1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Salah Satu Cita-cita Favorit 'Anak Zaman Now': YouTuber

24 Maret 2018

YouTuber tak lagi sekadar hobi. Profesi ini menjaring jutaan pelanggan dan menjanjikan uang bernilai miliaran rupiah. Jualannya: ide-ide terkini dan interaksi yang intim! Simak opini Uly Siregar berikut ini.

https://p.dw.com/p/2u5X4
Videoday 2017 Youtube
Foto: DW/A.Lamesch

Coba tanyakan pada anak-anak, apa cita-cita mereka? Kalau dulu jawaban berkisar antara menjadi dokter, guru, presiden, dan ilmuwan, kini tak jarang anak-anak menjawab pertanyaan tentang cita-cita mereka dengan lantang dan yakin: mau jadi YouTuber! Orang tua pun tak lagi resah dengan cita-cita yang kedengarannya mengada-ada itu. Dalam banyak kasus, YouTuber yang memiliki follower ratusan ribu hingga jutaan bisa memiliki penghasilan lebih besar daripada profesi tradisional seperti disebutkan di atas.

Bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia
Penulis : Uly SiregarFoto: Uly Siregar

Lihat saja PewDiePie. Sebagai YouTuber dengan pelanggan (subscriber) di atas 60 juta, ia menjadi salah satu tokoh berpengaruh versi majalah Time. Padahal konten yang ia bahas dalam video-videonya bukan soal penting yang menyangkut harkat manusia. YouTuber asal Swedia yang lahir dengan nama Felix Arvid Ulf Kjellberg ini membahas soal review video game. Tahun 2016 ia sempat menuai kritikan keras karena celotehannya yang bernuansa antisemitisme, tapi tetap tak menggoyahkan statusnya sebagai YouTuber paling berpengaruh, mengalahkan penyanyi tenar Rihanna, Justin Bieber, bahkan Taylor Swift.  

Menjadi selebritas YouTube memang bukan lagi hanya sekadar hobi

Ia sudah menjadi sebuah profesi baru yang menjanjikan. Listia Magdalena atau sering dipanggil Papao, salah satu YouTuber dan penggagas saluran LASTDAY Production (LDP), seperti dikutip Antaranews, mengaku dalam sebulan bisa mendapatkan puluhan juta rupiah. Tahun 2017, seperti dikutip Detik, LDP diperkirakan menghasilkan Rp 343 juta hingga Rp 5,4 miliar per tahun. LDP sendiri mulai bergabung di YouTube sejak Maret 2004 namun baru mulai serius memproduksi video yang tayang di YouTube pada tahun 2013. Video yang rata-rata berdurasi 5-7 menit membutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk urusan syuting dan bisa melibatkan puluhan awak kerja. Upaya mereka tak sia-sia, kini LDP Production memiliki lebih dari satu juta pelanggan.

Kunci dari kesuksesan YouTuber adalah mengetahui apa yang sedang tren, dan peka mengelola topik yang ‘in the now'. Topik yang digandrungi pun sangat beragam, tak melulu berkaitan dengan yang indah-indah seperti video musik, film, jurnal perjalanan. Karina Garcia, misalnya, fokus menampilkan video-video slime—mainan berbahan dasar lem yang mulai populer sejak tahun 2015. YouTuber yang berasal dari California, Amerika Serikat ini secara rutin membagi berbagai video tutorial tentang pembuatan slime. Begitu populernya Karina, sejak membuka akun YouTube tahun 2012, kini ia telah memiliki lebih dari 7 juta pelanggan. Sukses pun mengikutinya. Selain berprofesi sebagai YouTuber, ia juga mengantongi kontrak penulisan buku yang berisi resep-resep pembuatan slime. Dengan keberhasilannya, ia dikabarkan mampu membeli rumah megah di kawasan mahal di California.

Baca juga:

Anak di Jerman Lebih Suka Buku Daripada YouTube

Uang yang didapat oleh Karina tentu bukan dari hasil jualan resep slime atau berjualan slime ke pelanggan yang jumlahnya jutaan. YouTuber menghasilkan uang dari kontrak dengan sponsor dan pengiklan. Bagi Karina, nama besar seperti Coca-Cola dan Disney yang mengontrak dia mengalirkan uang ke pundi-pundinya. Hanya dalam waktu tujuh bulan sejak mulai membuat video slime ia telah menghasilkan uang. Kini dalam sebulan ia bisa menghasilkan uang lebih dari Rp 1 miliar! Dengan penghasilan sebesar itu, perempuan yang belum menginjak usia seperempat abad ini menjadi penyokong finansial dalam keluarga. Selain membantu saudara-saudara kandungnya ia juga sukses membuat kedua orangtuanya menjalani pensiun dini.

