1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sarkozy: Burqa Tidak Diterima di Perancis

23 Juni 2009

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengeluarkan pernyataan larangan pemakaian burka atau pakaian yang menutupi sekujur tubuh termasuk mata yang biasanya dikenakan sebagian perempuan muslim di Perancis.

https://p.dw.com/p/IXJv
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy (kiri) dan ketua parlemen Bernard Accoyer di Istana Versailles, Senin (22/06).
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy (kiri) dan ketua parlemen Bernard Accoyer di Istana Versailles, Senin (22/06).Foto: AP

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menyatakan bahwa burqa yang dikenakan perempuan muslim, merupakan pertanda penindasan dan merendahkan martabat perempuan. Burqa atau kain panjang sebagai pakaian yang menutupi sekujur tubuh termasuk mata, tidak diterima di Perancis, demikian diungkapkan Sarkozy dalam pidatonya di depan parlemen di Paris.

Sarkozy juga menyatakan dukungan kepada komisi parlemen untuk mengesahkan undang-undang pelarangan pemakaian burqa di tempat umum. Menurut Sarkozy, pelarangan ini merupakan metode yang paling tepat.

"Kita tak akan pernah menerima bahwa di tanah air kita, perempuan terpenjara di balik pakaian. Mengingkarinya dari seluruh kehidupan kemasyarakatan. Mengingkari seluruh aspek identitasnya. Burqa tidak akan pernah diterima oleh Republik Prancis karena merendahkan martabat perempuan,“ kata Sarkozy.

Sarkozy menambahkan, burqa bukanlah masalah agama, melainkan masalah kebebasan dan harga diri perempuan. Sarkozy juga menekankan bahwa Perancis tidak harus melakukan peperangan yang salah dan mengatakan bahwa Islam harus tetap dihormati seperti agama lain.

Menteri Keimigrasian Perancis Eric Besson mengatakan bahwa larangan penuh terhadap pemakaian burqa hanya akan memicu ketegangan. Sementara Menteri Muda urusan Hak Azasi Manusia Rama Yade mengatakan bahwa dia hanya akan menerima larangan itu jika bertujuan melindungi perempuan agar tidak dipaksa mengenakan burqa.

Ketua Dewan Muslim Perancis Mohammed Moussaoui mengatakan kepada stasiun penyiaran Inggris BBC, bahwa mengangkat tema seperti larangan penggunaan burqa oleh komisi parlemen merupakan proses stigmatisasi Islam dan umat muslim di Perancis. Sarkozy menangkis kritik yang dilontarkan, bahwa hanya sedikit pihak yang merasa dirugikan dengan adanya larangan ini.

Perempuan mengenakan burqa.
Perempuan mengenakan burqa.Foto: picture-alliance/dpa

Dengan pidatonya, Sarkozy secara tidak langsung menempatkan diri berseberangan dengan Presiden AS Barack Obama. Tiga pekan lalu, Obama memberikan pidato di Kairo. Salah satu topik yang diangkat adalah toleransi terhadap pakaian perempuan muslim. Obama mengingatkan agar tidak menghalangi kegiatan ibadat umat muslim, termasuk mengatur pakaian yang digunakan perempuan.

Sejak pekan lalu, terdapat perdebatan sengit seputar pemakaian niqab (kerudung panjang yang menutupi seluruh tubuh dan menyisakan lubang pada mata) dan burqa (seluruh tubuh ditutupi kain panjang, termasuk mata yang ditutupi kain jaring).

Sekelompok anggota parlemen mengajukan usulan untuk menyebarkan jajak pendapat apakah perempuan yang mengenakan burka itu merendahkan sekularisme Perancis. Sejumlah anggota legislatif juga meminta diadakannya penelitian apakah perempuan yang mengenakan burka dan niqab melakukannya dengan sukarela atau dipaksa.

Pemisahan antara negara dengan agama atau sekularisme di Perancis merupakan bagian dari konstitusi. Sejak tahun 2004 diberlakukan undang-undang larangan terhadap siswa untuk tidak mengenakan atribut agama di sekolah. Keputusan itu memicu perdebatan di seluruh Perancis dan luar negeri.

LS/DGL/ap/dpa