1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rezim Suriah Kerahkan Tank ke Kota-Kota Kubu Pembangkang

9 Mei 2011

Rezim penguasa Suriah terus mengerahkan kekerasan militer untuk menumpas aksi protes oposisi.

https://p.dw.com/p/11C91
Aksi protes di Homs menentang rezim Bashar al Assad.Foto: AP

Rezim di Suriah mengubah taktiknya secara mendasar. Kini diupayakan untuk menumpas semua pembangkangan dari tunasnya, jadi sedini mungkin. Dari hanya bereaksi setelah aksi protes terjadi, seperti yang ditunjukan pekan-pekan sebelumnya, kini aparat keamanan melakukan tindakan antisipasi. Terutama dengan melakukan aksi penjeraan dan intimidasi. Rezim di Damaskus mengerahkan tank, aparat militer dan dinas rahasia secara besar-besaran, ke kawasan dimana diperkirakan akan muncul aksi protes baru.

Presiden Bashar al Assad memerintahkan pengerahan tank ke kota-kota Homs, Banias dan Daraa yang merupakan kubu para pembangkang. Kantor berita pemerintah Suriah melaporkan, militer dikerahkan untuk menumpas kelompok “bandit bersenjata” sebagai istilah bagi para demonstran anti rezim Assad. Para penembak jitu ditempatkan di berbagai sudut. Dalam waktu bersamaan dilancarkan razia dari rumah ke rumah. Di kota Banias, aparat militer dilaporkan menembak mati enam orang dalam serangan ke distrik Muslim Sunni di kota tsb. Selain itu militer menangkap sedikitnya 200 orang termasuk seorang dokter yang merawat korban cedera.

Dalam penyergapan di kawasan Homs militer Suriah dilaporkan menembak mati sedikitnya 10 warga sipil dalam sebuah bus yang baru datang dari Libanon. Sementara dalam serangan lainnya seorang anak berusia 12 tahun tewas. Saksi mata juga melaporkan, pasukan keamanan menembak mati dua orang demonstran di kota Deir al Zor.

Pemerintah melaporkan, aksi penjeraan dan intimidari yang diterapkan dengan keras di Daraa menunjukan hasilnya. Setelah aksi demonstrasi di jalanan hari Jumat lalu, hari Minggu (8/5) tidak ada seorang pun yang berani melancarkan aksi protes.

Namun sejauh ini tetap tidak ada laporan independen dari kawasan krisis. Sarana telekomunikasi dan aliran listrik di distrik Homs dan Banias berulangkali diputus oleh penguasa, demikian laporan pengamat. Seorang aktivis hak asasi melaporkan, aparat keamanan berada dimana-mana dan warga dilarang keluar rumah. Selain itu situs facebook “Revolusi Suriah 2011“ diragukan kredibilitasnya sebagai suara kelompok oposisi. Pasalnya sejauh ini tidak ada pimpinan bersama yang didukung beragam kelompok oposisi. Juga rezim di Damaskus melarang masuknya wartawan asing ke Suriah.

Aktivis hak asasi manusia Suriah, Walid Saffor mengatakan : “Sejak lama masyarakat internasional mengritik Suriah akibat pelanggaran hak asasi, korupsi dan kurangnya kebebasan pers. Tapi rezim tetap tidak bergeming.“

Sejak dilancarkannya aksi protes menentang rezim Bashar al Assad pertengahan Maret lalu, para diplomat barat menaksir, sedikitnya 7.000 orang ditangkap. Sementara kelompok pembela hak asasi melaporkan, jumlah korban tewas sudah lebih dari 630 orang. Amerika Serikat bereaksi keras atas aksi pembantaian 27 demonstran hari Jumat lalu, dengan mengancam akan menerapkan sanksi tegas terhadap rezim penguasa di Suriah. Juga Uni Eropa mengumumkan akan menerapkan sanksi serupa. Namun dalam ancaman itu samasekali tidak disinggung nama presiden Bashar al Assad.

Agus Setiawan/rtr/dpa/afp/ap

Editor : Dyan Kostermans