Jumlah pelanggan YouTuber ternyata tak melulu menjadi penentu banyaknya uang yang mengalir. Menurut rangkuman SocialBlade yang dirilis situs Detik, meskipun Raditya Dika berhasil mengumpulkan pelanggan terbanyak yakni lebih dari 3 juta, ia diperkirakan "hanya” menangguk penghasilan sebesar Rp 660 juta – Rp 10,5 miliar per tahun. Bandingkan dengan Gen Halilintar yang memiliki pelanggan kurang dari 2,5 juta tapi diperkirakan menghasilkan Rp 1,2 miliar – Rp 20 miliar per tahun. 

Sayangnya di bidang politik belum banyak politisi Indonesia yang cemerlang sebagai YouTuber. Tak seperti bermunculannya selebritas Twitter yang juga sering berprofesi sebagai buzzer, tampaknya YouTuber top Indonesia masih memilih berkutat dengan materi yang sifatnya menghibur. Dari 10 YouTuber paling populer di Indonesia yang dirilis TechinAsia, tak ada satu pun yang khusus mendedikasikan diri pada dunia politik. Namun belakangan para YouTuber papan atas Indonesia mulai menyisipkan materi yang menyinggung soal politik. Bayu Skak yang memiliki pelanggan lebih dari 1,5 juta membahas soal politik dalam bentuk komedi atau sketsa. Demikian pula SkinnyIndonesian24 yang digawangi Da Lopez bersaudara membungkus soal politik dalam Epic Rap Battle.

Presiden Indonesia, Joko Widodo, termasuk pengguna saluran YouTube yang cukup populer dengan sekitar 490 ribu pelanggan. Namun materi yang diproduksi lebih pada kegiatannya sebagai presiden, bukan materi politik yang rentan mengundang debat. Yang mungkin paling menonjol dengan materi politik adalah saluran Mata Najwa yang mengantongi sekitar 360 ribu pelanggan.

Baca juga:

Kominfo Blokir Tumblr Karena Alasan Pornografi, Warganet Kecewa

Memperjuangkan Kebebasan Berpendapat

Garap konten politik

Di Amerika Serikat, cukup banyak YouTuber yang menjadi populer dalam menggarap konten politik. Sayangnya, jumlah pelanggan mereka tetap masih jauh dibandingkan dengan YouTuber yang fokus pada konten yang bersifat menghibur. Pakar politik beraliran konservatif, Ben Shapiro, misalnya sudah termasuk dalam jajaran YouTuber dengan konten politik yang cukup ngetop, dengan pelanggan berjumlah sekitar 123 ribu.

Ada juga Alex Jones, pencetus berbagai teori konspirasi dan pendiri Infowars yang baru-baru ini mengklaim bahwa YouTube mengancam akan menghapus semua videonya yang berjumlah 33 ribu. YouTuber dengan pelanggan nyaris mencapai 2,3 juta ini memang dilaporkan bermasalah dengan konten video-videonya. Yang terkini video yang menampilkan teori konspirasi tentang penembakan yang terjadi pada 14 Februari lalu di SMA Marjory Stoneman Douglas di Parkland, Florida yang menewaskan 17 orang. Menurut teori Alex Jones, salah seorang murid sekolah yang selamat dari insiden, David Hogg, adalah aktor yang dibayar khusus untuk menggalakkan agenda anti senjata api. Akibatnya, saluran Alex Jones sempat tak bisa memasok video baru selama dua pekan.

YouTube memiliki aturan yang cukup ketat bagi penggunanya. Ia melarang materi yang bersifat predator, stalking, ancaman, pelecehan, perisakan (bullying), atau intimidasi. Mungkin ini juga menjadi penyebab materi hiburan lebih banyak digarap oleh YouTuber. Konten politik lebih berisiko bersinggungan dengan aturan ketat YouTube dibandingkan dengan urusan slime, misalnya.

Yang pasti, apapun materi yang dipilih selebritas YouTuber, pengaruh mereka tak bisa disangkal. Anak-anak, remaja, dan angkatan muda menyukai interaksi dengan YouTuber yang digambarkan "dekat dengan realitas” tak seperti selebritas tradisional yang citranya dikendalikan oleh tim marketing dan public relations. Selain itu, YouTuber juga dianggap lebih rileks, tidak jaim, dan gampang bercanda. Seperti kata PewDiePie "Yang membuat YouTube sangat sukses adalah penonton bisa lebih nyambung dengan orang yang Anda lihat, jauh dibandingkan dengan orang-orang di televisi.”

Selamat datang di dunia YouTuber, dunia yang mengedepankan ide-ide terkini, dan interaksi intim antara pengunggah video dan penikmatnya.

Penulis: Uly Siregar (ap/ml)

Bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia.

@sheknowshoney

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.