1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rusia: Terdidik, Tapi Tuna Karya

Jegor Winogradow4 Maret 2013

Muda-mudi Rusia yang berpendidikan tinggi banyak yang tidak bekerja dalam bidangnya. Bagaimana jalan keluarnya?

https://p.dw.com/p/17pfZ
Foto: picture-alliance/dpa

Sekitar 30 persen lulusan sekolah tinggi Rusia berusia dibawah 25 tahun tidak memiliki pekerjaan tetap. Enam puluh lima hingga 70 persen dari lulusan muda itu langsung mendapatkan pekerjaan, dan selebihnya setelah lima atau enam bulan. Namun ini tak berarti bahwa pekerjaannya terjamin oleh hukum perburuhan. Dua puluh lima persen karyawan muda di Rusia tidak memiliki kontrak kerja.

Seringkali satu pekerjaan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhn hidup. Karenanya, tak heran bahwa sekitar 50 persen akademisi muda yang bekerja di badan usaha negara memiliki beberapa pekerjaan sambilan. Inilah yang ditemukan Sekolah Tinggi Ekonomi di Moskow.

Russland verbietet Rauchen in öffentlichen Gebäuden
Foto: DW/E. Winogradow

Pengangguran Terselubung

Banyak lulusan sekolah tinggi Rusia yang menghadapi pengangguran terselubung. Insinyur yang bekerja sebagai buruh atau ilmuwan yang bekerja di toko. Seringkali para pekerja memiliki kualifikasi berlebih untuk pekerjaan yang dilakukannya.

Begitu pula Jelena Kusnezowa dari Kemerowo. Ia mengakhiri studinya di bidang pendidikan pada tahun 2009 dan mendapatkan pekerjaan di sebuah taman kanak-kanak. Namun Jelena dipecat sembilan bulan kemudian. Pekerjaannya diambil alih oleh seorang rekanan pemimpin taman kanak-kanak itu. Sekarang sebagai mata pencaharian, sarjana pendidikan itu menuangkan bir bagi para pengunjung di sebuah bar.

Ia memang tetap bekerja, tapi bukan di bidangnya. Dampaknya buruk, karena pengetahuan yang diraihnya lambat laun menjadi kadaluwarsa, dan baginya akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan dalam bidang studinya.

Russland verbietet Rauchen in öffentlichen Gebäuden
Foto: DW/E. Winogradow

Untung-Rugi Pekerja Lepas

Bagi tenaga ahli muda di Rusia lebih mudah mendapatkan pekerjaan di bidangnya sebagai pekerja lepas. Mereka bisa menambah pengalaman kerja dan tidak kehilangan kemampuan dalam bidangnya. Saat ini sekitar 20% lulusan sekolah tinggi di Rusia menjadi pekerja lepas, terutama di bidang jurnalistik, tehnologi informatik, disainer dan penerjemahan. Menurut badan statistik Rusia, pekerja lepas mengisi 35% pasar kerja di sektor informatika.

Namun sebagai pekerja lepas, para anak muda Rusia ini tidak memiliki jaminan kerja. Justru sebaliknya: mereka setiap saat terancam pemecatan. Seringnya mereka hanya memiliki perjanjian lisan dan karenanya tidak mendapatkan jaminan sosial. Lebih dari itu, seringkali mereka ditipu oleh majikannya. Situs „Freelance.ru“ melaporkan, sekitar 18% kontrak penugasan yang diserahkan kepada pekerja lepas tidak dibayar penuh atau sama sekali tidak dibayarkan honornya.

Tuntutan Kepada Pemerintah

Russland neue Regierung in Moskau Kabinett Präsident Wladimir Putin
Kabinet Presiden PutinFoto: dapd

Para pakar Rusia meyakini bahwa pemerintah Rusia harus aktif mengatasi tingkat pengangguran di negaranya. Anna Otschkina dari lembaga independen, Institut Globalisasi dan Gerakan Sosial menyebut tiga prasyarat untuk membuka peluang bagi para akademisi muda itu: Pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi dan dukungan pemerintah. Di Rusia ketiga hal itu tidak ada, ungkap Otschkina. "Bukannya membantu para anak muda ini, para pemimpin negara menghancurkan sistem pendidikan ini“, tukas ahli politik ini.

Juga Tatjana Tschetwernina dari Sekolah Tinggi Ekonomi menilai bahwa pemerintah Rusia wajib memberikan para lulusan ini peluang untuk menambah pengalaman kerja di bidang studinya. Lebih jauh: selama masa pendidikan para anak muda Rusia seharusnya bisa mendapatkan pengalaman kerja. Ini nantinya menambah peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut dia, akan amat positif bila pemerintah dapat juga mendukung dibukanya peluang praktikum.