1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fluss der Romantik

Sabine Oelze12 Oktober 2013

Lembah sungai Rhein ditetapkan pada tahun 2002 oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Sungai Rhein dikenal, setelah keindahannya dilukiskan oleh para seniman jaman Romantik 200 tahun lalu.

https://p.dw.com/p/19vkm
Lukisan Karya Georg Schneider, Pemandangan sungai Rhein dari Niederwald BingenFoto: Siebengebirgsmuseum

Reruntuhan Drachenfels membuat penyair Inggris Lord Byron begitu terpesona sehingga pada tahun 1816, ia menulis sajak yang sangat terkenal berjudul “benteng karang Drachenfels“. Byron ingin sekali beristirahat panjang di kaki menara kemenangan Drachenfels, tulisnya antusias. Akibat sajaknya, banyak orang tertarik datang berkunjung ke Rhein.

Drachenburg Sebuah Pemandangan ajaib“

Di kanan kiri sungai Rhein terdapat benteng-benteng pertahanan. Di abad pertengahan benteng-benteng ini dipakai sebagai pertahanan milter. Abad demi abad berlalu, teknik persenjataan baru ditemukan, kini benteng-benteng itu tak lagi memenuhi fungsi militernya. Beberapa benteng memang telah runtuh, meski demikian masih banyak yang tersisa. Pada abad 19, reruntuhan benteng Drachenfels dibongkar, dikirim ke Köln dan digunakan untuk membangun Katedral Dom.

Penemuan Loreley
Cerita mitos Loreley dikarang oleh seniman jaman Romantik. Sebelum abad 19, Loreley tak lebih hanya sebuah batu karang biasa yang terletak di St Goarshausen di Koblenz.

Perairan dangkal telah menjadikan Rhein jalur pelayaran yang berbahaya dan mengakibatkan banyak kecelakaan kapal. Legenda putri duyung yang duduk menyisir rambut emas serta kapal-kapal yang terpikat oleh nyanyian sang duyung muncul pertama kali tahun 1801.

Pada awalnya, cerita ini ditulis oleh Clemens Brentano. Dalam baladanya yang berjudul " Bacharach di Rhein ", ia bercerita tentang seorang perempuan sihir yang berasal dari desa Bacharach dan menebarkan pesonanya. Saat itu batu karang sungai Rhein belum ada dalam cerita.

Setelah tahun 1820, Heinrich Heine menceritakan kembali kisah ini. Ia menghubungkan cerita ini dengan batu karang sungai Rhein. Dalam ceritanya, ia menceritakan sang penyihir sedang duduk di atas batu karang sungai Rhein dan sedang menyisir rambutnya.

Dengan demikian sempurnalah mitos Loreley ini, jelas direktur Siebengebirgsmuseum, Elmar Scheuren.

Pemandanan Penuh Kenangan

Pelukis Swiss, Ludwig Bleueler dalam lukisannya mencoba menunjukkan sebuah kontradiksi antara mimpi dan kenyataan. Sebuah pemandangan dari kota Mainz yang menunjukkan taman dan pejalan kaki. Di sana melaju sebuah kereta uap. "Dulu, rute kereta di sisi kiri sungai Rhein masih dalam tahap perencanaan. Ketika rute dibuka, Bleueler telah tiga tahun meniggal“ terang Scheuren.

Bildergalerie Rheinromantik
Lukisan Karya Jakob Diezler- Niederlahnstein Kapellen dan StolzenfelsFoto: Siebengebirgsmuseum

Pada akhir 1820-an , ribuan wisatawan berbondong-bondong menyerbu Rhein. Selain itu, pelayaran kapal di sungai Rhein membuat biaya perjalanan lebih terjangkau. Tak hanya wisatawan, anggota kerajaan Inggris yang tetarik oleh sajak karangan Lord Byron, juga ikut mengunjungi sungai Rhein.

Popularitas lembah sungai Rhein mencapai puncaknya dalam kesenian akhir abad ke-19. Pada abad berikutnya, perjalanan liburan ke sungai Rhein berkurang. Meski demikian, sungai Rhein tak begitu saja dilupakan.