1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satu Anggota Pussy Riot Bebas Bersyarat

Markian Ostaptschuk11 Oktober 2012

Pengadilan banding Rusia mengukuhkan hukuman penjara bagi dua anggota band Pussy Riot. Sementara seorang anggotanya bebas dengan jaminan. Pengamat menilainya sebagai 'lelucon'.

https://p.dw.com/p/16Nkg
Foto: picture-alliance/dpa

Seorang anggota band Pussy Riot secara mengejutkan dibebaskan. Pengadilan banding di Moskow, Rabu (10/10) mengubah vonis Yekaterina Samutzevic dengan bebas bersyarat. Alasan yang diajukan pengadilan adalah, Samutzevic sudah diusir dari katedral di Moskau sebelum sempat terlibat dalam aksi protes. Namun, hukuman penjara bagi kedua perempuan lainnya, Maria Alyokhina, 24, dan Nadezhda Tolokonnikova, 22 tidak diubah.

Ketiga musisi ini melakukan aksi protes terhadap Vladimir Putin dengan "doa Punk" Februari lalu di gereja ortodoks Rusia di Moskau. Saat itu Putin masih berstatus Perdana Menteri dan mencalonkan diri sebagai kadidat presiden. Pussy Riot juga memprotes hubungan antara negara dan gereja di Rusia. Bulan Agustus, para anggota band dijatuhi hukuman penjara dua tahun karena dianggap melakukan "tindakan merusak dan menunjukkan kebencian terhadap agama".

Pussy Riot Kirche Flashmob Punk Russland Moskau
Aksi protes Pussy Riot di gerejaFoto: picture-alliance/dpa

Kremlin jatuhkan vonis politis

Pejuang HAM Rusia, Soya Svetova menganggap keputusan pengadilan tersebut sebagai "hal sangat aneh". Ia kerap mengunjungi para anggota Pussy Riot di tahanan. "Pengacara baru Samutzevic dikatakan bisa membuktikan bahwa kliennya tidak terlibat dalam aksi tersebut", ujat Svetova. Padahal dalam proses sebelumnya sudah diungkap, bahwa Samutzevic bahkan tidak berhasil mengeluarkan gitarnya.

Svetova menambahkan, Alyokhina dan Tolokonnikova juga berpidato anti Putin saat pengdilan naik banding berlangsung. Samutzevic tidak melakukannya. "Mungkin ini turut berperan dalam perubahan hukuman", ujar Svetova. Ia menegaskan, di Rusia dalam kasus politik, bukan pengadilan yang menjatuhkan hukuman, melainkan pemerintah yang berkuasa.

Perjuangan untuk bebas berlanjut

Dua anggota parlemen Jerman Marieluise Beck dan Volker Beck merasa lega atas pembebasan Samutzevic, namun keputusan bagi dua anggota Pussy Riot lainnya mereka anggap sebagai brutal. Marieluise Beck adalah juru bicara masalah politik Eropa Timur dan Volker Beck adalah juru bicara masalah politik HAM.

Mereka menegaskan, proses terhadap Pussy Riot kembali membuktikan bahwa hukum di Rusia adalah bala bantuan bagi Kremlin. Apalagi baru beberapa hari yang lalu, Putin membela vonis hukuman berat bagi para aktivis tersebut. Kedua politisi Jerman ini menganggapnya sebagai "keputusan yang tidak manusiawi" dan kebebasan mereka harus terus diperjuangkan.

Anti Putin Proteste Moskau Russland
Protes anti Putin di MoskowFoto: Kirill Kudryavtsev/AFP/GettyImages

Anggota Parlemen Eropa Werner Schulz mengkritik, bahwa Alyokhina dan Tolokonnikova harus ditahan untuk "memperbaiki diri", padahal mereka telah berulang kali meminta maaf kepada jemaah gereja dan menegaskan bahwa aksi protes ditujukan bagi hubungan "tidak suci" antara gereja dan Kremlin. "Harapan akan pembebasan hanya bisa dilakukan lewat protes internasional atas keputusan ini. Dan terakhir adalah pengadilan Eropa bagi HAM", ujar Schulz. Ia menganggap pengadilan naik banding di Moskow sebagai "lelucon belaka".