1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Risiko Infeksi Corona Pada Penderita Asma

21 April 2020

Banyak penderita asma khawatir mengalami sakit berat jika terinfeksi virus corona. Selain itu, penggunaan obat kortison disebut memperlemah sistem pertahanan tubuh.

https://p.dw.com/p/3bByW
Seorang perempuan menggunakan inhalator
Foto: picture-alliance/VisualEyze/J. Salvarredy

Manusia lanjut usia dan orang dengan riwayat penyakit kronis termasuk dalam kelompok risiko tinggi di tengah pandemi Covid-19. Banyak pasien asma ketakutan akibat agresifnya virus SARS-CoV-2 yang terutama menyerang paru-paru. Dengan demikian, risiko mereka untuk terinfeksi atau mengalami gejala sakit berat juga meningkat.

Ditambah lagi, ada informasi bahwa obat kortison, baik dalam bentuk semprot maupun tablet, yang biasa digunakan untuk meringankan gejala serangan asma justru meningkatkan risiko infeksi. Pasalnya, kortison menurunkan sistem kekebalan tubuh karena efeknya yang “menekan imunitas”. 

Namun perhimpunan dokter paru Jerman dalam sebuah pernyataan bersama berusaha menepis ketakutan itu. “Pemakaian obat kortison dengan tepat tidak meningkatkan risiko pasien asma, selama obat digunakan secara teratur dan tidak sembarangan tanpa konsultasi dokter,” demikian menurut pernyataan itu. Jika kondisi memburuk, dosis kortison bisa disesuaikan atas petunjuk dokter paru. 

Petunjuk medis berbeda-beda

Penggunaan kortison semprot terutama disoroti secara kritis oleh Profesor Christian Drosten, pimpinan bagian virologi Rumah Sakit Charité di Berlin.

Prof. Drosten menyarankan pasien asma untuk berkonsultasi dengan dokter guna menentukan apakah mereka bisa mengganti obat asma berbasis kortison dengan obat lain yang tidak terlalu keras menekan sistem kekebalan tubuh.

Namun para dokter dari perhimpunan pneumonologi dan kedokteran alat bantu pernafasan Jerman (DGP) menyatakan, korelasi semacam itu belum dibuktikan secara ilmiah. Karena itu, mereka tetap mempertahankan terapi inhalasi kortison.

“Penghentian obat secara tiba-tiba atau perubahan terapi, secara mendasar bisa lebih berbahaya ketimbang peringatan meningkatnya risiko tertular virus corona,” demikian para dokter ahli paru memperingatkan.

Para dokter ahli paru juga mengonfirmasi bahwa kelompok yang lebih terancam adalah manula pengidap asma berat dan secara teratur harus mengonsumsi pil kortison.

“Mereka yang sesekali memakai inhalator kortison, kini justru disarankan menggunakannya secara teratur untuk menjaga agar saluran pernafasan tetap terbuka dan pasien tidak kesulitan bernafas,” tulis pernyataan itu.

Apakah perlu pelindung tambahan?

Pada dasarnya, orang yang mengidap penyakit saluran pernafasan kronis, sistem pertahanan tubuhnya dalam melawan virus juga pasti lemah. Pasalnya, mukosa paru mereka juga sudah lemah akibat penyakit yang diidap.

Tapi menurut dokter ahli paru Prof. Rainald Fischer dari rumah sakit Univeritas München, pasien asma tidak terancam berat, karena hanya mukosa bronkial mereka yang mengalami radang akibat alergi. Biasanya pasien asma alergi tidak mengembangkan gejala radang paru-paru.

Fischer menyebutkan lebih lanjut bahwa penggunaan masker wajah pada pasien asma atau pasien penyakit paru justru bisa mempersulit mereka bernafas.

Para dokter justru menganjurkan vaksinasi antiflu atau pnemokokus untuk pasien asma. Hal ini karena virus dan bakteri lain juga dapat memicu radang paru-paru dan saluran bronkial terlepas dari adanya wabah Covid-19 atau tidak.

Namun secara umum, penderita asma dan orang yang mengidap penyakit terkait saluran pernafasan harus memberikan perhatian khusus pada tindakan menjaga kebersihan yang direkomendasikan para ahli dan menjaga jarak aman minimal 1,5 meter dari orang lain.

(as/ae)