1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sebuah Petunjuk dari Kata-Kata Terakhir

17 Maret 2014

Ketika seseorang dari kokpit mengucapkan kata terakhir dari pesawat Malaysia yang hilang, salah satu sistem komunikasi pada Boeing 777 itu telah dimatikan, menambah kecurigaan tentang keterlibatan salah satu pilot.

https://p.dw.com/p/1BQmU
Foto: picture-alliance/dpa

Para penyelidik juga memeriksa simulator penerbangan yang disita dari rumah salah satu pilot dan menggali latar belakang seluruh 239 penumpang yang ada di atas pesawat, serta para awak yang bertugas melayani pesawat di darat.

Pihak berwenang mengatakan seseorang di dalam pesawat menonaktifkan salah satu sistem komunikasi – Aircraft and Communications Addressing and Reporting System, atau ACARS – sekitar 40 menit setelah lepas landas. Peralatan ACARS berfungsi mengirimkan informasi tentang mesin jet serta data lain kepada maskapai penerbangan.

Sengaja dimatikan?

Sekitar 14 menit kemudian, transponder yang berfungsi mengidentifikasi pesawat ke sistem radar komersial juga dimatikan. Fakta bahwa kedua sistem itu dinonaktifkan secara terpisah memberi bukti kuat bahwa pesawat itu “menghilang“ secara disengaja.

Hari Minggu, Menteri Transportasi Malaysia Hishammuddin Hussein dalam konferensi pers mengatakan bahwa kata-kata terakhir dan meyakinkan dari kokpit -- “Baiklah, selamat malam“ – disampaikan kepada menara pengawas udara, setelah sistem ACARS dimatikan. Siapapun yang mengucapkannya tidak menyebutkan adanya masalah dalam pesawat.

Mayor Jenderal Affendi Buang kepada para wartawan mengatakan ia tidak tahu apakah yang mengucapkan kata-kata terakhir kepada menara pengawas udara itu adalah pilot atau co-pilot.

Dari Amerika Serikat, Dan Pfeiffer, penasihat senior Presiden Barack Obama, mengatakan kepada NBC bahwa FBI mendukung dugaan motif tindak kejahatan dalam kasus ini.

Ketua parlemen AS bidang keamanan dalam negeri Peter King, mengatakan kepada jaringan TV ABC bahwa sejauh ini ”tidak ada indikasi tindakan teroris”.

Para penyidik kini mencoba menjawab pertanyaan: Jika kedua pilot terlibat atas penghilangan pesawat, apakah mereka bekerjasama atau bertindak secara terpisah, atau bekerjasama dengan satu atau lebih penumpang atau kru lain? Apakah mereka terbang dibawah paksaan atau kehendak mereka sendiri? Apakah satu atau lebih penumpang berhasil masuk ke kokpit atau menggunakan ancaman kekerasan agar bisa masuk dan kemudian merebut pesawat? Dan apa kemungkinan motif untuk mengalihkan pesawat?

Kepala kepolisian Malaysia, Khalid Abu Bakar, mengatakan ia telah meminta seluruh negara yang warganya ada di dalam pesawat untuk menyelidiki latar belakang mereka – diduga untuk mencari seseorang yang memiliki kaitan dengan terorisme, keahlian di bidang penerbangan atau mempunyai kontak sebelumnya dengan para pilot. Ia mengatakan badan intelijen sejumlah negara telah melakukannya dan sejauh ini tidak ada hasil yang mencurigakan, tapi ia mengatakan Malaysia masih menunggu respon dari sejumlah negara lain yang belum menyampaikan laporan.

Penggeledahan rumah pilot

Polisi menggeledah rumah kedua pilot, untuk pertama kalinya sejak pesawat dengan nomor penerbangan MH370 itu menghilang, kata pemerintah. Ketika ditanya kenapa begitu lama baru mereka melakukannya, Khalid mengatakan pihak berwenang ”tidak melihat pentingnya melakukan itu pada tahap awal.”

Polisi menyita sebuah simulator penerbangan yang dipasang di rumah salah seorang pilot, Zaharie Ahmad Shah, untuk diselidiki lebih lanjut.

Zaharie, 53, yang mempunyai tiga anak yang sudah dewasa dan satu cucu, sebelumnya mengirimkan foto-foto di internet dari simulator, yang dibuat dengan tiga monitor komputer berlayar lebar serta berbagai perlengkapan lainnya.

Kepolisian Malaysia juga memerika para teknisi dan staf yang bekerja di darat yang mungkin mempunyai kontak dengan pesawat sebelum lepas landas.

ab/hp /(ap,afp,rtr)