1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rupiah Melemah, Pemerintah Tenang

Hendra Pasuhuk10 Maret 2015

Sejak satu minggu, nilai tukar Rupiah terus melemah dan berkisar pada 13.000 per satu dolar AS. Inilah titik terendah selama hampir 17 tahun. Presiden Jokowi minta masyarakat tetap tenang.

https://p.dw.com/p/1Eo67
Foto: Reuters

Perusahaan jasa keuangan UBS memprediksi nilai rupiah akan terus melemah dan mencapai sekiar 13.250 per satu dolar AS pada akhir tahun ini. "Kami prediksi rupiah akan berada di level 13.250 per dolar AS pada akhir 2015", kata Joshua Tanja, direktur riset UBS Indonesia dalam sebuah acara di Jakarta, Selasa (10/03). "Kemungkinan Bank Indonesia juga akan memangkas suku bunga hingga 7 persen akhir tahun ini," lanjutnya.

Direktur Investasi UBS Agung Prabowo memperkirakan, lemahnya nilai tukar Rupiah tidak akan menggangu investasi, jika pemerintahan Jokowi tetap melanjutkan program pembangunan infrastrukturnya. "Kita sejak tahun 1995 mengalami dua kali krisis yaitu di tahun 1998 dan 2009, tapi masih tetap bertahan. Artinya, di sini ada landasan hukum yang kita percaya, walaupun memang banyak yang harus dibenahi," ujarnya.

Investor masih melirik Indonesia

Menurut Joshua Tanja, para investor global tetap masih tertarik melakukan investasi di Indonesia. Ini terlihat dari banyaknya investor asing yang masih giat di pasar modal, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menembus rekor tertinggi.

Para ahli keuangan UBS menerangkan, kemudahan izin investasi di dalam negeri akan menjadi sentimen positif bagi investor sehingga mau menanamkan modalnya di dalam negeri. Joshua Tanja mengakui, kisruh politik memang menjadi perhatian para investor juga. "Itu tetap menjadi perhatian investor, mereka banyak yang bertanya, tapi bisa kita lihat, minat investor di pasar saham, IHSG tembus level tertinggi," katanya.

Tak separah krismon 1998

Pemerintahan Presiden Jokowi menilai, melemahnya nilai tukar rupiah beberapa waktu terakhir masih terkendali. Pemerintah juga sudah punya resep menghadapi semuanya.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menerangkan, penyebab pelemahan nilai tukar rupiah adalah defisit transaksi berjalan. Itu sebabnya, pemerintah akan memutuskan paket kebijakan untuk memperbaiki defisit anggaran.

Langkah yang akan diambil antara lain pengenaan bea masuk baru untuk produk-produk impor yang terindikasi mengalami dumping, yaitu bantuan khusus dari pemerintahnya agar produk bisa bersaing di pasaran. Produk mana saja yang menerima dumping, akan diinvestigasi oleh tim khusus.

Langkah lainnya adalah memberi insentif bagi perusahaan Indonesia berupa keringanan pajak, jika minimal 30 persennya produknya ditujukan untuk pasar ekspor. Langkah ini diharapkan bisa meningkatkan kinerja ekspor dan mempengaruhi neraca perdagangan serta transaksi berjalan ke arah yang positif.

Presiden Jokowi hari Senin menyatakan, meski nilai tukar rupiah melemah, ekonomi Indonesia ada dalam posisi yang baik. Apalagi, penguatan dolar kali ini tidak sehebat lonjakan-lonjakan pada masa krisis moneter 1998.

hp/vlz (rtr,afp)