseteruan Fatah HamasFoto: AP Graphics/DW

Langkah kejutan berhasil bagi Palestina. Bahkan rakyatnya sendiri, di Jalur Gaza yang diblokade dan Tepi Barat yang diduduki, yang sudah lama kehilangan kepercayaan bahwa Hamas dan Fatah akan mampu mengatasi perseteruan politik dan ideologi mereka. Semakin banyak reaksi positif dari rakyat, walaupun juga bercampur dengan keraguan.

"Ini sangat penting, Kami betul-betul ingin mampu menciptakan perdamaian di kawasan ini. Memang, terlalu pagi untuk menilai rekonsiliasi ini. Tetapi insya Allah, kesepakatan ini akan terlaksana," dikatakan seorang perempuan. Sementara seorang warga lain menyatakan, "Saya pribadi merasa lebih baik, Saya harap sitausinya akan jadi lebih baik. Tetapi terlalu dini untuk mengomentarinya."

Apa yang terjadi saat ini antara Hamas dan Fatah betul-betul sensasional, demikian penilaian pakar politik Palestina seperti Dr. Samih Shbib dari Universitas Bir-Zeit terhadap perkembangan terbaru di negerinya. Tanpa bangkitnya perlawanan rakyat Arab, yang sejak awal tahun mengubah kawasan itu, tidak akan ada rekonsiliasi di dalam negeri Palestina.

"Ada banyak perkembangan di kawasan ini, terutama di Suriah dan Mesir, yang menciptakan iklim baru. Hamas sudah mengakui bahwa kesatuan nasional merupakan jalan untuk memelihara kekuasaan," dikatakan Dr. Samih Shbib.

Terutama Hamas yang selama setengah tahun menolak menandatangani dokumen rekonsiliasi. Dokumen yang diajukan kepemimpinan Mesir ketika itu, atas nama Liga Arab, kepada dua partai Palestina yang bermusuhan tersebut. Seperti disebarkan media Israel dan Palestina, berulangkali pemimpin Suriah dan Iran menekan Hamas untuk tidak menyerah pada desakan rekonsiliasi dan membiarkan perpecahan terus berlangsung.

Namun kemudian, utusan Fatah Jamal Abu Al Rub melaporkan bahwa gelombang perubahan sampai ke Jalur Gaza. "Kami sebagai pemerintah otonomi dan Fatah ingin mengakhiri perpecahan ini sejak awal. Menyesal harus saya katakan, Hamas membuat proses ini berlarut-larut. Tetapi kini ada perubahan di dunia Arab, terutama di Suriah. Lihatlah bagaimana rakyat di sana ditekan. Suriah selalu merangkul Hamas, dan kini ada ketegangan, juga antara Suriah dan Qatar, yang sama-sama mendukung Hamas. Juga perubahan di Mesir, semua ikut berkontribusi. Dengan Mesir, Hamas harus menjaga hubungan baik, karena Mesir adalah tali pusar ke Jalur Gaza."

Kementrian Luar Negeri Mesir mengumumkan untuk membuka secara permanen perbatasan ke Jalur Gaza di Rafah, guna mengakhiri blokade Israel terhadap kawasan pesisir yang dikuasai oleh Hamas itu.

Clemens Verenkotte/Renata Permadi
Editor: Yuniman Farid