1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Salah Tangkap Bawa Kurnaz ke Guantanamo

18 Oktober 2006

Empat setengah tahun warga Jerman asal Turki, Murat Kurnaz disangka sebagai pejuang Taliban dan selama itu pula ia harus mendekam di penjara Amerika Serikat Guantanamo di Kuba.

https://p.dw.com/p/CPBM
Kurnaz, korban salah tangkap

Senin (16/10) malam lalu, untuk pertama kalinya kepada media Kurnaz menceritakan masa-masa di Guantanamo yang tanpa hentinya dilewati dengan penganiayaan, pemukulan, penyekapan dan interogasi keras. Selain itu ia kembali mengulang tuduhan terhadap dua tentara Jerman yang menganiaya dirinya.

"Secara fisik saya sudah hampir melewati batas kemampuan saya. Saya hampir mati. Dulu saya tidak bisa membayangkan bahwa saya akan bertahan hidup. Saya yakin saya bisa mati setiap saat.“

Murat Kurnaz, warga Turki yang lahir dan menetap di kota Bremen, Jerman, untuk pertama kalinya berbicara kepada siaran televisi Jerman, ARD. Penampilannya jauh berbeda dengan foto dirinya lima tahun yang lalu. Kurnaz yang dulu klimis kini memelihara jenggot lebat dan rambut yang panjang. Ia berbicara dengan pelan dan seperti sulit menemukan kata-kata yang ingin ia ucapkan.

Penderitaan berada di penjara selama lebih dari empat tahun terlihat dengan jelas di tatapan matanya ynag kadang terkesan kosong. Namun di balik ketenangannya itu, Kurnaz menekankan tuduhannya bahwa dua orang tentara Jerman yang tergabung dalam kesatuan khusus telah menyiksanya. Sebelum dipindahkan ke penjara Amerika Serikat di Guantanamo, Kurnaz ditahan di pangkalan militer Amerika Serikat di Kandahar Afganistan. Di sana lah Kurnaz bertemu dengan kedua tentara tersebut. Mereka memukul dan menginjaknya.

"Mereka tidak menginterogasi saya. Mereka sepertinya hanya ingin bersenang-senang. Saya disiksa oleh kedua tentara Jerman itu. Seperti juga halnya dengan tentara Amerika di pangkalan militer Amerika Serikat. Disana tidak ada aturan ynag berlaku. Hanya ada beberapa tentara ynag menyalahgunakan hal tersebut. Saya rasa, mereka senang melakukannya.“

Kemudian Kurnaz dipindahkan ke Guantanmo. Ia terkejut saat melihat di sana ruang penjara hanya berbentuk seperti kandang dengan jeruji kawat. Tidak ada kamar mandi atau pun wastafel untuk membasuh diri. Penyiksaan terhadap dirinya pun terus berlanjut. Apa yang membuat Kurnaz mampu bertahan?

"Mental saya masih dapat mengatasinya. Tapi tubuh saya sudah mulai melemah. Seperti ynag saya bilang sebelumnya, saya tidak mengira saya bisa bertahan. Saya pikir saya mati di kandnag ini dan tidak ada orang ynag tahu apa ynag terjadi pada diri saya dan apa yang telah saya lewati.“

Tahun 2004 di Guantanamo, Kurnaz mengatakan bahwa ia kembali dikunjungi seorang petugas dari Jerman. Namun, ini dibantah oleh Badan Intelijen Jerman . Menurut Kurnaz, petugas itu membawa banyak foto rekan-rekan kerjanya di Bremen, orang-orang yang ia kenal dari mesjid dan teman-teman sekolahnya dulu. Dan Kurnaz diminta untuk memberi keterangan mengenai orang yang terdapat dalam foto-foto tersebut. Kurnaz merasa petugas tersebut tidak menganggap kasusnya sebagai hal ynag serius.

"Orang itu sepertinya yakin bahwa keadaan saya baik-baik saja. Ia mengatakan bahwa saya berada di kepulauan Karibik dan saya seharusnya merasa santai. Saya kemudian yakin bahwa ia hanya ingin menertawakan saya saja.“

Kini setelah lebih dari empat tahun menjadi tahanan yang salah tangkap, Murat Kurnaz kembali berada di Jerman. Ia kembali berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya. Kurnaz menyadari, kehidupan barunya kini tidak akan mudah. Tetapi ini tidka berarti, ia tidak memiliki rencana-rencana yang ingin ia wujudkan.

"Rencana saya selanjutnya? Saya ingin kembali menjalani hidup saya yang dulu saya miliki. Kehidupan ynag normal. Saya ingin kembali bekerja dan saya ingin menikah. Saya sekarang sudah 24 tahun, saya ingin membangun sebuah keluarga.“