1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

060411 Elfenbeinküste Gbagbo

6 April 2011

Desas-desus yang beredar menyebutkan, negosiasi dengan Gbagbo gagal. Pasukan yang setia pada Ouattara dilaporkan melancarkan serangan final di kediaman Gbabgo untuk menangkapnya dari bunker.

https://p.dw.com/p/10oKc
Pasukan pendukung Ouattarabersiaga di Abidjan, Rabu (06/04)Foto: AP

Menurut informasi Kementrian Luar Negeri Perancis, presiden Pantai Gading itu terkurung di bunker, ruang bawah tanah, di kediamannya di Abidjan. Bersama helikopter tempur PBB dan tentara Perancis, pasukan Alassane Ouattara, presiden terpilih yang diakui internasional, melancarkan serangan menentukan. Permainan catur berdarah memperebutkan kekuasaan di Republik Pantai Gading tampaknya telah usai.

Menlu Prancis Alain Marie Juppé mengatakan di Paris, satu-satunya yang tersisa untuk dibahas dengan Gbagbo adalah keluarnya ia dari Pantai Gading dan adalah absurd baginya untuk bertahan. "Saat ini tengah dirundingkan dengan Gbagbo dan keluarganya tentang kapan dan bagaimana mereka bisa meninggalkan Pantai Gading. Bersama PBB kami menuntut Gbagbo menandatangani surat penyerahan kekuasaan, dimana ia mengakui Alassane Ouattara sebagai pemenang pemilihan presiden pada November 2010. Untuk itu kami akan menjamin keselamatan fisik Gbagbo. Misi PBB di Pantai Gading ONUCI, bersama-sama pemerintah negara itu akan memutuskan rincian tentang mundurnya Gbagbo."

Namun Gbabgo tak mau didikte. Dalam wawancara telepon dengan stasiun televisi Perancis, presiden yang tak dakui oleh dunia internasional itu mengatakan, ia tak akan pernah menerima Ouattara sebagai pemenang pemilu. "Ouattara tidak memenangkan pemilu. Itu saja. Tapi apa yang dia lakukan? Ia bersekutu dengan militer asing. Bagaimana orang seperti itu bisa disebut sebagai pemenang yang sah? Orang yang dengan mengkudeta dengan cara ini untuk sampai pada kekuasaan?"

Menurut Gbagbo, adalah hal luar biasa, betapa masa depan sebuah negara dijadikan permainan poker di ibukota negara-negara asing. Tetapi dalam kenyataan, adalah dia yang sedang bermain poker. Baginya, ini tentang prasyarat terbaik paling mungkin untuk melepaskan kekuasaan.

Kini dapat disaksikan akibat dari kekerasan brutal yang terjadi beberapa hari terakhir di ibukota Abidjan. Banyak toko dijarah, listrik padam, air tak mengalir, mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan. Para pekerja medis di rumah sakit hampir tak bisa bekerja, kata seorang dokter di kawasan Treichville. "Kami menerima banyak sekali korban luka. Mereka ditumpuk di mobil bak terbuka dan dibawa ke sini. Kami tidak tahu bagaimana nantinya. Tidak ada obat-obatan, hampir semua tidak ada, bahkan cairan alkohol untuk membersihkan luka juga tidak ada. Dan banyak sekali yang tewas, kami tak bisa menghitung lagi."

Penderitaan warga Pantai Gading masih belum akan berlalu. Situasi keamanan masih sangat tegang. Satu juta penduduk terpaksa mengungsi. PBB menyebut kondisi kemanusiaan dramatis di penjuru negeri itu, yang produksi coklat dan kopinya pernah menjadikannya salah satu negara termakmur di Afrika Barat.

Alexander Göbel/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid