1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
MigrasiJerman

Survei: Migrasi Dipandang Sebagai Ancaman Terbesar di 2024

Frank Hoffmann
13 Februari 2024

Migrasi akibat perang dan perubahan iklim kini lebih ditakuti ketimbang agresi Rusia. Survei KTT Keamanan München di tujuh negara industri maju dan BRICS juga mencemaskan eskalasi konflik di Indo-Pasifik.

https://p.dw.com/p/4cLVF
Migran Rohingya tiba di Pidie, Aceh
Ilustrasi: Gelombang migran akibat perang seperti etnis Rohingya di Aceh ini dianggap ancaman global baru.Foto: Rahmat Mirza/AP/picture alliance

Dunia di tahun 2024 dibayangi "tren kemunduran dalam politik global, yang ditandai dengan meningkatnya ketegangan geopolitis dan ketidakpastian ekonomi," tulis Direktur Konferensi Keamanan München, MSC, Christoph Heusgen, dalam laporan tahunan jelang konferensi pada 16 hingga 18 Februari mendatang.

Selama tiga hari itu, perwakilan militer, akademisi dan pejabat pemerintah dari seluruh penjuru dunia termasuk di antaranya adalah Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky, akan membahas situasi keamanan teranyar dalam pertemuan di München Jerman.

Pertemuan di München didahului survei yang tahun ini melibatkan 12.000 responden di Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, Italia dan Kanada, ditambah negara-negara BRICS, kecuali Rusia. Dalam survei MSC tahun lalu invasi Rusia di Ukraina masih dianggap sebagai ancaman utama keamanan global, namun dalam survei teranyar yang dirilis tahun ini, giliran masalah migrasi akibat perang dan perubahan iklim yang dipandang sebagai masalah terbesar bagi masyarakat.

Sebanyak 72 persen penduduk Bumi hidup di bawah sistem otokratis, dibandingkan 46 persen pada satu dekade lalu.

'Donald Trump has a point': Christoph Heusgen, Munich Security Conference Chair

Migrasi akibat perang dan bencana iklim

Dalam survei tersebut, "migrasi akibat perang dan perubahan iklim" menempati urutan pertama sebagai sumber ancaman terbesar. Di Jerman, ancaman serangan teror oleh kelompok militan Islam kini bertengger di urutan kedua dari posisi ke-16 tahun lalu.

Perang Gaza yang dipicu serangan teror Hamas di Israel diduga ikut memengaruhi persepsi publik karena jajak pendapat yang dilakukan antara Oktober hingga November tahun lalu.

"Sebagaimana di banyak negara lain, serangan teror Hamas pada tanggal tujuh Oktober mencuatkan kekhawatiran di Jerman terhadap terorisme kelompok radikal Islam," tulis peneliti MSC, dan menambahkan betapa "Jerman tahun ini mencatatkan kekhawatiran tertinggi terhadap migrasi dibandingkan semua negara yang disurvei."

Globalisasi dihambat isu keamanan

Secara umum, MSC mencatat kekecewaan terhadap kondisi perekonomian dunia sebagai dampak globalisasi. "Kendati pencapaian yang tinggi setelah Perang Dingin, negara-negara Barat dan pemerintahan otokratis terkuat di belahan Bumi selatan belum sepenuhnya puas atas status quo, atau porsi kuenya sendiri."

Ribuan Pengungsi Afganistan Terpaksa Meninggalkan Pakistan

Akibatnya, globalisasi mencatatkan tren kemunduran di seluruh penjuru dunia, terutama di Cina yang mulai mencatatkan surutnya aliran dana investasi.  "Sektor perdagangan juga menunjukkan gelagat restrukturisasi di sepanjang medan geopolitik," di mana arus kapital dialirkan menjauhi Cina.

"Pergeseran politik yang dramatis," berbenturan dengan "realita ekonomi makro," tulis MSC, yang meramalkan kemunduran pada konektivitas di dunia. "Semakin sengitnya rivalitas geopolitik mengubur harapan bahwa globalisasi yang digerakkan pasar akan mampu menjamin pemerataan yang adil."

Cina gembosi pengaruh Barat

Survei MSC juga mencatat eskalasi risiko perang antara Cina dan Amerika Serikat seputar Taiwan dan Laut Cina Selatan, sebagai sumber ancaman keamanan. Faktor ini terutama mendominasi jawaban responden dalam survei di Jepang, India, Amerika Serikat, Jerman dan Prancis.

Di negara-negara G7 "sebagian besar masyarakat meyakini bahwa tingkat kemakmuran dan keamanan mereka akan berkurang dalam sepuluh tahun ke depan," tulis direktur MSC, Heusgen. Selain itu, responden juga memperkirakan pengaruh Cina akan jauh melampaui Barat di negara-negara berkembang.

Namun begitu, persepsi responden bertolak belakang dengan kegiatan ekonomi. "Perusahaan Jerman masih berinvestasi besar di Cina dan justru melawan keinginan pemerintah di Berlin untuk mengurangi aktivitas di Cina," menurut laporan 2024 Konferensi Keamanan München. "Investasi langsung Jerman di Cina masih mencatatkan rekor di paruh pertama 2023."

rzn/as