1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

181010 Afghanistan-Konferenz Rom

18 Oktober 2010

Senin (18/10) para pejabat tinggi beberapa negara berkumpul di Roma, Italia, untuk membicarakan masa depan Afghanistan. Untuk pertama kalinya, Iran juga turut serta dalam konferensi bagi Afghanistan ini.

https://p.dw.com/p/PghV
Gambar simbol tentara internasioanl di AfghanistanFoto: AP

Dalam konferensi internasional kelompok kontak Afghanistan di Roma, terutama tiga pertanyaan besar yang memainkan peranan utama: konsekuensi dari pemilu parlemen, reintegrasi dan rekonsiliasi Taliban serta yang paling penting, penyerahan tanggung jawab keamanan kepada pemerintah Afghanistan.

Konferensi bagi Afghanistan ini diikuti tokoh-tokoh penting, seperti utusan khusus Amerika Serikat Richard Holbrooke, Menteri Luar Negeri Afghanistan Zalmay Rassoul serta panglima pasukan AS di Afghanistan, Jenderal David Petraeus yang akan memaparkan situasi keamanan aktual di negara tersebut. Selain itu hadir pula sejumlah perwakilan negara-negara Islam, dan untuk pertama kalinya Iran juga ikut serta.

Utusan khusus pemerintah Jerman untuk Afghanistan dan Pakistan, Michael Steiner memaparkan, "47 negara dari lima benua, dari berbagai agama dan ideologi di sini punya satu tujuan, yakni menciptakan keamanan yang memadai di Afghanistan."

Pertemuan di Roma, Italia, ini antara lain juga merupakan persiapan untuk KTT NATO di Lissabon, Portugal. Michael Steiner menegaskan, akhirnya semua pihak harus melepaskan gambaran ideal dari tahun-tahun sebelumnya, yakni menciptakan negara Afganistan yang damai dan demokratis. Kini semua berusaha menemukan solusi kecil-kecilan namun realistis. Masyarakat internasional telah membuat kesalahan, dan hal itu sudah disadari oleh semua peserta konferensi, juga oleh AS.

Di Roma yang hendak dirundingkan terutama adalah, bagaimana caranya kedua sasaran terpenting dan bisa diwujudkan di Afghanistan tersebut dapat terlaksana. Utusan khusus pemerintah Jerman untuk Afghanistan, Michael Steiner menjelaskan, “Apa yang kita perlukan adalah sebuah Afghanistan yang cukup stabil serta penghormatan hak asasi. Karena kita tidak bisa meninggalkan Afghanistan dalam situasi abad pertengahan seperti saat di bawah kekuasaan Taliban. Inilah kedua sasaran tersebut. Hal itu akan sangat sulit dan diyakini, kini kami berada di bawah persyaratan yang disepakati oleh semua pihak.“

Steiner juga meyakini, sasaran ini juga akan diterima oleh negara-negara Islam. "Negara-negara Islam sepakat dengan kami, jika menyangkut penyiksaan dan larangan penyiksaan, mengenai anak perempuan yang harus sekolah, dan jika menyangkut hak-hak dasar. Kini perbedaan budaya tidak lagi menjadi masalah, jika kita hendak menciptakan sebuah negara yang stabil dan bermartabat."

Tema utama lain dalam pertemuan itu, juga boleh jadi langkah bertahap untuk pengambil alihan tanggung jawab keamanan oleh warga Afghanistan sendiri. Kapan hal ini akan dilaksanakan, akan diputuskan dalam KTT NATO di Lissabon akhir bulan November mendatang. Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini, sebagai tuan rumah konferensi Afghanistan, mengatakan, “Tidak akan ada pelarian dari Afghanistan, yang ada sebuah transisi, yang mana pengendalian keamanan kembali diserahkan ke tangan warga Afghanistan. Untuk itu NATO akan memutuskannya, dan tidak akan ada aksi sepihak negara anggota."

Proses pengalihan tanggung jawab direncanakan dimulai tahun 2011 dan jika memungkinan sudah tuntas tahun 2014. Demikian target konferensi Kabul dari bulan Juli lalu. Jika proses pengalihan tanggung jawab keamanan ini sukses, barulah dapat dipikirkan penarikan seluruh pasukan asing dari Afghanistan. Steiner juga menegaskan, bantuan pembangunan kembali sipil jangka panjang, justru harus tetap dilanjutkan.

Stefan Troendle/Asril Ridwan

Editor: Agus Setiawan