1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Salju Lebat Lumpuhkan Transportasi di Eropa

24 Desember 2010

Salju dan es tebal melumpuhkan lalu lintas udara dan darat di Eropa. Ribuan orang terlantar di beberapa bandar udara di sejumlah negara karena banyak penerbangan yang dibatalkan.

https://p.dw.com/p/zpMu
Calon penumpang yang terlantar di bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis, Jumat (24/12).
Calon penumpang yang terlantar di bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis, Jumat (24/12).Foto: AP

Ribuan calon penumpang terdampar di bandar udara utama kota Paris, Charles de Gaulle, hari Jumat (24/12). Sekitar 500 dari 1200 penerbangan yang dijadwalkan terpaksa batal berangkat karena bandara kekurangan cairan peleleh es Glycol. Hujan salju lebat dan lapisan es yang menyelimuti landasan mengakibatkan pesawat terbang tidak bisa tinggal landas atau pun mendarat. Sebelumnya para pekerja pabrik produsen Glycol mengadakan aksi mogok menjelang hari raya Natal.

Kepada pemancar radio Perancis, Inter, Menteri Transportasi Thierry Mariani mengatakan bahwa tidak terjadi kekacauan pada jadwal kereta api mau pun lalu lintas darat. Namun diakui oleh Mariani bahwa masalah utamanya adalah kekurangan cairan peleleh es di bandara.

Selain itu, sekitar 2000 calon penumpang di terminal 2E bandara Charles de Gaulle terpaksa diungsikan ke terminal lain. Sebabnya, atap terminal dikhawatirkan runtuh karena tidak kuat menahan salju setebal 60 cm yang menyelimuti atap tersebut. Pada tahun 2004, atap yang sama pernah runtuh dan mengakibatkan empat orang meninggal dunia.

Kegiatan penerbangan bandar udara Dublin, Irlandia, dan Brussel, Belgia juga sempat terhenti beberapa jam karena hujan salju lebat dan es yang menyelimuti landasan. Sejumlah penumpang dilaporkan terpaksa menginap di bandar udara Brussel.

Transportasi Darat Eropa Lumpuh Sebagian

Sementara itu di Jerman, transportasi kereta api dan lalu lintas darat lumpuh sebagian akibat hujan salju lebat dan es yang menyelimuti jalanan serta rel. Selain itu sejumlah kereta api terpaksa dihentikan atau pun batal berangkat karena remnya tidak berfungsi baik akibat diliputi es. Sejumlah pohon yang tumbang menghalangi juga menjadi penyebab lumpuhnya sejumlah jalur kereta api di Jerman.

Salju tebal menyelimuti jalanan dekat Atomium di Brussel, Belgia, Kamis (24/12).
Salju tebal menyelimuti jalanan dekat Atomium di Brussel, Belgia, Jumat (24/12).Foto: AP

Sekitar 700 penumpang sebuah kereta api ekspres ICE jurusan Berlin- Hannover, Kamis malam (23/12), terpaksa menginap di gerbong. Perjalanan mereka ke Hannover tertunda beberapa jam akibat jalur perkabelan pada jaringan rel diselimuti es. Jurusan Berlin-Hannover merupakan salah satu rute kereta api tersibuk di Jerman.

Es tebal juga mengakibatkan jalan raya di Jerman licin seperti kaca. Setelah hujan salju lebat berkepanjangan dan suhu udara di bawah nol derajat Celsius, suhu udara yang sempat naik dalam waktu 24 jam menyebabkan hujan. Air curahan hujan tersebut ketika jatuh ke tanah langsung menjadi es karena suhu permukaan tanah sangat dingin. Hal itu melumpuhkan sebagian lalu lintas darat di Jerman, terutama di negara bagian Nordrhein Westfalen, wilayah barat negara tersebut. Hujan salju lebat juga melumpuhkan transportasi darat di Swedia.

Transportasi Laut Denmark Terhenti dan Banjir di Venezia

Dari Pulau Bornholm di Denmark dilaporkan bahwa pemerintah setempat menghentikan upaya mereka membersihkan jalanan yang tertutup longsoran salju. Tiga orang dilaporkan hilang dan polisi mengeluarkan peringatan agar warga tetap tinggal di rumah karena cuaca buruk. Ratusan wisatawan di Pulau Bornholm dilaporkan harus menginap di feri, barak militer dan stadion olahraga dan banyak dari mereka yang tidak bisa kembali ke daratan Denmark sampai hari Natal.

Hujan lebat yang turun berkepanjangan di wilayah utara Italia menyebabkan banjir. Permukaan air laguna dan sungai di Venezia juga naik, mengakibatkan banjir di kota Vicenza, wilayah barat Venezia. Dilaporkan, warga diungsikan karena naiknya permukaan air sungai.

Luky Setyarini/dpa/afp

Editor: Dyan Kostermans